9. Prahara Pondok Tabib Sakti

4.4K 82 0
                                    

SESAAT Wan Kiu-gui tertegun tetapi cepat-cepat ia mempersilahkan pemuda itu mengatakan permintaannya.

"Apabila nanti Gan lo-cianpwe menanyakan tentang obat yang diberikan kepadaku, bukankah akan menimbulkan kesulitan...."

Wan Kiu-gui tertawa: "Aku tak takut menghadapi kesulitan. Tetapi apabila saudara menginginkan kembali botol obat itu, sudah tentu akan kuserahkan!"

Segera orang she Wan itu mengeluarkan botol obat dan diberikan kepada Siu-lam.

Setelah mengamati botol itu berisi obat, segera Siu-lam menyimpan di dalam bajunya. Katanya: "Perangai Gan lo-cianpwe itu aneh sekali. Jika bertemu harap saudara Wan suka berlaku sabar!"

Wan Kiu-gui menyanggupi. Ia berjanji takkan bertindak keras apabila tidak terdesak.

Setelah itu Siu-lam pun mengajaknya berjalan lagi. Diam-diam Siu-lam gelisah. Tak tahu ia bagaimana kesudahan pertempuran antara Gan Leng-po lawan si dara baju merah, tetapi baik tabib itu menang atau kalah, yang pasti dia tentu takkan berada dalam gohanya lagi.

Dan apabila Wan Kiu-gui tak menemukan tabib itu, sudah tentu akan menumpahkan kemarahannya padanya. "Hm, aku harus cari daya untuk lolos dari cengkeraman mereka," akhirnya Siu-lam memutuskan. Karena getarnya sang perasaan, tanpa disadari Siu-lam berhenti di mulut lembah.

Wan Kiu-gui menegurnya: "Eh, mengapa berhenti. Apakah masih jauh?"

"Beberapa tikungan lagi, tentu sudah datang...." Siu-lam tergugup kaget ketika matanya tertumbuk pada sebuah batu karang besar yang bergurat beberapa tulisan:

"Berani masuk melangkah tentu binasa."

Wan Kiu-gui melihat juga tulisan itu. Dengusnya: "Hm, sombong sekali. Aku hendak mencoba!"

Seketika timbullah pikiran Siu-lam, ujarnya: "Gan lo-cianpwee tinggal dalam sebuah telaga di lembah ini. Beberapa hari yang lalu ketika aku datang, tulisan itu belum ada. Entah siapa yang menulisnya, tetapi yang jelas bukan buah tangan Gan lo-cianpwe!"

Wan Kiu-gui merenung sejenak, katanya: "Cobalah saudara mengamat-amati lagi, apakah tulisan itu dari Gan Leng-po?"

Siu-lam mengatakan bahwa ia kenal baik dengan tulisan Gan Leng-po. Katanya: "Mungkin dia sedang pergi mencari daun obat-obatan dan suruh orang menjagakan tempat tinggalnya. Dan orang itulah yang menulis tulisan itu!"

Wan Kiu-gui mengangguk dan membenarkan dugaan Siu-lam. Tanyanya sesaat kemudian: "Selain dia, siapa lagikah yang tinggal di sini?"

"Hanya seorang anak yang menjadi pelayannya!" jawab Siu-lam.

Wan Kiu-gui tertawa seram lalu memberi perintah pada seorang pengawalnya: "Mo Tong, suruh kawan-kawanmu menjaga mulut lembah ini. Kau dan Tek Sam-goan ikut aku masuk!"

Ternyata yang bernama Mo Tong itu adalah si orang pendek. Dia bersama Tek Sam-goan si orang tua kurus tersipu berlari menghampiri. Sementara lima orang pengiring yang termasuk jago-jago kelas satu dalam golongan hitam, tanpa menunggu perintah lagi terus pencar diri menjaga mulut lembah.

"Jika tulisan itu bukan dari Gan Leng-po tentu sudah ada lain orang yang mendahului kita!" kata si pendek Mo Tong setelah melihat tulisan itu.

"Memang mencurigakan. Tapi kuperhitungkan tentu bukan paderi Thian Hong. Tak mungkin dia lebih cepat dari kita. Heran, siapakah tokoh lain yang berani bermusuhan dengan aku?" kata Wan Kiu-gui.

Sekali bergerak, tubuh ketua golongan hitam itupun sudah melesat ke dalam lembah. Ilmu gin-kangnya luar biasa. Mo Tong dan Tek Sam-goan segera mengikuti.

Siu-lam tertegun. Dalam keadaan seperti saat itu mundur maju serba salah baginya. Tiba-tiba ia mendengar pekikan Wan Kiu-gui. Sepertinya dia sedang bertempur dengan seorang lawan yang hebat. Serentak Siu-lam pun lari ke dalam lembah....

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang