Bad Day

133 16 0
                                        

"Barry! Justin!" Kubanting pintu ruangan Barry dan kulihat Justin sedang berjabat tangan dengannya.

Lalu mereka berdua menatapmu dengan heran.

Kutatap mereka satu persatu. "What you guys doing?"

"Shake hands?" Tanya Barry balik.

Kuhembuskan nafasku sambil menutup mata. Ternyata mereka tidak berkelahi. Pikiranku saja yang terlalu berlebihan.

"C'mon babe." Justin menarik tanganku untuk keluar dari ruangan Barry. Tak lupa aku memberikan senyuman terbaikku dan melambaikan tanganku pada Barry sebelum dia menghilang dari pandanganku.

Perjalananku keluar kantor polisi ini dibanjiri tatapan mata tajam dari semua orang yang ada disini. Terlebih lagi saat kami sudah berada diluar kantor. Serbuan paparazi membuat kami kewalahan. Apalagi tanpa perlindungan dari bodyguard Justin. Rasanya aku tidak bisa bernafas lagi.

Teriakan paparazi dan banyaknya penggemar Justin yang sedari tadi makin bertambah. Saat aku datang kesini hanya beberapa paparazi dan beberapa penggemar Justin sehingga aku bisa menghindar. Sekarang? Sangat sulit.

Badanku hampir terjengkang karena ada yang menarik rambutku sangat kencang. Untung saja Justin menangkapku. Aku langsung menoleh kebelakang untuk mencari tahu siapa orang itu. Namun aku tidak bisa menebak secara asal karena banyak sekali orang dibelakangku.

Sampai pada akhirnya kami berdua sampai di mobil Justin. Aku mencoba bernafas secara teratur. Begitupun Justin. Namun kepalaku terasa sangat pusing setelah kejadian tadi.

"Kepalaku menjadi pusing." Aku tak henti-hentinya mengurut pelipisku dengan harapan pusingnya akan reda. Namun tidak ada perubahan.

"Lets go to the hospital." Justin langsung menancapkan gas untuk pergi ke rumah sakit. Namun kucegah dengan halus.

"Lebih baik kau antarkan aku saja ke apartemenku dan rawat aku, oke? Justin mengangguk dengan sangat cepat.

Aku langsung menyandarkan punggungku ke jok. Pusingku semakin menjadi-jadi.

-

Kubuka mataku perlahan. Aku sudah ada dikasur? Siapa yang mengangkatku?

"Hey, you finally wake up." Justin muncul dari pintu dengan membawakanku sebuah mangkok dan gelas dengan nampan. Aku seperti merasa pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Ah iya! Waktu itu Calum ada disini saat aku demam. Bagaimana kabar dia sekarang? Aku tidak terlalu mencari tahu tentangnya. Namun aku terkadang merindukannya.

"Apa yang kau lamunkan?" Suara itu terdengar saat khayalanku telah menghilang.

Aku hanya tersenyum tipis tanpa menjawab pertanyaannya. Mungkin dia tahu isi kepalaku.

Justin mengambil mangkuk dari nampan yang dia taruh dimeja tadi.

"Apa yang kau buat?" Tanyaku sambil mengintip apa yang ada di mangkuk tersebut.

"Seperti biasa. Aku hanya bisa membuatkan ini untukkmu." Dia menyuapkanku sesendok bubur. Rasanya memang tidak terlalu enak, namun dia membuatnya dari hati dan khusus untukku.

Aku tidak bisa berbuat apapun selain bersyukur kepada Tuhan. Aku bisa dekat dengan orang yang menyayangiku. Terlebih lagi dia memang orang yang selalu kuharapkan menjadi pacarku sejak dulu. Siapa memangnya yang tidak mau dengan seorang Justin Bieber? Tidak ada.

"Bagaimana kepalamu? Masih pusing?"

Aku mengangguk pelan. Lalu aku mengisyaratkan Justin untuk tidur disebelahku.

"Sure my beautiful baby." Dia menaruh mangkuk ke meja lalu membuka baju nya. Sebenarnya tidak perlu membuka baju juga, sih.

Posisiku yang semula tidur refleks menjadi duduk saat melihat sesuatu yang lain di tubuh Justin.

"I never seen that bear, lion and eagle thing in your body...," kataku sambil bingung. Ya tuhan. "You made that tattoos?"

Aku berteriak karena dia membuat tato baru lagi. 3 tato baru.

"I'm sorry... i... i-"

"Kau sudah berjanji Justin. Kau berjanji padaku untuk tidak membuat tato lagi setelah yang terakhir itu." Kututup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

"I couldn't help it, Bar...." Suaranya terdengan mendekat kearahku.

"Kenapa kau mudah sekali mengingkari janji yang telah kau buat?" Kualihkan pandanganku ke Justin. Tepat di matanya. "Memangnya aku sudah tidak penting lagi? Baiklah."

"Bukan seperti itu, Bar. Dengarkan dulu penjela-"

"No. I don't need your explanation. You better go home. I can take care of myself."

Aku bangun dari kasur dan keluar menuju pintu. Menunggu Justin agar dia pergi dari tempatku.

********

End of part 50!

Semoga kalian suka.

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang