"SETIAP jurus dari ilmu Chit-sing-tun-hing ini mempunyai tujuh perubahan. Sama sekali mempunyai empat puluh sembilan jurus perubahan. Tadi yang kuajarkan sudah empat jurus, berarti dua puluh delapan jurus perubahan. Ketika kau memejamkan mata, maka kau kehilangan empat jurus itu. Mengingat sekarang kaupun sudah menyadari kekeliruan, maka kuperingatkan. Yang kelewat memang tak dapat ditolong lagi, tetapi masih ada sisa tiga jurus ini, harus kau perhatikan benar-benar. Asal kau dapat mengingat separuh saja, berarti kedatanganmu kemari takkan sia-sia."
"Caramu memberi pelajaran yang sedemikian cepatnya, siapakah yang dapat mengikuti, terang kau memang sengaja hendak menyimpan kepandaianmu!" lengking Hui-ing.
Su Bo-tun tertawa dingin: "Hm, jika tak memandang pada Soh-in-kim-chi tentu sudah kuremukan kepalamu. Kau yang tak mengerti sendiri, masih menyalahkan orang!"
Hui-ing marah, serunya tak gentar: "Kalau sekali lihat sudah bisa, perlu apa aku gentayangan datang ke sini?"
Kali ini kata-kata Hui-ing tajam sekali dan beralasan, sehingga Su Bo-tun tercengang. Ia garuk-garuk kepala berkata seorang diri: "Apakah benar-benar memang caraku mengajar yang kurang baik?"
"Hm, memang caramu yang kurang baik, mengapa aku yang dipersalahkan tak becus belajar?" gerutu Hui-ing.
Su Bo-tun mendengus: "Hm, tak peduli caraku mengajar salah atau tidak. Tetapi salahmu sendiri kalau kau tak dapat mengikuti pelajaranku. Pokoknya aku tidak menyembunyikan ilmu itu. Nah, tiga jurus kali tujuh gerak perubahan itu akan kulakukan dengan perlahan. Kalau kau masih tak mampu menirukan, jangan banyak cerewet!"
Tiba-tiba Su Bo-tun berteriak: "Hai, apa yang kau lihat!"
"Lihat tubuhmu yang berputar-putar seperti roda. Mataku kabur, tak mungkin dapat kuikuti gerakanmu!" sahut Hui-ing.
"Ho, makanya kau tak mengerti. Dalam bertempur, kalau lawan sampai dapat mengetahui gerakan tubuh kita, itu berarti bukan ilmu kepandaian!"
Hui-ing terkesiap. Diam-diam ia mengakui kebenaran kata-kata Su Bo-tun. "Lalu apa yang harus aku perhatikan?" serunya.
Seumur hidup belum pernah aku melihat seorang budak perempuan setolol kau. Lebih dulu telah kuatur letak dari ketujuh jurus itu dan setiap jurus telah kubekasi dengan telapak kaki. Sudah tentu kau harus perhatikan gerak perpindahan kakiku!" seru So Bo-tun.
Tanpa menunggu jawaban Hui-ing, Su Bo-tun terus saja mulai bergerak lagi. Kali ini benar-benar Hui-ing tak mau mengabaikan. Seluruh perhatian ditumpahkan untuk mengikuti gerak langkah Su Bo-tun.
Dan gerak langkah tokoh aneh itupun jauh lebih perlahan dari yang semula. Setiap gerakan, dapat dilihat dengan tegas. Setiap langkah dan gerakan tubuh selalu berlainan.
Setelah dua puluh satu kali melakukan gerak perubahan, tiba-tiba Su Bo-tun berhenti.
"Empat puluh sembilan perubahan dari ketujuh jurus Chit-sing-tun-hing telah kuajarkan selesai. Kau dapat mempelajari sampai berapa bagian, itu terserah padamu. Kuberi waktu tiga hari untuk berlatih. Tiga hari kemudian aku akan mulai mengajari lagi ilmu untuk melawan ketujuh jurus itu!" kata Su Bo-tun seraya terus melangkah keluar. Sama sekali ia tak mau memandang Hui-ing.
Dari kedua orang tuanya, Hui-ing sudah mendapat latihan dasar yang kokoh. Walaupun sifat-sifatnya sering menghambat sehingga ia belum dapat menghirup seluruh kepandaian ayah-bundanya, tetapi kepandaian yang telah dimiliki, telah mencapai tingkatan yang dapat digolongkan sejajar dengan jago silat kelas satu.
Selama memperhatikan gerak langkah Su Bo-tun tadi, diam-diam Hui-ing memberi penilaian tinggi. Ilmu silat Su Bo-tun itu memang bukan sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Iblis
FantasyWanita Iblis (Sip Siau Hong) bukanlah wanita yang jelek seperti hantu, bahkan adalah wanita yang sangat cantik. Jangankan laki-laki biasa, seorang tokoh agama yang sudah terlatih mengekang nafsu seks sekalipun tetap tidak mampu menahan kegoncangan h...