A Night to Remember

205 25 6
                                    

"Kenapa tempat ini sepi sekali?" Tanyaku sambil melihat sekeliling restoran ini.

"Aku menyewa tempat ini hanya untuk kita berdua saja," jawabnya santai sambil melihat pemandangan laut dari pinggir tebing.

Aku mengerutkan dahiku. Untuk apa dia menyewa restoran mewah, mahal dan berkelas seperti ini hanya untuk kami berdua saja?

"Anggap saja ini sebagai salah satu bentuk terima kasihku padamu. Karena kau mau ikut bersamaku."

Aku hanya tersenyum keheranan. Sepertinya ini tanda terima kasih yang sangat berlebihan.

Sinar matahari yang tidak terlalu menyengat menyinari kota Barcelona yang indah ini. Laut yang begitu biru senada dengan warna langit yang menenangkan hati.

Terdengar percikan air laut dan semilir angin sejuk dari tempat dimana aku dan Justin duduk.

"Do you love this place, Bar?"

Aku menganggukkan kepalaku, lalu memejamkan mata sambil menghirup udara yang segar ini.

Angin kencang tiba-tiba datang dan menerpa rambutku sehingga sedikit menghalangi pandanganku.

Lalu tiba2 Justin memegang rambutku dan menyelipkannya dibelakang telingaku. Tak lupa dia meninggalkan setangkai pendek bunga mawar yang entah darimana dia dapat.

"Thank you," ucapku sambil menggigit ujung bibir kananku. Ku akui dia benar-benar romantis.

"Here are the appetizers." Pelayan datang dan membawakan hidangan pembuka.

"So ...," kataku basa basi.

Tiba-tiba handphoneku berdering dan kulihat Barry menelepon!

"Hi babe." Ah, suaranya yang sangat kurindukan.

"Hi Barry! I really missed you so much," balasku sangat bersemangat.

"Kau sedang apa sekarang?" Tanya Barry santai.

"Aku sedang makan siang." Oh shit, aku sedang makan siang dengan Justin, berdua. Berdua saja.

"Dengan ...?" Apa yang harus aku jawab?

"With all the crew of course baby." Justin langsung menatapku heran. Aku hanya menyeringai saja.

"Hahaha ... aku percaya padamu, Saara. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau disana." Ya Tuhan. Nyaris saja. Aku langsung menghembuskan nafas lega tanpa berbunyi.

"Aku akan pulang sekitar ... seminggu lagi."

"Okay babe, aku harus kembali bekerja."

"Baiklah, sampai jumpa."

Aku menaruh membali handphoneku ke tas dan kembali makan.

"Why were you lying to him? You can Just told him we are lunch together." Justin terlihat heran sekaligus kecewa.

"Dia bisa membunuhku saat aku sudah pulang kalau kita makan siang berduaan saja." Aku tertawa agar suasana ini tidak berubah canggung.

"Kau sangat mencintainya, bukan?" Matanya tidak mengarah padaku.

"Yes," jawabku mantap. 'But i love you more, Justin,' lanjutku dalam hati.

"Can we just talk about something else?" Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan agar dia tidak sedih.

"Aku dan Selena sudah tidak bersama lagi semenjak sebulan yang lalu."

Aku hanya diam saja mendengar dia bicara.

"I was so into her. I loved her." Tatapan mata Justin begitu sedih.

"Hei, jangan bersedih. Mungkin ini jalan yang tepat untuk kalian berdua. Tidak baik memaksakan perasaan orang untuk mencintaimu." Aku memberanikan diri untuk menggenggam tangannya.

"You still have peoples who care about you. You have me." Senyumannya tiba-tiba mengembang dan akupun ikut tersenyum.

"Justin it's already 7 p.m." Aku terkejut saat melihat jam di handphoneku. Dan terdapat 7 panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan lain yang malas untuk kujawab. Setelah berbicara dengan Barry tadi, aku langsung mensenyapkan suara dihandphoneku.

"Kau mendapat panggilan dari Scooter juga?" Aku langsung mengangguk kencang.

"Sepertinya kita harus pulang, Justin. Semua orang mencari kita."

"Don't worry about that. Aku sudah bilang Scooter kita akan pulang telat." Dia menunjukkan handphonenya lalu memasukkannya kedalam saku celananya.

Aku hanya mengangguk pasrah. Hari ini benar-benar sangat membahagiakan. Seharian bersama Justin, membicarakan hal-hal yang kami lewatkan satu sama lain dan bercanda tawa.

Justin tiba-tiba berdiri dan mengulurkan tangannya.

"Kita berdansa sejenak, yuk?" (Duh ini kaya ngajak apaan dah wkwk)

Aku meraih tangan Justin dan ikut berdiri mengikuti langkah kakinya berjalan.

Aku menaruh kedua tanganku di bahunya dan Justin menaruh tangannya di pinggangku.

"It's so weird, me and you ...," kataku sambil menunduk karena aku sangat deg-degan. "Tidak memakai baju yang seharusnya dipakai saat berdansa."

Aku mencoba untuk menatap matanya sambil menyeringai agar tidak terlihat betapa deg-degannya aku. (Yang tau bahasa indonesia deg-degan boleh komen dong.)

Semakin aku metapnya, semakin dekat pula wajah kami berdua. Aku mulai menutup kedua mataku.

Bibir Justin sudah hampir mengenai bibirku saat aku membuka mataku. Mataku melotot dan aku teringat dengan perkataan Barry tadi siang. Dia percaya padaku. Dia memberikan kepercayaan padaku.

"We should go home." Aku melepas tanganku dari pundaknya lalu berjalan keluar restoran.

*****

End of part 25!

Jangan lupa kasih vote yah! Saran dan komentar sangat diharapkan! Terima kasih.

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang