We're Done

268 32 1
                                    

"Thank you Barry." Aku menyuap makanan yang sudah kutaruh disendok. (Maksudnya nyedok makanan gt wkwk) "I swear i feel so special today."

Barry hanya mengangguk sambil tersenyum.

"I've never felt this way before. No one ask me out like you did."

"So ... Justin Bieber and Calum Hood never done that?"

Aku tersedak dan langsung minum ketika Barry menyebutkan kedua nama lelaki itu.

"I'm sorry Saara we suppose not to talk about this." Barry terlihat sangat bersalah.

Aku menaruh gelasku kembali di meja. "Tidak apa-apa Bar."

"Yes. They never did." Aku menghela nafas. "Sebenarnya aku pernah makan malam dengan mereka. Ya, makan malam sebagai teman. Seperti yang kau tahu, aku hampir melakukan semua hal dengannya. Dengan Justin. Tapi, kami hanya sebatas teman."

"I thought he loved me. After everything we been through. But ... you know ..." aku menghapus air mataku yang menetes di pipiku. "I'm sorry. I'm sorry."

"You have to move on, Saara." Barry menggenggam tangan kananku. "You have me now." Aku tersenyum dan melanjukan makan malam.

"Should we talk about eachother's life?" Barry membuka percakapan lagi.

"Okay. Me first. I am songwritter and i'm single." Aku dan Barry tertawa bersama. "No ... no ... uh ... i live alone in LA because my mom and dad divorced when i was a kid and in 2013 my dad married to someone i used to hate and i run away to here and work as a songwriter," kataku. "Not run away actually. Temanku menawarkan pekerjaan disaat keadaan sedang memburuk dan aku menerimanya."

"Apakah kau pernah bertemu ayahmu sejak kau meninggalkan rumah?"

"I talked to him on the phone. Keesokan harinya, saat ayah, ibu tiri dan adik tiriku berangkat dengan mobil dari Boise menuju LA ... mereka kecelakaan dan meninggal."

Barry terlihat sangat syok. "I'm sorry Saara."

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ya Tuhan, seharusnya makan malam ini menjadi makan malam yang indah."

"Kalau kau ada waktu, kau bisa datang dan melihat bagaimana tempat kerjaku," tawarnya.

"Sure, i'd love to. Kau juga bisa datang ke studio dan membantuku menulis lagu."

"Great idea."

-

"Thanks Barry for tonight." Aku dan Barru sudah ada didepan gedung apartemenku.

"Anything for you, Saara." Barry tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

Aku memejamkan mataku lalu aku merasakan bibirnya yang menempel di bibirku.

"See you tomorrow, Saara." Aku keluar dari mobil lalu berjalan menuju lift. Aku terus menggigit ujung bibirku sambil memikirkan kejadian tadi. Barry menciumku. Yang benar saja!

Sesampainya di lantai 8, aku berjalan menuju kamarku dan kulihat ada seseorang yang berdiri disamping pintu. Aku berjalan mendekat dan ditanganku sudah kusiapkan semprotan merica.

"Hey Bara it's me." Mendengar suaranya aku langsung lega karena itu Justin. Apa yang dia lakukan disini?

Aku membuka pintu dan masuk disusul olehnya.

"What are you doing here?" Tanyaku heran dan sedikit kesal.

"I just wanna checking on you." Justin duduk dan bersandar di sofa.

"Kau tidak perlu repot menjengukku setiap hari." Aku mengambil minum dikulkas dan meneguknya. "You have a girlfriend to check. Not me."

"How's the dinner?" Tanya Justin mengalihkan pembicaraan.

"Berkesan dan membuatku sangat bahagia. He's really the first man ever to asked me out."

"What? What about me?" Justin berdiri dan mendekat padaku.

"Kau tidak pernah melakukannya. We just did things as a friend. You took me to Cleveland as a friend, you kissed me, you bought me everthing and you gave your time to me as a friend. Nothing else. Everything we did was real but ... yeah you didn't take it serious."

"Oh Saara please you don't know anything."

"Yes i know. You don't love me. You love playing with my heart and i love being played by you." Aku melempar gelas yang kupegang ke lantai.

"Tapi itu dulu. Sekarang aku sudah sadar dan aku harus menjalani kehidupan baruku." Aku jongkok dan mengambil serpihan beling yang berserakan.

"Hey Bara becareful."

"From now, don't ever call me Bara anymore. It's my kids name and you aren't not family or even my boyfriend. You just a friend."

"Okay, Saara." Suaranya terdengar sangat lemas dan sejujurnya aku sangat sedih mengatakan hal sejahat itu padanya.

"Well the exit is there." Aku menujuk ke pintu dan Justin keluar dengan cepat.

* * * * *

End of Part 8 - We're Done.

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang