Bab 18 - Has Changed

373 27 1
                                    

Disinilah aku.

Di taman sekolah, duduk di bawah sebuah pohon entah apa namanya dengan earphone yg tersumpal di kedua telingaku.

'All I know since yesterday is, Everything has changed...'

Itulah sepotong lirik yg kudengar. Yap, semuanya berubah. Tidak ada lagi senyuman manis dan hangat, tidak ada lagi canda tawa antar kami, tidak ada lagi curcol berjemaah walau kami hanya berdua, tidak ada lagi tingkahnya yg sok manis, dan bla bla bla bla bla.

Ya, Davin adalah orang yg kumaksud barusan. Ia benar-benar berubah. Tatapannya mendingin, suka membully, suka menggertak dan mengintimidasi, membeda-bedakan teman, tidak sopan kepada semua murid perempuan, dan lebih parahnya lagi ia merokok.

Aku seperti tidak mengenalinya lagi. Padahal ini baru dua minggu setengah kami bertengkar. Ia juga berencana membuat dinding pembatas di balkon kami. Dia benar-benar mendingin.

Tiba-tiba dua pasang sepatu berada di hadapanku, aku pun mendongak. Davin dan Mutia. Ini adalah moment terawkward dalam hidupku.

"Ipod lo sini" titah Davin

"Ini punya gue" jawabku tegas

"Lo tinggal ngasih kok susah banget sih?! Gak usah cari mati deh lo" balas si bangke

"Diem lo. Gak usah sok berkuasa" jawabku datar sambil berdiri dan berniat meninggalkan tempat kejadian perkara ini. Namun tanganku ditahan.

"Ipod lo"

"Lepasin!! Sakit Davin!!" Aku berusaha meronta namun tetap tak bisa terlepas begitu saja dari cengkramannya.

"Ipod lo sini dulu!!" Dia merampas ipod ku begitu saja. Tak bisa kupercaya ia berubah begitu cepat.

"Lo... beda, Vin" ucapku lirih menahan tangis. Aku benar-benar rindu pada priaku yg dahulu, bukan yg sekarang. Yg kasar denganku dan membuatku terluka.

"Setiap orang harus beda. Gak harus gitu-gitu aja sampe selamanya. Jadi orang tuh harus maju" jawabnya sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

"Lo... ngerokok"

"Berisik lo. Yuk cabut"

Aku duduk terdiam. Ini benar-benar tak bisa kupercaya. Cinta memang buta. Cinta merubahnya menjadi monster, menjadi sosok monster yg sangat dingin.

Aku bertanya-tanya mengapa Ia berubah begitu cepat. Aku bahkan seperti baru mengenalnya satu menit yg lalu.

Baru-baru ini aku juga mendengar hembusan gosip yg mengerikan. Davin mulai mabuk-mabukkan. Oke, aku terlihat seperti curhat pada sebuah acara reality show yg menceritakan pengalaman buruk seseorang.

Aku menoleh ke kanan dan melihat Rama. Ia berjalan cepat menghampiriku dengan muka yg sangat khawatir,

"Lo gapapa kan?"

"Nggak kok. Santai aja"

"Davin apain lo?"

"Dia cuma ambil ipod gue kok. Udalah Ram, gak usah dipikirin lah"

"Dia kenapa sih jadi arogan kayak gini? Udah gitu lo juga kena imbasnya"

"Masalah kecil. Biasa lah. Persahabatan kan gak mungkin baik-baik terus sampe ajal dateng" ucapku meyakinkan

"Yakin? Kalo lo mau cerita, gue siap kok jadi pendengar lo"

"Mungkin next time, Ram. Thanks udah nawarin. Gue balik ke kelas dulu ya, pasti dah dicariin nih sama Kiran buat tugas kelompok. Dah"

____________________

~authorPOV

Rama tersenyum sambil menatap kepergian Chelsea.

Sewindu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang