Pagi ini aku bangun dengan bersemangat. Kumatikan alarm yg berdering di smartphoneku dengan semangat '45. Yap untung aja gak retak layarnya.
Aku berjalan membuka jendela agar udara segar bisa masuk kedalam kamarku, cukup dingin juga udaranya.
Aku mengernyit bingung ketika melihat jendela tetangga laki-laki ku itu sudah terbuka. Tumben dia bangun pagi.
"Vin?" panggilku dengan hati-hati, mengingat ini masih pagi. Hm tidak ada jawaban. Dia masih tidur kali ya? Tapi kok jendelanya udah kebuka sih?
Aku mengambil kertas hvs berukuran a4 (yaampun aku gak penting banget) dan meremasnya agar berbentuk bulat. Agak ambigu. Aku ulangi.
Aku mengambil kertas hvs dengan ukuran yg gak perlu kusebutkan, lalu meremasnya. Sungguh disayangkan, aku tak dapat mencari kata yg sama dengan meremas. Pokoknya tuh kertas dibikin bulet deh.
Aku melempar bola kertas tadi kedalam kamar Davin. Masih tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalan sana. Davin emang bukan mahluk pagi. Dasar lemah, dasar payah.
Akhirnya aku memutuskan untuk mandi dan mempersiapkan diri ke sekolah.
"Pagi mama and papa" sapaku kepada papa yg masih baca koran dan mama yg menyiapkan sarapan.
"Pagiii. Kamu sarapan gih, mama udah siapin" ucap mama lembut sambil mengelus puncak rambutku.
Setelah selesai, aku berpamitan sama papa dan mama untuk ke sekolah. Bukan deh, sebelumnya aku kerumah Davin dulu.
"Permiooooosss" teriakku di depan pagar rumah bercat hitam itu. Senyumku melebar dan terus merekah, eh tapi bukan ngelamun jorok yaaa!! Aku lagi mikirin Davin tau. Ish jadi dag dig dug serrr kaaaannnn
"Ayo masuk sayang. Davin lagi sarapan. Kamu udah sarapan belum kak?" mama Davin datang membuka pagar dan menyambutku dengan hangat.
Omong-omong, kakak atau kak adalah panggilan sayangnya untukku. Dan adek atau dek adalah panggilan sayangnya untuk Davin. Ya, menurut mama Davin aku lebih pantas dipanggil kakak mengingat sikap dan pikiranku sangat dewasa. Beda dengan Davin yg tingkah dan pikirannya gak beda jauh sama anak paud.
"Udah kok tan"
"Eeeehh panggilnya mama dong, kak" mama Davin tersenyum mengingatkan.
"Okay ma!!" balasku sambil memberi hormat dengan menempatkan tangan kananku di pelipis. Aaaaaaahhh kalo aku manggil mama, takut jadi semakin berharap dan baper. Whatever laaahh
"Adeekk Daviiiiinnn" sapaku ke Davin yg makan sarapannya dengan malas. Hmmm anak itu malas setiap saat.
"Ayoookk aaahh buruan berangkat!!" bujukku sambil mengguncangkan tubuhnya
"Ck, lagi galau gue. Jangan bikin gue makin bete deh" muka Davin cemberut abis. Mukanya datar. Seperti emot ini -_-
"Kenape lau?" tanyaku hati-hati
"Tar aje. Yuk capcus"
__________________
authorPOVChelsea terus menatap meja diseberangnya. Meja Davin. Sedari tadi laki-laki itu hanya diam dan terlihat memikirkan sesuatu.
Chelsea tau betul apa yg ia pikirkan. Muthia. Chelsea ikut gelisah melihat Davin yg nggak seperti biasanya. Dia terlihat lebih murung dan dingin.
'Aku harus ngelakuin sesuatu' pikir Chelsea
Setelah seharian di sekolah, tidak ada yg berubah dari Davin. Akhirnya, Chelsea memutuskan untuk melaksanakan rencana yg sudah ia pikirkan sedari tadi. Sebelum bel sekolah berdering, Chelsea dan Rama sudah berada diparkiran. Chelsea langsung saja menarik Rama tanpa menjelaskan sesuatu, dan ini membuat Rama bingung. Namun ia tetap menuruti kemana Chelsea akan membawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu...
Roman pour AdolescentsCinta pada sahabat memang gila! Tapi realitas membuat cinta ini nyata dihadapan banyak orang. Juga mematahkan hati korbannya. Korbannya? Apa aku salah satu korbannya? Tunggu. Aku cinta sahabatku? Maka aku harus bersiap-siap mematahkan hati ku sendir...