25. Ilmu Pukulan Bu-ing-sin-kun

3.4K 63 0
                                    

TANPA terasa, ia berpaling memandang Hian-song dan si bocah muka kotor. Tampak bocah itu tenang saja seperti tak menghiraukan keadaan di sekelilingnya.

Sebaliknya diam-diam Hian-song telah bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan.

Tay Hong berpaling memandang Siu-lam, ujarnya, "Kiranya sicu masih menyimpan banyak rahasia. Benar-benar loni tak mengerti mengapa sicu tak mau mengutarakan?"

Sejenak mata Siu-lam menyapu sekalian hadirin. Katanya, "Benar, benar, memang aku menyimpan banyak rahasia. Tetapi rahasia itu sama sekali tiada hubungan dengan hadirin di sini. Apalagi aku telah berjanji pada seorang untuk tidak membocorkannya."

"Jika siau-sicu tak dapat menerangkan dengan terus terang, loni pun sukar untuk melindungi," kata Tay Hong siansu.

Tiba-tiba Hian-song melesat ke samping Siu-lam, lengkingnya, "Kalau tak mau mengatakan terus terang, lalu bagaimana?"

"Soal ini menyangkut mati hidupnya ribuan orang persilatan. Sekali-kali loni tiada mempunyai maksud apa-apa, harap jiwi berdua suka menimbang semasak-masaknya!"

Siu-lam mengambil lengan baju si dara, bisiknya, "Tay Hong siansu seorang paderi yang berbudi luhur, harap sumoay jangan sampai melanggar adat kepadanya."

Hian-song terkesiap tetapi pada lain saat ia tertawa dan menyingkir ke belakang Siu-lam.

Tay Hong siansu menghela napas. "Kiranya siau-sicu tadi tentu sudah mendengar cerita Siau lo-cianpwe tentang jarum sakti Chit-jiau-soh. Jarum yang halus kecil itu, telah merupakan lambang elmaut bagi setiap orang persilatan yang melihatnya. Jika sekarang jarum itu muncul lagi di dunia persilatan, apalagi jarum itu diperuntukkan tanda undangan kepada seluruh tokoh persilatan agar menghadiri pesta maut di gunung Beng-gak, tentulah merupakan persoalan yang hebat sekali.
Siau-sicu masih muda, tentu tak menyaksikan betapa ngeri suasana pembunuhan yang telah terjadi di dunia persilatan akibat keganasan jarum Chit-jiau-soh. Kemunculan jarum maut itu lagi dapat dibayangkan betapa ngerinya banjir darah yang akan menggenangi dunia persilatan nanti. Jika siau-sicu memang orang dari Beng-gak, loni tak dapat berbuat apa-apa. Tetapi jika bukan, loni mohon kerelaan siau-sicu untuk menyelamatkan ribuan orang persilatan!"

Dengan halus Tay Hong siansu telah memberi ultimatum (peringatan) kepada Siu-lam. Jika anak muda itu tetap menolak untuk memberi keterangan, seluruh hadirin tentu akan menuduhnya sebagai orang Beng-gak. Apa yang akan terjadi, dapatlah sudah Siu-lam membayangkan.

Tengah Siu-lam merenung, tiba-tiba dari luar ruangan terdengar derap kaki orang melangkah masuk. Begitu melihat siapa pendatang itu, buru-buru Siu-lam memberi hormat dan berseru girang, "Ah, kebetulan sekali Tio supeh datang. Aku sedang menderita dicurigai sebagai orang Beng-gak. Mohon supeh suka menolong kesulitanku!"

Kiranya yang datang itu bukan lain ialah Tio It-ping, salah seorang jago pedang yang termasyhur di wilayah Kanglam. Begitu masuk, ia curahkan mata memandang pada si bocah muka kotor.

"Dunia persilatan Kanglam, siapa yang tak tahu kalau kau murid dari Ciu Pwe...!" sahutnya.

"Memang telah kujelaskan hal itu kepada para lo-cianpwe, tetapi rupanya tidak dipercaya!" kata Siu-lam. Tiba-tiba ia teringat sewaktu berpisah dengan supeh itu, tanyanya, "Apakah luka supeh sudah sembuh?"

Tio It-ping mengangguk. Sambil menghampiri ke tempat Siu-lam, ia menanyakan tentang diri Hian-song, serunya, "Siapakah anak perempuan ini?"

Setelah berpisah dalam keadaan berbahaya, seharusnya Tio It-ping menanyakan tentang keadaan Siu-lam selama ini, tetapi tidak sepatah pun kata-kata semacam itu terluncur dari mulutnya. Wajah jago tua itu tampak dingin-dingin saja.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang