ramaPOV
Gue mengutak-atik rumus yg tertulis di buku tulis gue, otak gue memutar berusaha mencari jawaban dari soal matematika yg bu Arneli berikan sebagai pekerjaan rumah.
Pensil gue gigit, tangan kiri meremas rambut dan tangan kanan mencorat-coret diatas buku tulis. Gue gak tau soal macam apa ini!
Gue harus tanya Chelsea, dia jago mtk. Tangan gue menggapai smartphone, sambil memencet nomor Chelsea yg udah gue hapal luar kepala dan menekan tombol call. Tersambung. Tunggu. Berita buruknya adalah, dia lagi berusaha menghindar dari gue semenjak kejadian itu.
"Halo?"
Gue melirik smartphone gue, detiknya berjalan menandakan sambungan telepon telah terhubung."Ini siapa sih? Ra.. ma?"
"Ng.. gue boleh kerumah lo?" tanya gue ragu
"Bu.. buat apaan? Ini udah malem!" Gue melirik jam di dinding, jam 7 pas.
"Masih jam 7 kok. Boleh ya? Mau ngerjain mtk. Gue gak bisa. Gue butuh bantuan lo. Ya?"
Gue menunggu jawabannya. Dia masih diem, gue tau dia bener-bener mau menghindar dari gue. Tapi dengan telepon gue yg tiba-tiba, itu pasti buat dia gak ngeh kalo yg telepon gue. Dia kejebak deh."Oke." Telepon mati, gak bersuara.
Gue langsung siap-siap, mengganti celana sedengkul gue jadi jeans. Dompet gue masukkin ke kantong celana. Buku tulis mtk gue gulung dan gue pegang erat. Buru-buru gue turun dari kamar dan mengambil kunci motor di gantungan.
"Mau kemana Rama?" Papa bertanya
"Mau kerumah Chelsea, pa. Aku mau minta diajarin pr. Daahh."
Gue menyambar jaket dan langsung berangkat kerumahnya yg gak jauh dari siniSebelum kerumahnya, gue keluar komplek dulu untuk beli es krim kesukaannya. Itung-itung traktir dia karena mau bantu gue kerjain pr. Dan tentunya gue mau minta dia untuk gak ngehindar lagi dari gue.
Sampe depan pagar, gue menekan bel. Gue menunggu di depan rumahnya. Gak lama ada yg keluar, dan gue tau itu pasti bokapnya.
"Malam om, saya Rama. Temennya Chelsea. Saya mau minta bantuan untuk ngerjain pr." kata gue sopan
"Kamu Rama?" Gue mengangguk
"Anaknya pak Adrian?"
"Iya om." Gue mengangguk dengan senyum
"Ayo masuk."
Gue dan om Riedl jalan berdampingan kedalam rumah. Tangannya merangkul gue. Agak aneh sih tapi nyaman juga karena bokap gue juga suka ngerangkul gue kalo lagi jalan."Kok Chelsea gak bilang ya temannya mau dateng?"
"Dadakan tadi om. Saya bener-bener gak bisa ngerjain prnya, jadi saya minta dibantu sama Chelsea."
"Padahal dia jarang loh ngajak anak cowok kerumah. Aneh aja pas kamu datang, terkejut saya." Beliau tertawa
"Loh, Davin bukannya sering diajak kesini om?"
"Ya cuma Davin aja. Dari SD sampe sekarang gak ada cowok lain selain Davin yg diajak kerumahnya. Paling cuma kerja kelompok trus ada beberapa anak laki-laki. Gak sendiri kayak kamu ini. Hebat kamu bisa deket banget sama Chelsea." Beliau menepuk pundak gue. Kami keatas. Om Riedl mengetuk kamar Chelsea, jelas gue tau. Gue pernah kesini dua kali. Pintu terbuka.
"Hei." Sapa gue
"Hei." Dia tersenyum paksa
"Inget, jangan ditutup pintunya. Oke?"
"Siap pa." Tangan Chelsea terangkat untuk hormat, gue bales dengan cekikikan.
Setelah om Riedl pergi, kami masih dalam posisi yg sama. Gue mengeluarkan es krim yg udah gue beli dan menyodorkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu...
Teen FictionCinta pada sahabat memang gila! Tapi realitas membuat cinta ini nyata dihadapan banyak orang. Juga mematahkan hati korbannya. Korbannya? Apa aku salah satu korbannya? Tunggu. Aku cinta sahabatku? Maka aku harus bersiap-siap mematahkan hati ku sendir...