Smile

129 13 0
                                        

Dengan ragu aku menekan kontak Scooter.

"Hey Saar!" Sapa Scooter penuh semangat. Sebenarnya aku sedang malas untuk berbicara pada siapapun.

"Do you know where Justin is?" Tanyaku sepelan mungkin agar tidak terdengar suaraku yang serak karena menangis.

"Mungkin dia dirumahnya. Dia tidak ada kabar sejak kemarin. Ada apa? Kalian ada masalah?"

"Ah tidak. Aku hanya ingin memberinya kejutan. Sampai nanti."

Kumatikan panggilan dan aku bergegas menuju rumahnya. Entahlah apa yang akan kukatakan padanya nanti. Yang pasti, aku harus menemuinya dulu.

-

Aku sampai didepan gerbang rumahnya. Mobil yang dia biasa pakai terparkir rapi. Lalu aku bisa melihat ada mobil lain disebelahnya. Entah siapa.

Dengan penuh keberanian aku mendorong pagarnya yang menjulang tinggi. Muncul lah beberapa penjaga rumah yang menghadangku. Sepertinya dia tidak mengenalku dan menganggapku orang asing yang ingin membobol rumah Justin.

"You don't know me?" Tanyaku dengan sangat hati-hati. Bisa-bisa aku diusir oleh mereka.

Kalau mereka mengusirku, aku pasti akan adukan hal ini pada Justin dan dia pasti akan memecat mereka.

"Guys, let her in." Tiba-tiba muncul seseorang yang familiar namun aku tidak mengenalnya. "Are you insane? She is Justin's girlfriend."

Aku langsung diajak masuk dan terpaksa aku mengabaikan permohonan maaf dari mereka.

"I'm sorry your face is so familiar to me, but... who are you?" Aku bertanya dengan sangat hati-hati karena takut membuatnya kesal. Yang pasti akan berujung tidak baik baginya.

"You don't have to say sorry, Saara Palvin. I'm Albert." Dia langsung menyodorkan tangannya dan aku menjabat tangannya cepat. "Aku kepala penjaga dirumah ini. Umurku masih muda, tapi aku diberi kepercayaan penuh oleh Justin."

Aku hanya tersenyum heran mendengarnya. Aku juga tidak ingin mengetahui hal itu.

"Btw Justin is upstair. He is with his friends. I don't know exactly but his friends are Tattoo Artists."

Aku langsung terkejut. Albert langsung meninggalkanku saat kami sudah di depan tangga.  Apakah Justin membuat tato baru lagi? Yang benar saja! Dia tidak kapok dimarahi olehku?

Dengan cepat aku menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai dua. Setelah sampai aku sempat mencari dimana dia berada. Sampai kulihat tanda didepan sebuah pintu, 'Justin here'.

Sebuah tanda yang aneh. Namun aku langsung membuka pintu itu.

Aku menyerngit. Kulihat Justin sedang duduk bersandar dikursi. Lalu dibagian dada nya di sinari oleh lampu yang sangat terang. Dan seorang pria memakai masker sedang melakukan sesuatu terhadap tato di dadanya. Apa dia menggambar lagi. Justin pun terlihat sangat kaget melihatku berada di pintu.

"Babe?" Justin langsung menyuruh orang itu untuk berhenti dan dia berjalan kearahku. Dia langsung memelukku dan aku hanya diam mematung tidak tahu harus bagaimana.

"What are you doing here? Why you not telling me? Are you... gonna give me a surprise?" Wajahnya terlihat sangat sumringah. Aku hanya terheran melihatnya.

Justin mengajakku keluar ruangan itu dan meninggalkan orang-orang yang ada disana.

"Jadi kau akan menambah tato baru?" Aku bertanya sesantai mungkin walaupun aku ingin berteriak dan marah-marah.

"Of course no, mi amor." Sebuah kecupan hangat mendarat di keningku. "Aku akan menghapus 3 tato baruku."

Seketika aku dan Justin saling berpandangan. Yang benar saja?

"Ya, ini sangat benar. Aku melakukan semua ini agar kau tidak marah lagi padaku. Lagi pula, aku sudah berjanji untuk tidak membuat tato lagi."

Benar saja, air mataku langsung berselancar di pipiku. Dan aku juga langsung memeluk Justin.

"Hey my beautiful princess, why are you crying?" Justin membalas pelukanku sambil mengelus lembut punggungku. "Aku yang seharusnya menangis karena kau datang jauh-jauh kesini."

Kulepas pelukan ini. Lalu aku menatapnya sambil menghapus sisa-sisa air mataku. "You don't have to remove you tattoos. I will always love you no matter what. With or without that tattoos."

Wajah Justin langsung berubah drastis. Seperti baru saja melihat sesuatu yang menakjubkan.

"Thank you so much, Bar. I love you."💕

Aku langsung menciun bibirnya setelah dia bilang 'i love you' dengan mata yang berkedip.

********

End of part 51

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang