12 Mei. Mereka jadian. Davin dan Dian jadian. Secepat itu. Bahkan Davin tak memberiku kabar.
Terluka. Hanya itu yg mampu kurasakan. Tapi tak mungkin ku perlihatkan bukan? Aku bukan siapa-siapa. Tidak ada yg tau perasaanku terhadap Davin. Mungkin aku yg terlalu berharap, meminta restu dari Tuhan untuk membuat Davin membalas perasaanku.
Aku tertawa sarkastik, menertawakan perempuan bodoh macam aku ini. Bagaimana bisa aku yg selalu tersakiti? Realita hidup seperti apakah ini? Bukankah kehidupan seharusnya membawa kita menuju kepada akhir yg bahagia? Seperti novel dan film-film?
"Chels! Gue udah jadian sama Dian!"
Pernyataannya masih terngiang jelas dalam ingatanku. Saat mengantri di kantin, Davin berteriak memanggil, ia menghampiriku bersama Dian dalam genggam tangannya, dan mengatakan hal yg membuatku terngiang-ngiang.
Ia memelukku. Bertanya meminta restuku, apakah aku ikut berbahagia atas hubungan mereka yg baru mulai?
Terbengong aku di kamar. Memandang lurus kedepan dari atas kasur. Kueratkan pelukanku di kaki yg kulipat ke dada. Bahkan aku tak sanggup menangis. Air mataku sudah kering, lelah mengikuti arus perasaan dalam hatiku.
Rama kembali terlintas. Teringat betapa ia menghindariku. Tatapan jenakanya yg menghilang. Kebodohannya dalam berhitung yg buatku terhibur, menghilang. Senyum manisnya menghilang. Hubungan baik kami menghilang. Pandangan kami yg tak pernah saling menatap, melirik pun tidak.
Perasaanku tak terarah, tak tergambar, tak terlukiskan. Berkali-kali aku jatuh bangun akan perasaan yg menyiksa ini. Namun Rama datang, kembali menambah pedih hati yg terus melanda.
Katakan aku berlebihan. Tapi coba kau pikirkan, tidakkah sakit jika seseorang yg kita suka- kita cinta- terus beri kita harapan namun akhirnya memutuskan untuk bersama orang lain?
Davin terus membuatku nyaman. Dia beri harapan. Tapi dia meninggalkanku dalam angan-angan. Seakan aku hanya bahan isengnya saja.
Aku tak tau dibagian mana orang-orang mengatakan bahwa cinta pertama adalah cinta yg buat kamu bahagia. Aku tak tau dimana letak romansa yg manis di Sekolah Menengah Atas ini. Aku mulai bertanya-tanya, mengapa mereka berkata demikian.
Aku kembali tertawa sarkastik, entah aku yg bodoh dalam hal cinta atau cinta yg membodohiku, aku tak tau. Aku mulai menyesal kenapa dulu aku menolong Davin, membangun pertemanan, membangun jembatan di balkon kami, membiarkan harapanku ini tumbuh. Mengapa?
Apa memang cinta kita tidak akan pernah terbalas, jika orang yg kamu cintai adalah sahabatmu? Karena aku mulai sadar mengapa banyak novel yg bercerita demikian, terasa pasaran, namun tetap dibaca dan dibeli.
Oh tunggu, apa ini? Ah, air mataku masih ada ternyata. Mari kita tangisi apa yg terjadi hari ini. Karena mulai besok, tidak akan pernah ku habiskan air mata ini untuk cinta yg tak akan pernah terbalas!
-------------------------
ramaPOV
Berminggu-minggu udah lewat, dan gue terus menghindar dari Chelsea. Emang nyiksa, tapi perasaan patah hati itu mulai menghilang.
Gue liat raut sedih Chelsea. Di kantin. Dia berbahagia dalam kesedihan. Dan Davin, cowok yg bisanya buat Chelsea sedih, seakan gak tau perasaan Chelsea yg terluka. Davin ngabarin kalo dia udah jadian sama bocah yg namanya Dian itu.
Apa dia gak bisa liat tatapan itu?! Chelsea patah hati, Vin!
Gue pingin banget ada disampingnya, nawarin pundak gue untuk dia. Gue gak mau dia berlarut-larut dalam kesedihan. Gue tau rasa patah hati itu. Tapi gue gak mau Chelsea juga merasakan apa yg gue rasakan. Dia pantes bahagia.
Tapi gue gak bisa, gue juga lagi menata hati gue. Gue gak mau pertahanan yg udah gue bangun dengan kokoh, gue hancurin gitu aja dengan kembali menaruh harapan sama Chelsea. Gue gak mau harapan yg gue ekspetasikan menjadi beban untuk Chelsea.
Mungkin gue egois. Atau mungkin Chelsea juga egois. Gue gak tau. Tapi persamaannya adalah kita sama-sama patah hati. Kita sama-sama punya cinta yg gak terbalas.
Chelsea emang bukan cinta pertama gue, tapi dia perempuan pertama yg sukses bikin gue bener-bener patah hati. Dia bener-bener membongkah hati gue tanpa menyusunnya kembali.
Tapi gue sadar, gue yg salah. Ekspetasi gue lebih besar dari realitas yg ada. Gue terlalu berharap, terlalu jatuh untuk cinta yg masih abu-abu. Yg masih samar. Gue salah udah membiarkan perasaan ini terus berlanjut. Gue harusnya mundur dari awal.
Gue juga gak mau kehilangan Chelsea. Seharusnya emang gue berhentiin perasaan ini. Gue harusnya sadar. Tapi apalah arti 'seharusnya' kalo gue udah jalan terus? Udah lewat dari 'seharusnya'?
Gue berusaha ikhlas. Gue berusaha untuk melupakan perasaan ini. Gue ikhlas perasaan gue harus berhenti sampai sini, tapi gue gak ikhlas kalo harus kehilangan Chelsea. Gue harus lupain perasaan ini dengan segera. Gue harus buang perasaan ini.
Gue tau mungkin gue terlihat seperti cowok yg gak berakal. Gue tau gue keliatan bodoh, idiot cuma karena masalah hati kayak begini. Tapi percaya, semua cowok begitu. Kalo dia dibuat patah hati sama orang yg udah dia cintai dengan tulus tapi ditolak, dia bakal kelihatan seperti cowok dungu yg gak tau arah jalan pulang.
Gue harus bertahan. Gue gak boleh lagi jatuh buat perasaan kayak gini.
-------------------------
Ketika, ku rasakan sudah
Ada ruang di hatiku yg kau sentuhDan ketika, ku sadari sudah
Tak selalu indah cinta yg adaMungkin memang ku yg harus mengerti, bila ku bukan yg ingin kau milikki
Salahkah ku bila,
Kau-lah yg ada di hatiku?____________________
Jadi gimana, salah gak nih?
Greged banget nunggu votes yg gak kunjung datang hiks.. Jadi saya persembahkan part 43 utk kalian gaes!! Part ini saya ketik hari Senin, 20 Juni 2016. Seneng banget eke ada Cansu dan Hazal 2 wkwk emang gak bisa dipungkiri kalo wanita bener-bener suka yg namanya drama *lu doang kali thor*Sebenernya saya cepetin dikit alurnya biar kelar. Kasian lah ini cerita keknya udah setahun deh belum kelar juga hahaha authornya payah ya? *Jangan cintai aku apa adanya... jaaaangaaann...... yeu malah nyanyi*
Yaudin JANGAN LUPA VOTE! KRITIK DAN SARAN KALO CERITANYA KURANG BERKENAN DI HATI PEMIRSTSAAH...
Salam,
Selena Gomez.Wait...
~shyerenmgtha
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu...
Teen FictionCinta pada sahabat memang gila! Tapi realitas membuat cinta ini nyata dihadapan banyak orang. Juga mematahkan hati korbannya. Korbannya? Apa aku salah satu korbannya? Tunggu. Aku cinta sahabatku? Maka aku harus bersiap-siap mematahkan hati ku sendir...