"Lo harus ungkapin perasaan lo ke Davin." Kiran berkata-kata dengan tegas kepada lawan bicaranya, Chelsea.
Tangannya menyomot cookies yg Chelsea sediakan ke dalam kamarnya. Chelsea menatap toples cookies dengan tatapan kosong, tak bersemangat padahal tengah menikmati dua hari libur yg sekolah berikan. Tryout yg baru saja selesai membuatnya pusing ditambah dengan masalah hatinya. Ini membebankan untuk dirinya. Bisa-bisa nilai ujiannya merosot di semester pertama nanti.
"Heh denger gak?" Kiran menyenggol bahu Chelsea sambil menyeruput jus melon.
"Iya denger Ki. Tapi kan kata lo resikonya gede. Dan gue belum siap ambil resikonya." Jelas Chelsea malas dan merebahkan diri diatas karpet kamarnya yg bergambar kapal-kapalan.
"Ya lo terima lah. Daripada lo pendam, jadi kepikiran terus kan?"
Chelsea mengangguk.
'Iya juga sih, setidaknya aku gak akan sesak lagi. Gak akan menyesal karena tak pernah jujur pada perasaannya dan Davin. Setidaknya hidup ku ke depan nanti akan jauh lebih mudah.' Pikirnya dalam hati"Buat akhirnya nanti atau respon dia, itu urusan belakangan Chels. Yg penting lo udah sampein perasaan lo. Mau dia diemin lo, mau dia jauhin lo, mau dia jadi sok gak kenal lagi, itu resiko yg harus mau gak mau lo terima." Jelas Kiran sambil mengunyah cookies dan membolak-balikkan halaman majalah remaja yg ada di pangkuannya
"Masalahnya itu Ki. Gue takut dia ngejauh. Bakal awkward banget jadinya. Kita temenan lama dan tiba-tiba nanti jadi kayak gak kenal." Respon Chelsea kesal
"Resiko sih." Kiran berkata cuek
"Terus kalo masalah gue sama Rama gimana nih?" Chelsea bertanya, meminta bantuan pada teman terbaiknya
"Oh iya, ngomongin Rama... Tadi malem dia line gue masa."
Chelsea langsung bangkit untuk duduk mengarah Kiran yg masih sibuk makan dan membaca majalah.
"Dia bilang apa?"
"Nanya pr. Kenapa?" Kiran mengernyit bingung
"Nggak. Gue pikir apaan."
Kiran tersenyum penuh arti kearah Chelsea, sahabatnya. Ia menaik-turunkan alisnya, berupaya menggoda Chelsea.
"Kenapa lo? Aneh gitu." Chelsea tak mengerti kodenya
"Lo ngarep Rama nanya kabar lo ya?" tanya Kiran jahil
"Ya nggak. Gue cuma nanya aja kok. Gak berharap kayak gitu." Chelsea cuek
"Rama gak nanyain pr sepenuhnya sih. Nanya lo juga. Tapi kalo gue liat lo gak tertarik ya bahas Rama. Yaudah, change topic." Kiran berusaha memancing Chelsea
"Alah bohongan paling lo." Chelsea masih cuek
"Chatnya masih ada kok. Kalo gak percaya mah gue tunjukkin. Tapi kayaknya lo gak peduli." Kiran melirik kearah sahabatnya yg sedang gelisah, menggigiti kukunya
"Dia tanya tentang gue?" Chelsea mulai mencoba menebak. Kiran merespon dengan nada sok kesal,
"Kan gue bilang ganti topik. Lagian kan lo juga cuek aja, jadi ngapain kita bahas lagi sih?"
"Nyebelin lo ya!"
"Jadi lo kepo kan? Ya nggak? Kalo iya, gue unjuk kin nih chat Rama." Kiran mengambil smartphonenya dalam tas
"Mana? Coba gue liat." Chelsea menantang sambil menahan malu. Kiran hanya bisa terkikik
"Halah, malu-malu kucing. Nih." Kiran menyodorkan smartphonenya dan lanjut membaca
Chelsea membaca layar smartphone Kiran dengan serius.
"Ki, mtk dah ngerjain?"
"Mtk? Udah. Nyontek Chelsea hehe. Why?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sewindu...
Novela JuvenilCinta pada sahabat memang gila! Tapi realitas membuat cinta ini nyata dihadapan banyak orang. Juga mematahkan hati korbannya. Korbannya? Apa aku salah satu korbannya? Tunggu. Aku cinta sahabatku? Maka aku harus bersiap-siap mematahkan hati ku sendir...