Pagi hari ini semua siswa dan siswi tengah bersuka cita. Pasalnya, mereka mendapat dua kebahagian secara bersamaan. Pertama, pagi hari ini terasa begitu indah karena tidak panas dan tidak hujan. Kedua, jamkos. Hal apa lagi yang paling menyenangkan selain jamkos di hari cerah?
Vina. Alvina Dayita Delmora, lengkapnya, ia tengah berjalan bersama sang sahabat karib menyusuri koridor yang tampak ramai yang didominasi oleh siswa.
"Gimana kabar lo sama si Vero?" tanya Rere santai.
"Gitu gitu aja, kenapa?" sahut Vina.
Sambil memasukkan kembali kripik pedas kedalam mulut, Rere membalas pertanyaan Vina. "Just asking."
Di tengah obrolan singkat itu, terlihat seorang laki-laki berjalan ke arah mereka, Vero, dia orangnya. Cowok yang akhir-akhir ini menjadi salah satu jiwa yang mengisi ruang kecil di hati Vina.
"Rere bisa tinggalin gue sama Vina dulu ngga?" ujar Vero kepada Rere. Tubuhnya kini tepat berada di depan Vina. Bahkan dia berbicara tanpa menatap Rere.
Tanpa meng-iyakan permintaan Vero, Rere pun langsung pergi meninggalkan keduanya.
"Vin..." panggil Vero ragu-ragu.
"Ya?"
"Gue mau ngomong sesuatu." Vero sesekali menyelipkan rambut Vina di selah telinga gadis itu.
Tanpa sedikit pun berpikir apa yang akan Vero katakan kepadanya, Vina terus tersenyum. "Ngomong aja kali Roo."
Sebenarnya Vina punya firasat buruk tentang hal ini. Namun, Vina langsung membuang jauh-jauh pemikiran tersebut dan hanya memberikan sebuah senyuman.
Vero mulai menggenggam tangan Vina erat. "sebaiknya hubungan kita sampai disini aja, jujur gue gak mau salah satu di antara kita terluka atau apalah itu, tapi..."
"Tapi apa?" senyum Vina perlahan menghilang saat tau pikiran negatif yang ia buang barusan ternyata benar. Ini akhir. Akhir bagi mereka. Memisahkan kata kita untuk kembali menjadi aku dan kamu.
"Susah jelasinnya." jawab Vero asal. Dia pria labil. Vero akuin itu, dia bosan akan hubungannya bersama Vina. Orang bilang untuk mencoba sesuatu yang baru. Tapi Vero menyatakan bahwa ia tak mampu.
"Cupu." tanya Vina dengan sangat sinis.
"Vina jujur aku sayang sama kamu," Ucapan Vero terpotong karena Vina yang sudah kembali angkat bicara.
"Kamu sayang sama aku? Jangan ngelucu deh." delik Vina dan tanpa Vina sadari ia mulai menitihkan air mata nya. Vina itu gadis kuat, tapi jika urusan seperti ini tetap saja ia hanya seorang gadis SMA.
Belum sempat Vero berbicara Vina pun kembali melanjutkan kalimat nya.
"Kita emang harus ngelepasin orang yang sudah ngga ngarepin kita buat ada kan?" ujar Vina dengan tangis yang tak dapat ia tahan lagi. Sekali ia usap, pipinya kembali basah akan air mata.
Pemandangan seperti ini benar-benar membuat Vero tak berani berkata sepatah kata pun lagi.
"Makasih atas waktunya selama ini Fillio Farzana Averoes. Waktu yang sangat indah dan berarti bagi saya." Vina mulai berjalan cepat meninggal kan Vero dengan tangisan yang masih tidak bisa ia hentikan. Vina tidak ada niatan untuk berlari seperti yang terjadi di ftv, Vina hanya berjalan dengan Tempo yang cepat.
Vero tak mengejar, ia hanya diam ditempat, hatinya juga terluka namun ini yang terbaik. Dia bosan. Akan lebih menyakitkan bagi Vina jika rasa bosannya sudah semakin besar, nanti perlahan sikap Vero akan berubah, Vero sadar akan hal ini. Maka dari itu ia mengakhirinya.
Gue emang goblok dari lahir. pikirnya dalam hati.
Vina masih terus mencoba untuk pergi menjauh, tentang Vero yang hanya diam pun dia sudah tidak peduli, mau Vero mengejarnya pun mereka tetaplah berakhir.
"Aww." rintih Vina saat tubuhnya bertabrakan dengan tubuh lain dan langsung terjatuh.
"Ehh anjir kalo jalan liat li..."
Udah cewe, lagi nangis lagi, mana tega Setan hati malaikat ngebentak. Batin orang tersebut.
"Lo nangis gara-gara nabrak gue atau karna apa?"
Vina bangkit dengan cepat. "Sorry sorry, gue beneran gak liat loo tadi, sorry." Vina meminta maaf dengan kondisi air matanya yang masih saja mengalir deras di pipinya.
"Gue Aksa, dan lo?" Aksa, itu lah namanya. Ia tak perlu jawaban dari gadis yang sedang menangis. Baginya, dengan melihat name tag yang terdapat di bagian atas kantong seragam gadis itu pun sudah seperti mendapat jawaban. Vina, Alvina. Matanya membulat saat membaca nama yang tertera di nametag tersebut.
"Lah Vina lo kenapa? Rey mana? Vero mana?" Aksa seketika panik. Dia berfikir, jika dua makhluk itu menemukan mereka berdua dalam keadaan Vina menangis, bisa saja hari ini akan menjadi hari terakhir dari hidupnya.
Tangan Aksa tergerak untuk mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantong celana. Lalu ia menghapuskan air mata gadis itu.
"Sekarang loo ikut gue ke taman belakang." Aksa menggenggam pergelangan Vina dengan erat.
Selama di taman belakang lelaki itu membiarkan keheningan terjadi karna ia tau sekarang yang dibutuhkan gadis bernama Vina ini hanyalah ketenangan.
Setelah menurut nya perempuan tersebut sudah semakin tenang, barulah Aksa mencoba membuka keheningan dengan menyenggol tubuh Vina.
Setelah sekian detik disenggol baru lah Vina merintih. "apaan sih loo."
Ya walaupun respon Vina sedikit telat, tapi Aksa berusaha memaklumi. "Udah baikan?" tanya nya.
"Belum." ujar Vina sambil memonyongkan bibir nya.
"Lama amat." delik nya
Vina hanya terus memonyongkan bibirnya.
Aksa yang melihat kejadian itu merasa gemes dan berfikir betapa beruntungnya Rey dan Vero yang bisa mendapatkan hal konyol ini setiap hari. "muka loo gausah di jelek-jelekin kali, biar loo jelek-jelekin loo bakal tetap cantik."
"Apaan sih loo?!" kesal Vina.
"Gue bilang lo cantik." Jawab Aksa. "PMS lo ya?." sambungnya pelan.
Vina langsung beralih melihat wajah lelaki garing di sebelahnya itu. "Ngga."
"Kenapa ngga PMS? orang lo PMS aja, kan lo dari tadi ganas gitu, biar keganasan lo ada alasannya." ujar nya semakin garing.
"Kok maksa?" tanya Vina sewot.
"Siapa yang maksa? Ngga ada tuh." bela nya.
"Lo." jawab Vina singkat.
"Ngga."
Entah apa alasannya. Tapi setelah bertatap beberapa menit, mereka malah tertawa.
"Oke Vina, sekarang gue pastikan sekali lagi, loo sudah mendingan kan?" tanya Aksa lagi.
"Iya, udah." jawab Vina.
"Rey mana?"
Vina mengangkat kedua bahunya.
"Vero?"
Lagi, Vina mengangkat kedua bahunya. Tapi setelah itu, Vina memutuskan untuk membuka mulut. "End."
"Kalian? Putus?" Tanya Aksa yang mendapat anggukan sebagai jawaban. Aksa bingung, mereka putus? Padahal kemaren mereka baik-baik aja dan tidak ada masalah. Lalu putus kenapa dong mereka?
__________________________________
CHAPTER SUDAH DI REVISI❤
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY boyfriend [KOMPLIT:)]
Teen FictionPenyesalan selalu bersarang diakhir cerita. Tolong percayalah. Kali ini aku berkata jujur. Viko and Vina Story.