"Hi i'm so sorry i was late." Aku sedikit tegang saat Diplo mengangkat panggilan dariku.
"Hi Saara Palvin." Aku sedikit terkejut dia terdengar sangat santai dan ... biasa saja.
"Please i'm sorry," kataku memohon.
"Haha you don't have to say sorry. The single release is in 2 weeks." Dia hanya tertawa pelan dan tidak marah.
"I'm so glad you are not dissapointed at me." Aku bisa bernafas lega sekarang.
"Baiklah kalau begitu, sampai nanti."
Panggilanpun terputus lalu aku kembali duduk disebelah Barry.
"Syukurlah Diplo tidak marah." Kusandarkan kepalaku di pundak Barry.
Namun aku kembali ke posisi seperti semula. "Wait. Aku merasakan sesuatu yang aneh. Sepertinya ada sesuatu denganmu."
Barry pun awalnya ikut bingung. Namun setelah itu dia langsung berdiri dan mengajakku pergi. Akupun hanya diam dan membuntuti Barry dari belakang.
Lalu aku dan Barry masuk ke dalam mobil dan kamipun pergi.
-
Aku terkejut sekaligus heran. Barry memarkirkan mobilnya tepat di pemakaman Evergreen. Ini kan tempat dimana ayah, ibu dan Sam dimakamkan. Apa Barry kenal keluargaku?
Dia membawa bunga yang ditaruhnya di jok belakang. Lalu dia diam seribu bahasa dan berjalan meninggalkanku. Aku hanya bisa diam dan mengikutinya dari belakang.
Ya Tuhan, apakah Barry benar-benar akan berjalan menuju ke pemakaman keluargaku? Sejak kapan mereka bisa bertemu?
Barry pun mempercepat langkahnya dan benar berjalan ke arah tempat pemakaman keluargaku.
Sampai kami berhenti di sebuah makam.
Tunggu, ini bukan makam keluargaku. Terdapat tulisan 'Nora Allen' disana.
Barry langsung jongkok dan menaruh bunga disana.
"Ini makam ibuku." Suaranya terdengar sangat pelan. Aku hanya bisa diam dan ikut jongkok bersamanya.
Sesekali aku meliriknya yang diam fokus menatap batu nisan ibunya. Aku hanya bisa diam dan takut mengganggu momen ini bersama mendiang ibunya.
"She's my girlfriend, mom," ucapnya pelan sambil menggenggam tanganku.
"I'm Saara." Aku mengucapkan namaku karena aku yakin roh ibu Barru pasti ada disekitar sini dan sedang menatap kami berdua.
Setelah itu Barry mengajak pulang dan tak lupa berpamitan.
"Follow me," ajakku pada Barry. Sekarang giliran dia yang mengikutiku.
Setelah menempuh perjalanan yang sedikit jauh karena aku sempat tersasar, akhirnya kami berdua sampai di makam keluargaku.
"So ..." Barry membuka suara.
"Yes." Aku menjawabnya sesingkat mungkin.
Aku memilih untuk duduk di rerumputan dan meperhatikan satu batu nisan besar yang bertuliskan nama ayah, ibu dan Sam.
"Aku belum sempat bertemu dengannya lagi semenjak aku pergi dari rumah." Aku membiarkan air mataku jatuh bebas ke pipi.
Aku menyadari sesuatu hal kalau seharusnya yang datang kesini bersamaku adalah Justin.
Mengapa aku masih memikirkan Justin disaat hal ini sudah terjadi. Dimana aku dan Barry berpacaran.
Aku menjadi semakin sedih dan terisak.
"You okay, baby?" Tangan Barry menyentuh pipiku lembut. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Let's go home." Aku menarik tangan Barry untuk berdiri dan berjalan ke mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
I am Your Love Song
FanfictionThe Season 2 (sequel) of "You're a Song To Me" Saara living her new lifes and found someone who stole her heart. How about Justin? Let's find out! [Saara menjalani kehidupan barunya dan menemukan seseorang yang mencuri hatinya. Bagaimana dengan Just...