"You know, he still not contact me since we met." Aku menarik sedikit lengan baju Julia. "Apa dia tidak tertarik padaku?"
"Oh Saara. I swear he's interest to you. Mungkin belum saatnya saja."
"Okay ..." Aku memasukkan handphoneku ke tas dan mulai tiduran di sofa.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi tanda panggilan masuk dan aku langsung mengambil handphoneku dan berharap itu Barry. Ternyata bukan. Melaikan nomor seseorang yang tidak kukenal. Dengan malas aku mengangkat panggilam tersebut.
"This is Saara Palvin. Who am i speaking to?" Tanyaku acuh tak acuh.
"Hi ... this is Barry. Barry Allen." Seketika pikiranku langsung jernih saat dia menyebutkan namanya.
"Oh hi Barry." Aku begitu semangatnya menyapa Barry.
"Maafkan aku yang tidak meneleponmu. Aku ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sehingga aku jarang menyentuh handphoneku."
"No ... it's okay. Btw i'm happy you calling me." Aku tersenyum dan menggigit ujung bibirku.
"Yeah i'm so nervous right now." Terdengar Barry tertawa kaku. "Uh ... apakah kau sibuk malam ini? Karena aku ingin mengajakmu makan malam."
Aku sangat terkejut lalu menjauhkan handphoneku sedikit dan berkata pada Julia dengan berbisik.
"He ask me to have a dinner with him. Omg my heart will explode."
Lalu aku mendekatkan kembali handphoneku dan menjawab pertanyaan Barry yang belum sempat kujawab.
"Uh ... i don't know ..."
Seketika saja Julia merebut handphoneku dan berbicara dengan Barry.
"Barry, she's available and she's not busy."
Aku merebut kembali handphoneku dan berbicara lagi pada Barry.
"Haha ... so ... it's a yes?" Barry terdengar sangat gembira.
"Yeah." Jawabku mantap.
"Alright i'll pick you up at 7."
"Uh do y-" terdengar panggilan terputus saat aku ingin bertanya padanya.
"You know where my place is?" Aku melanjutkan pertanyaannya sambil menaruh handphoneku ke meja.
"Yeah. I bet he knows because someone told him." Aku berbicara pada diriku sendiri.
"But it doesn't matter. He surely ask me out! Omg i can't believe we're gonna have a dinner!" Aku berteriak seolah ini ruanganku. Namun semua yang ada distudio ikut senang.
"Kau akan makan malam dengan siapa?"
Badanku rasanya mematung saat aku mendengar suaranya. Dengan berat aku berbalik badan dan melihat siapa yang bertanya tadi.
"Oh ... my ... new friend," kataku sedikit kaku namun aku mencoba angkuh dan sombong agar Justin cemburu dan tidak banyak tanya.
"Dia mengajakku makan malam, dan aku menerimanya." Aku memberikan senyuman yang sangat lebar.
"Who's he?" Kurasa Justin terlihat sangat risih.
"You don't know him. Dia hanya warga biasa."
"Oh." Dia duduk disebelah Tranter dan sibuk dengan handphonenya. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan disini. Kurasa dia sedang bosan dan tidak ada jadwal.
"Well ... i guess i need to go home and be ready for tonight. Bye all. Thanks Julia." Aku berpamitan lalu keluar pintu. Tidak lupa aku menatap wajah Justin yang ... kesal sepertinya?
-
"Hi ...," sapanya saat aku membuka pintu apartemenku.
"Hi Barry. I have a question for you." Aku menaruh tangan kananku di pinggang.
"Bagaimana kalau kita membicarakannya didalam mobil?" Barry mengulurkan tangan kirinya dan aku menggenggam tangannya dengan tangan kanannku.
"Alright." Aku dan Barry berjalan keluar apartemen dan menuju ke mobilnya yang sudah terparkir rapi di depan lobby.
Barry membuka pintu untukku dan aku masuk. Lalu mobilpun berjalan.
"Kau tau darimana aku tinggal disini?" Aku langsung menanyakan hal ini.
"Uhaha ... it was from Julia." Barry menggaruk kepalanya yang aku tahu pasti tidak gatal.
"Haha siapa lagi yang akan memberitahumu selain dia."
Pikiranku teralihkan pada pesan iMessage yang baru dikirimkan oleh Justin.
Kau jadi pergi makan malam dengannya?
Aku mengerutkan dahiku. Untuk apa dia repot-repot mengirimkanku pesan seperti ini? Toh, dia juga punya pacar. Memangnya aku tidak boleh? Tunggu. Barry belum menjadi pacarku.
ABSOLUTELY
Aku membalasnya agar dia kesal dan menjauhiku. Aku menaruh kembali handphoneku ke tas kecilku.
Tidak terasa selama perjalanan aku dan Barry hanya diam saja. Akhirnya kami sampai di sebuah restoran mewah.
Aku dan Barry turun lalu masuk kedalam restoran.
"Mr. Allen? Come with me," ujar salah satu pelayan yang membawa kami ke meja yang sudah dipesan.
Aku dan Barry lalu duduk di sebuah meja yang sudah didekorasi sedemikian rupa. Ya Tuhan, aku merasa sangat spesial hari ini.
"Kau melakukan semua ini?" Tanyaku tidak percaya.
"Yeah. Sebenarnya aku menyuruh pelayannya untuk mendekorasi. Tapi tetap saja, aku yang melakukan semua ini." Ucapannya membuatku tertawa.
Aku merasa senang, karena ini pertama kalinya seseorang mengajakku untuk makan malam bersama.
* * * * *
End of Part 7 - Interest
Wait for next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Your Love Song
FanfictionThe Season 2 (sequel) of "You're a Song To Me" Saara living her new lifes and found someone who stole her heart. How about Justin? Let's find out! [Saara menjalani kehidupan barunya dan menemukan seseorang yang mencuri hatinya. Bagaimana dengan Just...