"Saara wait." Terdengar suara yang sangat familiar memanggil namaku. Aku menoleh kebelakang dan melihat Justin mendekat.
Ya Tuhan, mengapa hari ini jadi sangat rumit?
Aku berjalan tanpa menghiraukan Justin dan mendekat ke Barry.
"I'm sorry my phone battery is die." Aku menunjukkan layar handphoneku yang mati agar Barry tidak marah.
"Yeah, it's fine," balasnya datar.
"I went to studio after we dinner. Then he drove me." Aku melirik sedikit kearah Justin.
"Okay. I just wanna check on you." Barry berjalan kearah lift.
"Hey wait." Aku menarik tangannya dengan cepat. "Please come in."
"No. I have to go home. I have a work to do." Dia menepis tanganku pelan dan lanjut berjalan menuju lift. "I've been waiting for 1 hour."
Barry pun menghilang dibalik pintu lift yang tertutup.
Aku menutup mataku dan bersandar sejenak didinding.
"What are you doing here?" Tanyaku pelan.
"Aku hanya ingin memberi tahumu kalau kau tidak perlu ke studio besok. Yang kau ubah tadi itu sangat bagus dan menakjubkan." Jawabanya membuatku sangat kesal. "I don't know if there's your man here."
"You better go home and leave me." Aku membuka mataku dan membuka pintu.
"But ...," kata Justin.
"Now." Aku memperjelas lagi kalimatku tadi sehingga dia mengerti apa maksudku.
Aku masuk kedalam dan membanting pintu. Aku berlari menuju kasurku dan rebahan. Kututup wajahku dengan bantal.
Ada saja masalah yang terjadi antara aku dan Barry.
Aku terbangun dan mengisi daya baterai handphoneku. Saat sudah menyala, aku mengirim pesan singkat kepada Barry.
I'm sorry
Lalu aku duduk sambil menunggu jawaban darinya.
Aku melirik handphoneku setiap detik karena aku sangat menunggu jawaban dari Barry.
Handphoneku berbunyi dan secepat kilat aku mengambilnya. Ternyata pesanku dibalas.
You don't have to say sorry babe
Aku terkejut membaca pesannya. Lalu ada pesan tambahan lagi darinya.
Is it fine to call you babe?
Yang semula perasaanku sedih berubah drastis menjadi sangat bahagia dan ... sangat bahagia. Tak lupa aku tertawa karena isi pesannya membuatku tergelitik.
Semenit kemudian dia menelepon.
"It's totally fine," jawabku dengan penuh semangat. "You're my boyfriend and you can call me anything you want."
Terdengar tawa Barry dari seberang sana. "Alright, girlfriend." Lalu dia sambung lagi tertawanya. "Maafkan aku tadi. Aku meninggalkanmu."
"Aku yang seharusnya minta maaf karena aku lupa memberimu kabar." Kutundukkan kepalaku.
"I love you," ucapnya. Seketika hatiku meleleh begitu saja.
"Is that for sure?" Tanyaku penasaran. "Okay okay i love you too Barry."
"Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"
"Tidak ada. Aku hanya duduk dan sedang berbicara denganmu."
"Kau besok sibuk tidak?"
"I don't know. Jadwalku besok ke studio untuk membicarakan singke baruku." Aku melihat note kecil di meja bertuliskan 'tomorrow meeting for cold water'.
"You'll drop another single?" Tanya Barry tidak percaya. "Omg, my girlfriend is really talented."
"Please don't preaching too much my boyfriend," balasku malu-malu. "Aku akan sempatkan waktuku untukmu."
"Thanks babe. I need to take you to a place."
"What kind of place?" Tanyaku penasaran. Apakah dia akan melamarku? Jangan bermimpi Bara. Kau baru saja kenal dengannya.
"You'll see tomorrow." Aku menjadi sedikit curiga. Sepertinya akan ada suatu yang spesial.
"Okay ... uh by the way, apakah kau marah padaku saat aku berada didekat Justin?" Aku bertanya dengan sangat-sangat hati-hati agar dia tidak marah.
"No Saara. I'm not mad or anything related to that, but sometimes i just don't like it when you guys are in the same place or ... like hang out together. I feel like i'm jealous and ... and i'm scared you'll leave me for him."
"I swear i won't leave you for him. He hurted me more than once and i'm never gonna fall on the same hole ... like for sure. I love you and ... all i need is you. Not him." Aku meyakinkannya agar dia tidak berpikiran buruk tentangku dan Justin.
"Thank you," ucapnya dengan penuh kelegaan.
"Dan aku akan menjaga jarak dengannya kalau kau tidak suka."
"No ... no please don't. He's one of your friend. I trust you."
"Thanks for trusting me."
"Well it's 2 a.m. We need to sleep." Aku melihat layar handphoneku dan ternyata memang sudah jam 2 malam. Aku tidak merasakan kantuk sama sekali.
"Fine. See you tomorrow, baby." Dengan keraguan yang sangat besar, akupun mencoba memanggilnya 'baby'. Aku sedikit takut karena kejadian dulu dimana aku memanggil Justin dengan panggilan sayang padahal kami hanya sebatas teman. Dan perasaan takut itu masih terbawa sampai sekarang.
"Bye."
Panggilan pun berakhir dan aku langsung tidur dikasur dan memejamkan mataku.
Aku masih tidak menyangka kalau aku mempunyai seorang pacar. Bukan dari kalangan artis. Dan aku tidak pernah menyangka aku akan bertemu dengan Barry walaupun sebenarnya hati kecilku mengharapkan Justin
* * * * *
End of part 15.
![](https://img.wattpad.com/cover/79753174-288-k697952.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Your Love Song
FanficThe Season 2 (sequel) of "You're a Song To Me" Saara living her new lifes and found someone who stole her heart. How about Justin? Let's find out! [Saara menjalani kehidupan barunya dan menemukan seseorang yang mencuri hatinya. Bagaimana dengan Just...