Bab 56 - Terkejut

105 8 1
                                    

Vote dulu, okay?
.
.
.

8 tahun kemudian

"Will you marry me?"

Dengan sekuat upaya menahan tangis, wanita itu mengangguk.

"Yes."

Sang pria tersenyum senang dan bahagia lantaran lamarannya sukses. Ia segera mengenakan cincin pada wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya. Keduanya berpelukan erat.

Chelsea.
Begitu cantik diumurnya yg genap dua puluh enam tahun pada hari ini. Sang pria berharap ini akan menjadi hadiah terbaik untuk wanita-nya. Lamaran. Di pinggir pantai di daerah kepulauan seribu. Di kelilingi keluarga, kerabat dan sahabat yg sudah akrab dengan keduanya.

"Lebay banget sih. Jangan nangis gitu ah. Jelek tau monyong-monyong gitu bibirnya ih." Kata sang pria, gemas.

"Kan, ngeselin kan! Gak berubah dari dulu. Terharu tau." Respon Chelsea ngambek sambil memukul pelan dada sang calon suaminya.

Mereka berpelukan kembali, mengundang siulan dari keluarga, kerabat serta sahabat.

Chelsea tersenyum dalam pelukkan pria-nya. Ia tak menyangka kemana hatinya kembali berlabuh.

'Lucu juga.' Pikirnya sambil terkekeh pelan.
---------------------

Eby memainkan pulpen ditangan kanannya. Otaknya berpikir keras.

'Apa benar?'

Pertanyaan itu terus terulang dalam pikirannya. Saking lamanya, komputer yg ia gunakan untuk kerja pun sudah mati otomatis.

Kemarin sore menjadi sore paling buruk dalam hidupnya. Sekian lama ini melakukan pendekatan dengan Chelsea, namun tak kunjung ada hasilnya hingga akhirnya Chelsea memutuskan untuk pindah ke Jakarta setelah menyelesaikan studinya di Bandung dan menetap tanpa kembali.

Eby bangkit dari tempat duduknya dan mengangkat gelasnya. Kakinya melangkah pelan ke dapur untuk mengisi kopi hitam. Setelah penuh, ia kembali kedalam mejanya dan duduk sambil menyesapi kopi hitamnya perlahan.

Matanya menerawang diluar jendela gedung kantornya, awan mendung mulai menumpuk diatas langit yang tadinya cerah. Tangan kirinya mengetik nama dan menekan panggilan.

"Halo?" Bukanya santai

"Iya kak Eby. Ada apa ya?"

"Gue mau tanya dikit boleh?" Tanya Eby dengan permisi

"Santai aja lah kak!" Jawabnya disebrang sana sambil terkekeh pelan

"Jingga, bener Chelsea udah dilamar?" Tanya Eby tanpa ba-bi-bu lagi kepada di sebrang sana yg ternyata Jingga, sahabat baik Chelsea saat kuliah.

"Iya kak. Yg diundang cuma beberapa aja sih, yg terdekat aja." Konfirmasi Jingga tanpa bantahan.

Hati Eby mencelos, patah hati entah untuk ke berapa kalinya. Ia pikir foto yg Chelsea unggah adalah candaan belaka. Tapi apa daya jika Jingga sudah konfirmasi kebenarannya?

"Nnngg... oke deh." Eby kecewa

"Kak Eby bisa ketemu sama perempuan yg 'pas' kok nanti. Pasti ada waktunya. Sabar ya." Jingga simpati dengan mantan kakak kelasnya itu

Eby hanya terkekeh dan memberi salam lalu mematikan panggilan. Hujan mulai turun, jendela gedung yg daritadi ia perhatikan mulai basah seraya hujan yg awalnya rintik-rintik menjadi deras.

Eby meminum kopinya sambil memejamkan mata, merasakan pahitnya kopi yg masuk kedalam tenggorokkannya dan pahitnya patah hati yg ia alami sore itu. Eby terkejut. Ia kembali meminum kopinya perlahan, mengecap satu dua tegukkan.

Sewindu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang