Bab 37 - Serius

196 14 0
                                    

Siang ini hari terakhir aku mengerjakan ulangan tengah semester. Oh mungkin kalian berpikir kenapa secepat ini? Aku juga tidak tau. Tapi waktu memang bekerja keras dari hari ke hari, dan aku benar-benar tak menyadarinya.

Dan di hari terakhir ulangan ini, Davin mengiming-imingiku makan di burger king dan main timezone di satu mall besar dekat sekolah. Sungguh aku tertarik! It will be fun!

"Yuk naik!" Davin langsung menariku ke parkiran dan meluncur langsung ke jalanan, menuju mall yg kami tuju.

"Kenapa sih buru-buru?" Tanyaku dengan teriak agar Davin dapat mendengarkanku

"Ya nanti kalo Rama ikut gak seru! Ini kan acara kita!"

"Emang kenapa? Gue gak masalah kalo dia ikut." Aku ngotot

"Pokoknya nggak. Oh iya, kalo gue gak salah waktu makan bakso lo mau ngomong gitu sama gue. Tapi kata lo ntar. Inget gak?"

Aku berupaya mengingat dengan jelas.

"Inget gak? Gue lupa terus nanya ke lo. Tiba-tiba tadi gue kepikiran lagi."

Dan... oh! Aku ingin bahas Rama!

"Ntar aja deh."

Motor Davin memasuki kawasan mall, menuju ke parkiran. Setelah dapat tempat, aku turun dan memberikan helmku ke Davin. Aku menunggunya turun dari motor, namun ia tak kunjung turun. Aku mulai sebal.

"Vin, ayo! Malah ngaca sih?!" Protesku manyun

"Yee biar ganteng. Rapih gak rambut gue?" Ia bertanya padaku sambil membetulkan rambutnya yg turun karena tertekan helm. Well, dia ganteng.
Wait, apakah mukaku memerah? Aku memalingkan muka

"I.. iya udah rapih. Ayo ah buruan, laper!" Aku berjalan duluan, Davin tertawa karena dia berspekulasi bahwa aku ngambek. Padahal dia gak tau betapa geregatannya aku sekarang.

"Gue pesen. Lo tunggu disini. Oke?"
Aku mengangguk.

"Davin, jangan lupa frozen fanta sama kentangnya banyakkin!" Teriakku dari tempat duduk. Dan Davin mengeluarkan jempolnya, tanda 'sip'

Aku menunggu, membuka smartphoneku dan membaca chat dari Kiran yg menanyakan kemana perginya aku dan Davin yg pulang dengan cepat. Kuketik balasan secepat mungkin.

Ku scroll layar ke bawah, menemukan nama Rama yg muncul di layar datar smartphoneku. Dia bertanya mengenai beberapa lks yg perlu dikoreksi minggu mendatang. Baru saja aku ingin membalas, Davin datang membawa nampan yg cukup besar.

"Laper gue gila. Ayo makan! Gue pesen kentang banyak sesuai request nona. Hehe" Davin menyengir

Aku mengunci telepon dan memasukkannya ke kantong. Kami mulai makan dalam canda tawa. 'Moodnya sedang baik' pikirku

"Vin, soal yg mau gue omongin pas makan bakso..." kalimatku menggantung

"Oh iya lo mau bilang apaan? Kepo gue sampe sekarang! Dasar anak nakal!" Dia menyentil keningku yg kubalas dengan 'aww' tanpa bersuara

"Kenapa lo gak suka gitu sama Rama sih? Padahal sebelumnya biasa aja. " tanyaku sambil mengusap kening dan kembali memakan burger milikku

Davin terlihat diam, burgernya diletakan diatas nampan.

"Gue gak suka aja. Apalagi kalo dia deket-deket lo."

Baik, hatiku agak senang mendengarnya. Apa dia suka padaku? Ah yg benar saja! Kalo aku mikir yg nggak-nggak, mukaku bisa memerah. Aku berdeham untuk menetralkan suaraku.

"Kenapa? Gue aja deket sama lo. Masa sama dia gak boleh? Kan cuma temen." Pancingku. Dalam hati, aku sedikit berharap dia berkata suka padaku. Namun sepertinya nihil. Gak mungkin banget malah!

Sewindu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang