Dang!

225 27 0
                                    

Pintu studio tiba-tiba terbuka dan suasanapun menjadi hening. Karena pintu itu terbuka sendiri tanpa ada yang membukanya.

Aku merinding karena takut. Lalu mata kami saling beradu karena bingung sekaligus takut.

Wkwk kaga deng ini bukan cerita horor.

* * * * *

Pintu studio tiba-tiba terbuka dan suasanapun menjadi hening.

Aku menelan ludahku karena yang muncul adalah Justin. Orang yang sedang marah padaku dan belum menjawab permintaan maafku.

Namun yang paling penting disini adalah ... ada Barry. Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Oh ada pendatang baru disini." Justin berjalan menuju meja dan menaruh minuman yang dia bawa.

Mataku mengikuti pergerakan yang dilakukan Justin mulai dari berjalan menuju meja, menaruh minumannya, lalu dia berjalan lagi ke sofa yang kami duduki.

"Kenalkan dia padaku, Saara." Mata kami saling beradu. Sebenarnya aku bingung apa maksudnya. Apa ini hanya sandiwaranya saja didepanku dan Barry?

"I'm Barry, Barry Allen." Aku tersadar saat Barry menyebutkan namanya. Dia sudah menyodorkan tangannya dan dijabat oleh Justin dengan ramah. Jantungku berdegup sangat kencang karena aku takut. Sangat takut.

Aku melirik kearah Julia dan Mike. Merekapun ternyata melirik kearahku (sepertinya) menandakan mereka takut juga.

"Wow, i'm so honored to meet you Justin." Barry terlihat kegirangan sekali dan itu membuat keteganganku menghilang sedikit. Sedikit.

"Haha kau berlebihan. Btw kau temannya Saara?" Omg keteganganku menaik menjadi 1000%.

"Yeah, i'm his boyfriend." Barry, kenapa, kau, sangat, berani?

"Oh you're the Barry who had a dinner with Saara." Justin meliriku yang sedang duduk di sofa. Posisi Barry membelakangiku dan posisi Justin menghadap Barry sehingga Justin bisa melihatku.

"You told him about that?" Barry menghadap belakang dan menatapku.

"Ya ... ya aku memberitahu dia karena waktu itu aku bingung ingin memakai baju apa sehingga aku meminta pendapatnya."

Barry menghadap lagi kearah Justin dan aku memberi isyarat kepadanya agar dia tidak banyak bicara sehingga Barry tidak curiga. Aku takut Justin akan menghancurkan hubunganku dengan Barry yang baru saja mulai.

"Well yeah ... because we're a good friend."

"Wow, that's cool." Barry melirik lagi kearahku sambil tersenyum lalu aku membalas senyumannya.

"Guess i have to go. Duty's calling." Barry menunjukkan handphonenya yang berdering karena ada panggilan masuk dari kantornya.

Barry berjalan kepintu dan disusul olehku.

"See ya tonight." Lalu dia mengecup ujung dahiku lalu keluar dari studio.

"What. are. you. doing. here?" Tanyaku meninggi saat Barry sudah keluar. Justin hanya diam sambil meminum minumannya.

"Where were you when i call and text you a hundred times?" Aku berjalan mendekat dan duduk bersila dilantai.

"I was busy and i didn't hold my phone," jawabnya santai.

"But atleast you read it right?" Justin mengangguk. "I text you not to come today because i bring my friend here."

"Your boyfriend."

"Yes. My boyfriend. Now answer my question." Aku berdiri dan berjalan mengitari studio ini karena aku kesal dibuatnya.

"I don't know if your friend is that man. Your man. I just wanna check if you bring a girl friend or a boy friend."

Aku menghela nafas yang sangat panjang dan duduk disebelah Julia. Kuperhatikan tidak ada yang bicara diruangan ini selain aku dan Justin.

"I don't know what to say." Aku diam dan mengurut pelipis kiri dan kananku.

"Selamat, akhirnya kau mempunyai pacar."

Aku langsung menggerakkan mataku untuk menatapnya. Aku tidak percaya apa yang baru saja dia ucapkan tadi.

"I have to go. Bye all." Justin berjalan keluar pintu dan berlalu begitu saja.

Aku masih terdiam dan menatap Mike yang ikut terkejut dan heran.

Aku langsung berlari dan keluar studio untuk mengejar Justin. Namun dia sudah tidak ada lagi.

* * * * *

End of Part 12 - Dang!

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang