Orang tua baju putih itu menghela napas panjang, "Ah, ....... mengapa dia mati? Apakah dibunuh orang?"
"Benar, dia mati ditangan si Raja Tawon Nyo Ko!"
"Lalu Nyo Ko?"
"Juga mati. Keduanya bertempur dan saling menderita luka parah kemudian sama-sama mati"
Wajah orang tua itu tiba-tiba berubah, "Benarkah keteranganmu itu?"
"Bila locianpwe tak percaya, silahkan menggali liang kuburan itu," sahut Siu-lam.
"Ah, habis, habis...." orang tua baju putih itu menggerutu lalu berputar tubuh dan berjalan dengan langkah gontai.
Setelah bayangan orang itu lenyap, diam-diam Siu-lam membatin, "Luka yang dideritanya ternyata parah sekali. Oh, betapapun sakitnya seseorang tokoh silat yang berkecimpung dalam dunia persilatan, tetapi akhirnya tak dapat lolos dari kematian yang mengenaskan ............"
Setelah kemunculan si orang tua baju putih tadi, dibiara rusak yang sunyi dan terasing itu tiada terdapat orang yang berkunjung lagi. Siu-lam duduk memulangkan tenaga sambil mengobati diri menurut ajaran si imam buta dan mempraktekkan ajaran dari Nyo Ko untuk menguasai tawon.
Tiga hari kemudian dapatlah ia memperoleh hasil yang menggembirakan. Ketakutannya terhadap tawon itupun mulai berkurang. Cepat sekali sepuluh hari telah lewat. Luka Siu-lam makin sembuh. Sebagai penyambung makanan, ia makan madu tawon.
Tepat beberapa hari lagi setelah obat yang diberikan si imam buta itu habis, lukanyapun sembuh sama sekali. Setengah bulan lamanya, Siu-lam harus beristirahat. Sesungguhnya ia sudah tenang.
Tetapi tiba-tiba ia teringat akan Hian-song dan Ciu Hui-ing yang masih dalam bahaya. Ia harus cepat-cepat menolong.
Dengan memanggul sarang Bok-liong, ia segera menuju ke gereja Siau-lim-si. Sejak bertemu dengan Dewa Iblis Ban Thian-seng, Siu-lam menyadari bahwa dirinya dalam waktu beberapa lalu ini telah mendapat beberapa peruntungan aneh yang tak terduga-duga.
Ia mendapat kesimpulan bahwa ilmu silat tiada batasnya. Ilmu kepandaian yang dimiliki saat itu masih jauh dari sempurna. Maka ia memutuskan menuju ke gereja Siau-lim-si di gunung Ko san untuk menuntut ilmu yang lebih sakti.
◊◊◊
64. Peristiwa-peristiwa Aneh
Kita kembali mengikuti perjalanan Bwe Hong-swat, si dara baju putih. Ketika tiba di sebuah biara, nona itu merasa lapar. Ia masuk ke dalam biara itu, sebuah biara yang kecil tetapi terawat bersih. Diruang besar seorang rahib tengah membaca kitab dengan dua buah lilin sebagai penerangan.
"Suhu, bolehkah aku mohon makan?" Bwe Hong-swat berseru perlahan.
Rahib itu berpaling memandang si nona lalu menegur, "Nona dari mana?"
Bwe Hong-swat tersenyum, "Dari Telaga darah."
Rahib itu tertegun beberapa saat. "Telaga darah? Ah, sebuah nama yang seram...." seru rahib itu sesaat kemudian, "hendak kenanakah nona sekarang?"
Bwe Hoag Swat gelengkan kepala. "Ah, aku sendiripun tak tahu. Tapi tentu harus ada tempat. Masakan dunia yang begini luas, tak dapat menerima diriku?"
Rahib itu berbangkit, sambil mengatakan bahwa nona itu benar-benar lapar, ia melangkah keluar. Bwe Hong-swat mengikuti dibelakangnya, menuju kedapur. Bwe Hong Swat dipersilahkan makan hidangan yang masih ada disitu.
Setelah kenyang, Bwe Hong-swat bersandar pada dinding, tertidur. Karena mengalami pertempuran-pertempuran yang melelahkan dan menderita peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, nona itu memerlukan istirahat. Dan tertidurlah ia dengan nyenyak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Iblis
FantasiWanita Iblis (Sip Siau Hong) bukanlah wanita yang jelek seperti hantu, bahkan adalah wanita yang sangat cantik. Jangankan laki-laki biasa, seorang tokoh agama yang sudah terlatih mengekang nafsu seks sekalipun tetap tidak mampu menahan kegoncangan h...