Bab 6 - Maaf yg Tulus

567 37 1
                                    

Pagi ini aku sengaja berangkat bareng papa. Aku juga sengaja menghindari Davin.

"Kamu berantem sama Davin?"

"Iya pa. Dia ngeselin" jawabku asal

"Dia apain kamu?"

"Dia ninggalin aku di sekolah, dia bentak aku, dia juga ngelarang aku temenan sama cowok yg namanya Rama. Padahal kan Rama baik"

"Mungkin dia cemburu"

"Hahahahhaa papa ngaco deh ah. Gak usah sok tau gitu ihh" kataku sambil tertawa agak salting

"Papa serius. Dia tuh cemburu kamu deket cowok lain makanya dia ngelarang kamu bahkan ngebentak kamu"

"Ah dia ninggalin aku"

"Mungkin ada urusan kali sama orang"

"Iya, urusan sama gebetannya" jawabku sedih

"Dia pacaran?"

"Calon pacar, pa" huaa aku makin sedih

"Ooh, sorry papa gak tau. Yaudah pokoknya kalian harus baikkan lagi. Jangan berantem gitu ah. Gak enak tau"

"Iya pa"

"Yaudah turun lah.. kok masih disini?? Udah sampe tau"

"Iiihh papa ngusir?! Bete aaahh!!" Aku pun melangkah keluar dan membiarkan papa tertawa. Aiiihh masih pagi papa udah gitu sama aku

Hah, ini masih pagi banget. Padahal sekarang udah setengah tujuh. Tapi gedung sekolah ini masih aja sepi. Aku pun mulai melangkahkan kakiku menuju kelas.

Akhirnya sampai juga, kataku dalam hati. Aku pun mendaratkan pantatku ke kursi kayu yg selama ini jadi korban karena ku pantatin. Ah apa sih chels pantat mulu yg dibahas-_-

"Pagiiiiiiiiii"

Aku menengok.

"Pagi too, Ram. Pagi amat lo datengnya?" Tanyaku heran

"Iya dong, anak rajin gue. Btw tadi lo bareng Davin?"

"Gak, sama bokap kok"

"Ooh gitu.. eh, ajak gue keliling sekolah dong? Gue belom liat-liat nih"

"Oke. Traktir ya?" Tanyaku iseng dan berharap dia bilang ya. Kapan lagi di traktir?? Apalagi dapet traktiran nasgor kantin yg sedep paraaahh!!

"Em..... oke deh. Yuks"

"Yesss!!" Teriakku

Kami pun mulai berkeliling sekolah, dan aku sebagai tour guide Rama.

Aku membawanya berkeliling ke lab ipa, lab komputer, gudang, toilet, ruang yg berjejer di koridor, lapangan futsal dan basket, dan sekarang kami sampai di ruang musik.

"Keren juga ada ruang musiknya. Kayak di Aussie" gumamnya pelan namun dapat ku dengar

"Yeee ngejek lo? Hahaha. Bisa main?"

"Bisa. Mau denger?"

"Serius?! Mau lah!" Aku ragu dia bisa main musik

Rama mengambil gitar klasik yg berdiri di penyangganya. Ia mengambil kursi dan mulai memetik gitarnya

" Your hand fits in mine
Like it's made just for me

But bear this in mind
It was meant to be

And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me

I know you've never loved
The crinkles by your eyes

Sewindu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang