Jealous

164 22 0
                                    

"Babe, i need to tell you something."

Aku menyapanya saat aku baru saja pulang dan menghampirinya.

"Okay, what is that?" Seketika dia berhenti sejenak dari urusannya yaitu membaca berkas.

"Aku ... mempunyai projek baru! Aku diajak Justin untuk menjadi model video klipnya."

Kulihat raut wajahnya berubah. Akan dimulai lagi drama malam ini.

"Really?" Tanya nya seakan tidak peduli dan dia kembali lagi membaca berkas tersebut.

Aku menahan diriku untuk tidak marah. "Yes babe. Pengambilan videonya di Hawaii. Jadi besok aku akan langsung pergi ke Hawaii bersama Justin dan kru selama 3 hari."

Aku mencoba untuk mencairkan suasana. Semoga saja Barry tidak marah.

"That's great! Kau bisa bekerja sambil liburan." Barry tetap sibuk dengan tumpukan file yang berada dimeja.

"Kau tidak marah atau sejenisnya?" Tanyaku sembari menghampiri dan duduk disebelahnya.

"Of course yes. But it's one of your job and he's your friend tho ...," katanya sambil mengecup ujung keningku.

"Aku bisa membatalkan projek ini," ucapku sambil mengambil handphoneku untuk menelepon Justin. Sejujurnya ini hanya taktik ku agar Barry membolehkan.

Untungnya dia langsung menarik handphoneku. "You don't have to. Ini pekerjaanmu dan kau harus lakukan."

"Are you sure?" Tanyaku sambil berbisik.

"Besides, he's your type. Maybe you guys will fall in love each other again in Hawaii and do somethings you guys are not suppose to do." 1 map melayang tepat didepan mataku dan jatuh berserakan.

"Again Barry?" Aku mengambil kertas-kertas yang berserakan dan merapikannya kembali ke dalam map. "Kita sudah sepakat untuk tidak membahas masa laluku lagi. Apa yang pernah terjadi antara aku dan Justin itu sudah berlalu."

"Oh ya? Apakah itu memang benar? Kalian tidak saling mencintai lagi?"

"Yes Barry." Kutekankan pada bagian 'yes' agar dia percaya padaku.

"So you think i didn't know your dirty secret?" Aku tercengang saat terdengar kata 'rahasia'. Rahasia yang mana? Jantungku berdetak tidak karuan, tangannku menjadi bergetar. Sebentar lagi selesai sudah riwayat hidupku.

"I knew when you and Justin had lunch together in a fancy restaurant, just two of you. Tapi kau bilang kau makan siang bersama beberapa kru. Am i right, Bara? Is that what he called you? Bara? Barbara? How's that possible? Panggilan sayang darinya?"

I am busted. Aku tidak bisa lagi menahan air mataku. Ku biarkan saja mengalir deras tanpa ada yang meyeka nya. "Bara is a nickname from my parents. My dead father and 'the missing' mother."

Akhirnya aku menyeka air mataku sendiri dan duduk di sofa yang tidak jauh dari Barry.

"Jadi bagaimana sekarang? Kau mau aku untuk bunuh diri seperti yang kulakukan dulu?" Aku meliriknya sedikit lalu kembali menunduk.

"I want you to be honest with me. Aku ini pacarmu. Kau tidak perlu bohong padaku. Apapun itu."

"I'm scared. Aku tidak mau hal itu terulang lagi."

Imajinasiku langsung memainkan kejadian dulu, saat aku dan Barry bertengkar hebat karena ... Justin. Waktu itu aku ketahuan berbohong padanya kalau aku sedang bersama Julia dan Tranter. Tapi sebenarnya aku bersama Justin. Lalu aku dengan santai menyayat pergelangan tanganku dan pertengkaran kami berakhir saat itu juga.

Kami pun berjanji tidak akan bertengkar lagi bagaimanapun juga. Dan kami sepakat untuk saling meredam amarah masing-masing. Agar aku tidak melakukan hal gila lagi. Sepertinya gila sudah menjadi nama tengahku.

"Ini semua salahku. Maafkan aku." Barry memelukku dan aku membalasnya erat. Sangat erat,  sampai aku tak mau melepasnya sampai kapanpun.

Aku melepas pelukannya. "Akan kubatalkan besok. Aku tidak akan mengambil pekerjaan itu."

"You should go. Kau harus bersenang-senang."

Mataku terbelalak saat ini juga. Aku senang sekali dan memeluknya lagi.

Aku langsung berlari ke kamar untuk mempersiapkan perjalananku besok.

* * *

End of part 31!

Maaf ya aku ngepost lama bgt :(

Jangan lupa untuk vote!

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang