Story About Us

274 34 0
                                    

"Let's talk." Justin mengajakku duduk dipinggir kasur. Namun aku melepaskan tangannya yang menggenggam tanganku.

"What are you doing? Kenapa harus disini dan pintunya dikunci?" Aku menatap Justin tajam.

"Supaya orang tidak bisa mendengar apa yang kita bicarakan." Hah? Aku semakin bingung dengan ucapannya.

"Memangnya kita mau bicara apa?" Justin sudah duduk di pinggir kasur sedangkan aku masih berdiri.

"About ... us." Justin terdengar sedikit ragu.

"Alright then." Aku duduk dilantai dan bersandar di pintu. "So ... apa yang ingin dibicarakan."

"Your song ... uh ... it's amazing. Aku mendengarnya hampir setiap menit."

"Yeah thank you."

"I'm sorry, Saara."

"Stop saying sorry to me. I'm tired to hear that." Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Because of me, you almost killed yourself. Karena aku, kau menjadi sedih dan ... kau tersiksa melihatku bersamanya." Justin memainkan kedua tangannya. "Aku tidak bisa melakukan apapun selain meminta maaf padamu."

"Itu sudah berlalu dan aku sudah memaafkanmu. Malah sekarang kita berteman baik." Aku membuka kedua tanganku dan menatap Justin. "Walaupun dari dulu kita memang hanya berteman."

"You have no idea how hurted i am. Sampai sekarang itu membekas di hatiku. I hate the fact i'm creeping on your and her Instagram. Like, i can't live without your relationship news." Aku menghapus air mataku yang mengalir.

"Yeah, all the stuffs you guys did, it inspired my new song. How perfect and beautiful she is to you. How she touched you." Aku membenarkan posisi dudukku dan memeluk lututku. "Kau menciumku dengan bibirmu yang terdapat bekas lipstik pacarmu."

"Saar-"

"I could taste her lipstick and it felt like i kissed her too." Ucapannya aku potong agar dia diam dan mendengarkanku berbicara. "You don't call me Bara anymore? Why? Apa karena kau ingin menjaga jarak denganku? Apa karena Selena melarangmu?"

"No ... please Saara let m-"

"I love being called Bara by you. By someone i loved. Tapi kau berpaling dan memilih dia. Why?"

"Barra please it-"

"Maybe i should be like her, supaya kau memilihku dan meninggalkannya. Tapi itu tidak mungkin. Dan aku sekarang bisa apa?"

Justin hanya diam dan menjambak rambutnya dengan kedua tangannya.

"Aku hanya bisa diam dan meratapi kesedihanku ini. It's not that easy to let you go, Justin. I love you. I know what we had was real. Everything we did was real. But ... why?"

Aku berdiri dan duduk disebelah Justin.

"You can just tell me why and i'll leave you. For good. Aku tidak akan mengganggu kalian lagi." Aku memegang kedua tangannya.

"Bara ... plea-"

"Tell me why Justin. Beri tahu aku kenapa kau meninggalkanku? Did i do something wrong?"

"No ..."

"Then tell me!" Suaraku kutinggikan agar Justin menjawabnya.

"I love her." Dia diam dan tidak banyak bicara.

"Another reason please. Pasti ada suatu hal yang kau sembunyikan dariku." Aku tetap menggenggam tangannya.

"No. I love her more than you." Kepalaku rasanya mau pecah karena kesal. Aku melepas genggaman tangannya.

"Okay fine. I guess i have to move on and let you go now. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku berjanji." Aku berdiri dari kasur dan berjalan menuju pintu.

"I hope you'll understand someday, Bar."

"Don't call me Bara anymore. Just Saara." Aku memutar kunci dan membuka pintu.

"I hope you will understand."

Aku keluar dari kamar dan turun kebawah. Aku menghapus air mataku dahulu sebelum sampai dilantai bawah. Pesta masih berlanjut dan semua orang sedang berhura-hura.

Aku keluar rumah dan terdiam ditempatku. Ah, Barry! Dimana dia sekarang?

Aku berjalan mengitari rumah untuk mencari Barry. Namun dia tidak ada. Aku langsung mengeluarkan handphoneku dan mencari kontaknya.

Sial. Aku belum mempunyai nomornya. Kenapa dia tidak meneleponku? Apa dia tidak tertarik padaku?

* * * * *

End of Part 6 - Story About Us

Kira-kira Barry tertarik ga sama Bara?

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang