"Are you busy, like ... right now?" Tanyaku hati-hati. "I ... i'm sorry. Don't bother my question. Just ... just let it go away."
Aku jadi salah tingkah dan tidak berani menatap Barry.
"I'm available." Dia tertawa sedikit dan aku ikut tertawa sejenak.
"Uh ... aku ingin meminta bantuanmu."
"What is that?"
"Mengangkat barang-barangku. Aku akan kembali ke apartemen lamaku. Untung saja tempat itu belum diambil siapapun semenjak aku pergi." Aku mencoba untuk mencairkan suasana. Tapi sepertinya tidak berhasil.
"Sure," jawabnya singkat. Aku dan Barry masuk ke mobilnya lalu berjalan ke apartemen kami, dulu.
-
Kulanjutkan merapikan barangku di kardus. Barry ikut membantuku sedikit. Dia memasukkan hiasan meja ke kardus yang tersedia.
Kuperhatikan dia yang sedang diam menatap fotoku dan dia dibingkai. Lalu secara tiba-tiba dia membawa bingkai itu.
"No no ... Barry! Don't throw that." Aku berteriak saat dia akan memasukkannya ke kotak sampah. "I'll keep that one."
Barry membawanya kembali dan menaruhnya ke kotak. Aku bisa bernafas sangat lega sekarang.
Aku kembali duduk dan terdiam sejenak. Kulihat dia datang dan duduk dihadapanku.
"Apa kau yakin, dengan semua ini? Kau akan pindah?"
"Ya, ini mungkin hal yang terbaik bagiku. Tidak ada lagi alasanku untuk tinggal disini." Kupeluk kakiku dan kutaruh daguku di lutut. "Kita tinggal disini karena suatu alasan, kita ingin menjalin hubungan yang serius. Namun aku mengacaukan semuanya dan ... kau pergi."
Lagi-lagi aku membiarkan air mataku keluar di hadapannya dan dia membiarkan air mata ini mengalir.
"Lebih baik aku kembali daripada aku disini menyendiri dengan semua kenangan kita."
Barry lalu merogoh kantongnya dan mengeluarkan sesuatu yang berkilau.
"For you." Dia memberikanku sebuah kalung berinisial B. "Since i knew you being called 'Bara', i decided to give you this. But ... you can have it or throw it away."
Kuambil kalung itu dan kupandangi selama mungkin. Mungkin kalung ini bukan dari berlian yang mahal, namun ini sangat berarti bagiku.
"Thank you, Bar." Aku langsung memakai kalung ini dan melanjutkan kegiatanku tadi.
Setelah selesai, Barry langsung membantuku membawa semua barang kemobilnya tanpa ada yang tertinggal.
Ada satu yang tertinggal, kenangan.
-
"You back to your old place?" Tanya Julia. Aku hanya mengangguk dan kurang mengacuhkannya.
"I'm so sorry about you and Barry." Dia mendekat dan memelukku dari samping. Aku tidak bisa berekspresi lain selain berpura-pura senang.
"Jadi ... bagaimana kabarmu dengan Justin?" Tanya Mike. Semuanya diam seolah-olah menungguku untuk menjawab.
"Entahlah. Sepertinya aku terjebak di zona pertemanan."
"Sejak kapan kau punya kalung itu?" Langsung kusentuh kalung itu karena takut kalau ini sampai hilang.
"Oh ... it's from Barry." Semua orang seakan terpana mendengar penjelasanku. "Setidaknya aku masih berteman dengannya."
Keheningan ini dipecahkan oleh sebuah panggilan masuk dari handphoneku.
Sebenarnya aku malas untuk mengangkatnya, namun apa daya. Teman-temanku memaksaku untuk menjawab panggilan ini.
"Good morning beautiful." Suaranya begitu semangat sekali.
"Hi Justin." Kujawab seadanya saja.
"My mom wants to meet you."
"Apa? Yang benar saja?" Aku spontan berteriak karena saking terkejutnya.
"Tentu saja! Kau ini kenapa? Seperti tidak pernah bertemu ibuku saja."
"Sorry. Aku hanya terkejut saja." Aku sedikit berbohong karena aku tidak enak mereka yang mendengar obrolanku dengan Justin. Sejujurnya aku sangat senang sekali karena aku akan bertemu dengan seorang 'ibu'. Mengingat aku tidak punya ibu lagi dan ... ya ibuku memang tidak ada lagi.
"Aku akan menjemputmu 1 jam lagi, oke?"
"Sure, Bieber."
Kumasukkan handphoneku ke tas dan terdiam sejenak.
"Apa yang Justin lakukan padamu? Bilang padaku." Mike mengepalkan tangannya dengan semangat jika dia tahu Justin menyakitiku. Aku hanya tertawa.
"He did nothing." Kusandarkan punggungku ke sofa. "Dia mengajakku untuk bertemu ibunya."
"OMG! Kau sebentar lagi akan resmi menjadi Nyonya Bieber!" Teriak Julia. Dia menari dengan Tranter berdua. Aku hanya bisa diam dan berdoa dalam hati.
'Semoga saja.'
************
End of Part 43!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Your Love Song
FanfictionThe Season 2 (sequel) of "You're a Song To Me" Saara living her new lifes and found someone who stole her heart. How about Justin? Let's find out! [Saara menjalani kehidupan barunya dan menemukan seseorang yang mencuri hatinya. Bagaimana dengan Just...