I Can't Explain

235 26 0
                                    

teman2 maafkan aku yah yang ga nerusin cerita ini selama 2 minggu lebih dan pasti kalian sudah melupakan cerita ini :'( maafkan yah. mudah2an masih ada yang baca dan mau baca.

*   ****   *   ****   *   ****

"Don't ever wait for me, Justin. Kau jalani saja hubunganmu dengan Selena dan biarkan aku menjalankan hubunganku dengan Barry. Jangan hancurkan usahaku untuk melupakanmu."

Aku beranjak dari kursi dan pergi meninggalkannya. Namun tanganku digenggam dengan cepat oleh Justin. Aku hanya menatapnya datar lalu dia melepas genggaman tangannya.

Aku pergi keluar restoran itu dan berjalan menuju studio (yang biasa aku datangi). Karena aku tidak membawa handphoneku dan aku tidak bias memesan uber. Selama perjalanan aku hanya memikirkan apa yang barusan Justin katakan.

Sejujurnya aku sangat terkejut dengan pernyataanya. Dia masih mencintaiku? Apa benar? Tapi kenapa baru sekarang? Disaat aku sedang mencoba untuk melupakannya dan bertemu dengan Barry.

Kepalaku jadi pusing memikirkan hal yang sebenernya tidak perlu kupikirkan karena aku sudah mempunyai pacar.

Sesampainya di studio, aku membuka pintu dengan malas dan aku melihat Barry dan Mike yang sedang duduk berdua.

"Ternyata kau datang juga." Barry berdiri dan menghampiriku. Aku langsung memeluknya erat.

"Maaf. Aku tadi buru-buru menuju studio untuk mengikuti rapat dengan Diplo, Walshy dan Jillionare berserta Justin dan lainnya. Namun aku terlambat dan hanya ada Justin disana. Lalu aku makan siang bersamanya dan sekarang aku sudah ada disini."

"I called you like a hundred times. You didn't check your phone?" Tanya Barry penasaran dan kesal.

"Aku lupa membawa handphoneku," jawabku sambil menyengir kuda.

"Alright. It's fine." Barry memelukku lagi.

"You guys just need to go home. Hush hush," timpa Mike. Aku hanya menatapnya sinis lalu mengajak Barry untuk pulang.

"Thanks man." Barry melambaikan tangannya ke Mike dan dibalas olehnya.

Lalu aku dan Barry pulang menuju apartemenku.

"Kau kenapa? Kau terlihat tidak bersemangat," tanya nya ketika kami sudah dalam perjalanan.

"I'll tell you when we arrive, okay baby?"

Barry pun mengangguk.

-

"So tell me baby." Barry menggenggam tanganku saat kami sudah sampai dan duduk dikursi apartemenku.

"It's about ... you know ..." Aku sangat ragu untuk menceritakan hal ini.

"About what?" Barry sudah terlihat sangat penasaran.

"Uh ... about Justin." Aku melihat reaksi Barry yang terkejut sekaligus sedih.

"He told me that he still loved me." Aku mengenggam erat tangan Barry yang mencoba untuk melepaskan genggaman tadi.

"But no. I don't love him no more. I just love you now and then." Aku menatap matanya dalam. "I swear i don't love him. Semua yang pernah terjadi itu hanya masa lalu. Yang aku butuhkan sekarang adalah kau, Barry."

Aku langsung memeluknya dan menangis dipelukannya. Dia membalas pelukanku.

"Thank you, Saara."

Handphoneku berbunyi dan aku melepas pelukan ini lalu mengambil handphoneku dengan cepat.

Dari Justin.

"Hi Saara." Sapanya.

"Hi what's up?" Tanyaku basa-basi. Sebenarnya aku takut kalau dia akan membahas hal tadi.

"Uh i just want to remind you about to apology to Diplo." Aku langsung menepuk dahiku dan menatap Barry. Dia hanya heran melihaku.

"Oh my god thank you Justin. Bye." Aku mematikan handphoneku dan menyengir kepada Barry.

"Aku lupa meminta maaf pada Diplo dan yang lainnya."

"Cepat sana telepon mereka." Barry mencubit pelan pipiku.

* * * * *

End of part 17.

Maaf banget part ini pendek dan gajelas. Maaf banget teman2 lg mumet kepalaku banyak pikiran. Mudah-mudahan kalian masih mau yah baca cerita ini makasih banyak. Kalau kalian ada saran atau kritik bisa langsung kirim pesan ke aku makasih teman2

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang