Bab 48 - Selanjutnya

142 13 4
                                    

davinPOV

Gue gak nyangka apa yg terjadi beberapa minggu yg lalu. Chelsea bilang dia suka gue.

Astaga! Bahkan gue gak pernah membayangkan sedikit pun kalo dia suka gue. Kita bersahabat udah lama.

Gue akui, emang gak ada yg namanya persahabatan antara cewek dan cowok. Semua itu akan hancur kalau salah satu dari antara mereka ada yg nyimpen rasa. Dan fakta ini benar.

Persahabatan gue dan Chelsea mungkin gak akan tertolong. Ini udah hancur dengan adanya 'rasa' itu. Katakan gue berengsek. Kenapa gue harus marah? Kenapa gue ninggalin Chelsea gitu aja? Kenapa gue gak tanya lebih lanjut? Kenapa?

Gue kalap. Gue bener-bener gak nyangka, ini sesuatu yg gak terduga. Dengan perasaan kesal, gue mengambil segala barang Chelsea. Sprei, pensil warna, tong sampah kecil berwarna neon dan semua barang yg dia punya dan gue ambil. Dengan susah payah gue bawa semua itu dan menaruh di depan pintu kamarnya di balkon. Gue ketuk pintu kamarnya. Lama gak dia buka. Gue tunggu lima menit dengan sabar. Gue ketuk lagi pintunya dan masih gak ada jawaban.

Akhirnya gue ambil post it dan menitip pesan

'Gue kembaliin semua barang lo. Tolong balikkin juga semua barang gue. Ketuk, dan tinggalin semua di depan kamar. Terima Kasih.'

Gue kembali ke kamar, membanting pintu dengan frustasi. Tangan gue mengacak rambut kasar.

Ada apa dengan dirinya? Seharusnya ia tak perlu marah bukan? Kenapa dia bertingkah aneh seperti ini?
------------------

Chelsea tau itu Davin. Davin mengetuk pintu kamarnya. Setelah menunggu, keheningan mulai mengudara. Tidak ada yg mengetuk pintu lagi.

Dengan langkah perlahan, Chelsea berjalan untuk membuka pintu. Di intipnya sedikit dari celah, terdapat banyak pernak-pernik yg Davin curi dari kamarnya.

Ini sudah berminggu-minggu, dan rasa sakit itu masih ada. Chelsea putus asa. Beruntung Rama menolongnya waktu itu, memeluknya dan memberinya kekuatan.

Dengan berat ia menggotong semua barang dan memasukkannya ke dalam kamar. Setelah membaca post note yg Davin tulis, Ia juga melakukan hal yg sama. Mengambil semua barang Davin dan ia tumpuk di depan pintu kamar si pemilik. Tangannya hendak mengetuk, namun ia urungkan.

Tanpa ba-bi-bu ia berjalan mencari post it berwarna kuning stabilo dan menulis,

'Terima Kasih telah menjadi sahabat terbaik gue. Berharap kita akan berbaikan lagi:)'

Chelsea mengusap air matanya kasar.

'Nggak! Aku nggak boleh kayak gini! Perasaan ini buat Davin jadi gak nyaman. Aku harus buang perasaan ini.' Titahnya keras pada diri sendiri.

Entah apa yg akan terjadi selanjutnya, biarlah waktu menetukan. Chelsea hanya ingin menjalani apa yg harusnya dia jalani saat ini.

Panggilan masuk. Ia melirik jam dinding.

'Telepon masuk di hari Minggu jam 10 pagi? Yg benar saja!' Pikirnya

"Ya?" Respon Chelsea langsung ke inti

"Gue di depan rumah lo. Dufan yuk!" Rama? Chelsea mengerjap bingung.

"Lo depan rumah gue?" Tanyanya tak percaya

"Coba cek. Nanti gue lambai-lambai"

Chelsea membuka pintu balkonnya cepat, dan menemukan Rama dengan motor miliknya. Tangannya melambai kearah Chelsea.

"Gue izin sama ortu ya? Lo ganti baju sana!"

"Yaudah tunggu ya."
Chelsea menutup telepon dan terburu-buru masuk ke kamar mandi.

Sewindu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang