"Nothing happened to me?" Tanyaku dalam hati saat membuka mataku.
Tubuhku masih dibalut pakaian yang semalam dan ditutupi oleh selimut, lalu kamarku bersih tanpa ada bekas minuman alkohol. Tidak ada jejak semalam.
Saara, memangnya kau sedang berharap apa, sih? Jangan berpikiran yang aneh-aneh.
"Morning," sapa Justin yang berdiri dipintu kamarku.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman simpel (Ituloh kaya ngebales senyum tapi natural banget, ga dibuat-buat dan ga sumringah).
Aku merasa ada hal yang mengganjal dipikiranku tentang semalam. Ya Tuhan, kami berciuman?!
Tapi mengapa aku merasa itu hal yang sangat mengasyikkan? Saara, kau harus ingat Barry dirumah. Dia memberikanmu kepercayaan.
"Kenapa? Ada sesuatu?" Tanya Justin yang menunjukkan wajah khawatirnya. Aku menatapnya lurus penuh arti. Apa dia menyinggung masalah semalam?
Apa dia tidak merasa bersalah padaku? Pada Barry? Apa dia tidak memikirkan lagi bahwa aku sudah punya pacar? Apa dia ingin merebutku dari Barry?
Tapi aku juga suka kejadian semalam, terlepas dari mabukku. Aku akui itu. Namun hanya aku dan Tuhan yang tau.
"Ah tidak, aku hanya kelaparan." Aku menyeringai sambil memegang perutku yang kebetulan lapar untuk dijadikan alasan.
"Ayo kita keluar sebentar mencari sarapan. Akan kutraktir kau." Justin menawarkan tangan kirinya untuk dipegang, dan tanpa ragu aku menggenggamnya erat, sangat erat.
*
(Btw ini pakaian yang dipakai Justin saat cari sarapan dengan Saara. Itu jaket ijo dia bawa.)
"Ini untukmu." Justin datang ke meja yang telah kududuki dengan membawa 2 gelas cokelat panas dan 2 roti keju.
"Thank you." Aku mengambil gelas tersebut dan meminumnya perlahan.
"Ini masih pagi, jadi aku tidak bisa memesankanmu jus melon." Matanya melirikku sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum melihat senyuman indahnya, bukan leluconnya.
Aku mencium aroma khas Justin di jaket hijau yang dia berikan, lebih tepatnya meminjamkan, saat kami baru keluar dari bus. Sebetulnya kami sudah beberapa langkah dari bus, namun aku kedinginan, dan dia kembali kedalam bus untuk mengambil jaket miliknya. What a man.
"Aku senang sekali bisa melihat senyum indahmu itu."
Ucapannya membuatku terpaku sesaat. Dan kurasakan pipiku sudah memanas.
Aku tidak bisa menjawab apapun selain tersenyum dan menatap dalam ke mata indahnya.
"I think we should go back." Aku mencoba memecahkan keheningan ini agar aku tidak hanyut lagi di hati Justin.
*
"Apa kau yakin tidak ingin berlama-lama dulu dengan kami?" Tanya Scooter saat dia dan beberapa kru mengantarku ke bandara.
"Aku harus pulang. Pekerjaan dan Barry sudah menungguku." Semua tertawa mendengarku tak kecuali Justin. Dia tertawa, namun aku bisa melihat kekecewaan dimatanya.
Aku memeluk para kru satu persatu dan tibalah aku dihadapan Justin.
Mungkin ini takdir yang sudah Tuhan rencanakan untuk kita. Kau ditakdirkan untuk mencintai tanpa memilikiku, dan aku ditakdirkan untuk mencintai dan dimilikki orang lain.
Namun apakah aku bisa merubah takdir yang sudah digariskan untukku dan kau, Justin?
"See you around, Bar." Justin memelukku erat seolah-olah ini perpisahan terakhir untuk kami. Entah kapan lagi kami akan bertemu. Mungkin dalam waktu dekat ini, atau tahun depan, atau kami tidak akan bertemu lagi?
Entahlah. Walaupun kami ditakdirkan untuk tidak bertemu lagi, setidaknya masih ada kenangan manis yang bisa diingat.
Aku melepas pelukannya. Lalu aku berjalan memasukki ruang check-in. Sesekali kutoleh kebelakang untuk melihat apakah mereka masih disaja. Sekali kutoleh, masih ada mereka. Sampai ke empat kalinya, hanya Justin disitu yang berdiri menungguku masuk kedalam.
Ingin rasanya aku berlari dan memeluknya. Apalah dayaku, disini banyak sekali paparazi yang memotret tanpa persetujuan dariku. Lagipula, dia hanya teman bagiku.
Aku berjalan cepat menuju ruang check-in tanpa melihat kebelakang lagi. Aku tidak mau terjebak di ruang nostalgia.
**********
End of part 27!
Jangan lupa vote dan komen yah!
Ada yang tau ga nama lengkap saara siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
I am Your Love Song
FanfictionThe Season 2 (sequel) of "You're a Song To Me" Saara living her new lifes and found someone who stole her heart. How about Justin? Let's find out! [Saara menjalani kehidupan barunya dan menemukan seseorang yang mencuri hatinya. Bagaimana dengan Just...