"Can ... can you ... can you come ..." Kubiarkan handphoneku terjatuh dan aku tidak meneruskan lagi pertanyaanku.
Kakiku melemas dan aku terduduk dilantai. Aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Barry mengetahui semuanya. Semuanya. Aku malu. Apa yang kututupi selama ini terbongkar juga.
Kenapa tidak dari dulu saja kau putuskan aku? Disaat aku tidak ingin kehilangan kau.
-
Kubuka mataku perlahan. Aku sudah berada diatas kasur dan Justin disampingku.
"Aku langsung datang ketempatmu. Kulihat pintu tempat ini dibuka dan ... kau tergeletak dilantai."
Air mataku mengalir lagi. Bagaimana aku akan menceritakannya pada Justin? Pasti dia akan menganggapku gila.
"Hey what happen? Apa kau disakiti? Atau kau dirampok?" Justin menghapus air mataku.
Aku ikut mengelap air mataku ke baju. "N ... no ..." Tangisku makin menjadi-jadi dan aku langsung memeluk Justin.
"He left ... Barry ... Barry left me." Kulepas pelukannya dan aku mulai menahan tangisku.
"I'm sorry." Justin tertunduk. Aku menghapus sisa-sisa air mata yang masih ada pada pipiku.
"I have no reason to live now. My family left, my mom ... and now Barry." Kututup wajahku dan aku menangis lagi.
"Hey, kau masih punya aku. Aku tidak meninggalkanmu. Aku akan selalu ada untukmu." Tangannya menarik kedua pergelangan tanganku dan dia mencium keningku.
Ketenangan menghampiri hatiku. Setidaknya aku masih punya Justin, Mike, Julia dan teman-temanku yang lain.
"Aku akan mendampingimu selama beberapa hari kedepan. Aku membatalkan jadwal-jadwalku."
"What? Kau ada acara penting 2 hari lagi!" Aku sedikit berteriak karena aku sangat terkejut sekali. Mudah sekali dia membatalkan pemotretan bersama majalah terkenal.
"I don't care. All i need to do is stay beside you. Aku harus memastikan kau akan baik-baik saja dan tidak akan melakukan hal aneh."
Aku tersenyum tipis. Terima kasih Justin. Kau memang segalanya untukku.
"Can you take the knife from kitchen? I need to stab my self again," kataku sambil merubah posisiku menjadi duduk.
"No," jawabnya singkat. "Stop thinking about killing yourself, okay?" Pandangannya yang tajam membuat mataku berair lagi.
"I need his attention. I need him." Kutundukkan kepalaku menghadap telapak tanganku.
"But i need you more." Kutegakkan lagi kepalaku dan kupeluk Justin sangat erat.
"Thank you, love."
-
Sedari tadi aku tidak bisa tidur. Kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 malam. Disampingku, Justin sudah tertidur pulas.
Aku masih tidak bisa terima kejadian siang tadi. Masih terngiang ditelingaku (bisik cintamu).
Dengan sangat perlahan, aku turun dari kasur dan berjalan ke kaca rias. Wajahku sangat pucat dan ... kantung mata bertengger dibawah mataku.
Kubuka pintu kamar dengan pelan agat Justin tidak terbangun.
Kubuka laci dimana pisau berada, kuambil dan kubawa keruang tamu bersamaku.
Duduklah aku di meja kerja Barry bersama pisau yang ada ditanganku. Apa aku harus melakukan hal dulu itu?
Kalau kulakukan, mungkin aku bisa mati. Tapi setidaknya Barry akan datang ke pemakamanku.
Namun aku ragu. Entah apa yang membuatku ragu. Tapi aku merasa tidak ingin menusuk diriku sendiri.
Dengan berani kusayat pergelangan tanganku secara horizontal. Darah segar mengalir bahagia dari luka yang kubuat. Robek, namun tidak dalam.
Darah berceceran di meja dan turun ke paha serta lantai. Rasanya perasaanku agak sedikit lega.
Aku mencoba menyayat lagi disebelah lukaku yang tadi. Namun pisauku ditarik oleh Justin.
"Ayo bersihkan lukanya." Dia lempar pisau itu kelantai lalu menarik lembut tangan kananku.
Aku diajak ke wastafel untuk membersihkan serta mengobati luka terbuka ini.
"Listen, i love you and i need you. You are my world. So please stop, stop trying to kill yourself, okay?" Luka yang dia beri alkohol ini sangat sakit. Dan aku mengangguk secepat mungkin agar dia berhenti memberisihkannya.
"I'm sorry ... i just ... i don't know what to do. Aku merasa bersalah padanya ... dan ... aku tidak tahu cara memperbaiki semuanya."
Justin selesai membersihkan dan menutup lukanya. Lalu kami kembali ke kasur.
"Aku akan bantu kau memperbaiki semuanya, bagaimana?"
Aku mengangguk dan memejamkan mataku.
* * * * * *
End of part 41!
Maaf ya ceritanya memboringkan (padahal semuanya memboringkan ya wkwk) mudah2an kalian suka dan terus baca ya makasih jangan lupa vote dan komen!

KAMU SEDANG MEMBACA
I am Your Love Song
FanfictionThe Season 2 (sequel) of "You're a Song To Me" Saara living her new lifes and found someone who stole her heart. How about Justin? Let's find out! [Saara menjalani kehidupan barunya dan menemukan seseorang yang mencuri hatinya. Bagaimana dengan Just...