Heart Explode

140 19 0
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk menyendiri dirumah selama beberapa hari. Kubatalkan semua acaraku selama 3 hari kedepan.

Entah mengapa aku tidak ingin kemana-mana. Otak dan hatiku sedang bermusuhan. Daripada aku membuat masalah diluar, aku mengantisipasinya duluan.

Aku juga memutuskan untuk tidak berhubungan dengan Justin maupun Barry.

Hari ini benar-benar akan menjadi hariku.

Kunyalakan sumbu lilin beraroma vanila, lalu aku memainkan lagu dari CD yang baru saja kuputar.

Aku berjalan kedapur untuk memasak. Entah apa yang akan kumasak.

Kubuka lemari es dan kutemukan daging sapi, telur dan kentang.

Kupotong daging dan kutumis seadanya, kugoreng telur dan ku kukus kentang. Enak atau tidak urusan nanti.

-

Have a great day, Bar❤

Kubaca pesan dari Justin. Senyumku mengembang disela-sela mengunyah daging.

Kutaruh lagi handphoneku ke meja dan aku melanjutkan makan. Enak juga sendirian dirumah tanpa ada yang mengganggu.

Pandanganku teralihkan pada meja kerja Barry disudut ruangan. Tempat dimana dia menaruh semua file pekerjaannya, dulu.

Kutaruh piring yang semula dipahaku ke meja dan aku berjalan menghampiri mejanya yang bersih tanpa ada selembar kertas.

Aku duduk di kursi yang ada didekat meja situ. Kunyalakan lampu duduk dan seolah-olah tumpukan kertas itu ada didepan mataku.

Barry tidak pernah membiarkanku melihat file-file tersebut. Tapi aku diam-diam membacanya. Sebenarnya aku kurang mengerti tentang hal-hal yang Barry kerjakan. Dia meneliti tentang penyebab kematian seseorang dengan mengambil sampel tubuh orang tersebut dan ... entahlah. Sepertinya mengerikan juga melihat mayat dan mencari tahu sebab kematiannya.

Ting tong

Aku sangat terkejut mendengar bel yang berbunyi. Kumatikan lampu dan aku berjalan pelan menuju pintu.

Kira-kira siapa yang datang? Tetangga sebelahku? Bertemu saja belum pernah. Aku jadi takut.

Kubuka perlahan dan kukeluarkan kepalaku di sela-sela pintu yang terbuka dikit.

Jantungku yang semula berdetak stabil menjadi tidak karuan. Akhirnya kubuka pintu dengan lebar dan kuajak dia masuk.

Dia memelukku sebentar dan aku hanya terdiam menatapnya.

"Hey," sapanya. Dia lalu duduk di meja kerjanya yang baru saja kutempati.

Aku pikir dia tidak akan kesini lagi. Detakan jantungku mulai stabil lagi dan aku tersenyum selebar-lebarnya.

Senang sekali rasanya dia ada disini lagi. Aku ingin memeluknya sangar erat namun aku malu.

Jadi aku membawa piring makanku tadi kemeja makan. "Kau mau makan tidak? Aku baru saja memasak."

"Tidak usah, aku baru saja makan." Barry menjawab sedatar mungkin. Aku disini yang mendengarnya hanya tersenyum saja. Mungkin dia gengsi.

"So ... what brings you here? You wanna say something?" Tanyaku tak kalah datar. Aku membayangkan dia akan berkata bahwa dia ingin tinggal lagi bersamaku. Lalu aku mencium dan memeluknya. Dan kami pergi makan malam eksklusif dan kami hidup bahagia selamanya.

Sangatlah gila banyanganku ini.

"Ya, ada sesuatu yang ingin ku katakan." Hatiku bergejolak sedikit. Benar sekali seperti bayanganku. Aku menahan diriku agar tidak tersenyum saat dia akan mengatakan hal itu.

"Uh ... you know ..." Barry terdiam sejenak. Ayolah, tidak usah gengsi. Aku akan menerimanya dengan senang hati. Tanpa kau bilangpun aku  sudah tahu.

"Sejak kita berpacaran, aku merasakan ada hal yang mengganjal. Aku baru saja merasakan hal yang mengganjal itu secara nyata baru baru ini. Dan ... aku tau ... kau masih menyimpan rasa pada Justin. Dan aku yakin sampai detik ini pun, kau masih mencintainya, bukan? I guess i'm right. I know ... i know you love me. But ... you love him more."

"I did search you on internet when you with him. I know everything you did, Saara. Including you kissed him on the bus while you were in Spain. Aku mencoba untuk menyangkal semuanya dihadapan Joe dan Iris. Aku membelamu mati-matian didepan mereka kalau itu bukan kau. Tapi wanita lain.

"Sampai pada saat itu aku melihatmu dipantai bersama Justin. Hatiku hancur begitu saja."

Aku hanya bisa mematung mendengar akuan Barry. Aku tidak bisa bergerak sedikitpun untuk memohon maaf padanya dan menghapus air matanya.

"I can't stand you anymore, Saara. I just break the promise i made with your father when we were in your dad's. We're over."

Hatiku serasa meledak saat dia bilang hubungan kita selesai.

Kulihat dia beranjak dari kursi dan memelukku erat.

"I'm sorry Saar. I can't do it anymone."

* * * * *

End of part 40

Huhu aku sedih Bara sama Barry harus putus :"( padahal mereka cucok abis.

I am Your Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang