70. Pertahanan Darah Paderi Siau-lim-si

1.5K 43 0
                                    

Kepandaian nona itu bukan sembarangan. Begitu Siu-lam bergerak iapun segera mengisar ke samping dan secepat kilat Ceng-liong-kiam pun sudah melintang di dadanya....

"Tring...!" terdengar benturan nyaring.

Siu-lam buru-buru tarik pulang pedangnya. Tetapi sebelum ia sempat lancarkan serangan yang kedua, senjata tanduk rusa dari si nona sudah mendahului menutuk dadanya.

Senjata itu mengkilap dan mempunyai duri-duri tajam. Sekali menutuk beberapa jalan darah di dada Siu-lam telah terancam.

Siu-lam tak mau unjuk kelemahan. Dengan jalan Heng-soh-ngo-gak atau menabas lima gunung, ia menabas senjata si nona.

"Tring!" terdengar benda keras saling berbenturan. Pedang Siu-lam seperti membacok batu keras. Sekalipun tanduk rusa itu terpental, tetapi tak menderita cacad apa-apa.

Heran juga Siu-lam dibuatnya. Tak tahu ia senjata apakah yang dipakai si nona itu. Ia tak berani meremehkan dan menyerang dengan hati-hati.

Jurus Pat-hong-hong-u atau hujan angin menderu dari delapan penjuru, segera dimainkan. Pek-kau-kiam berubah laksana gelombang sinar pedang yarg melanda musuh.

Untuk menghadapi serangan dahsyat itu, si nona segera gunakan jurus Kim-tin-ting-hay atau Jarum mas menentang laut.

"Tring, tring, tring," terdengar Pek-kau-kiam dan Ceng-liong-kiam beberapa kali saling berbenturan dengan nyaringnya.

Dalam hal tenaga, ternyata Siu-lam lebih kuat. Benturan itu membuat si nona harus mundur dua langkah.

Pada saat itu, Siu-lam mendidih. Dengan menggembor keras, ia lancarkan pula jurus Khong-jiok-thi-ih atau burung merak tanggalkan bulunya. Pek-kau-kiam menabas dari samping.

Tetapi nona baju biru itupun tak mau unjuk kelemahan. Bukan mundur kebalikannya malah menyongsong maju dua tindak. Tanduk rusa dengan cepat sekali ditutukkan ke dada Siu-lam.

Cara yang dilakukan si nona itu adalah cara yang nekad, mengajak lawan bersama-sama mati. Jika Siu-lam tak mau menarik pedangnya untuk menangkis, memang dia dapat melukai si nona, tetapi tanduk rusa nona itupun dapat menutuk dadanya.

Siu-lam terpaksa menarik pedang dan menggeser ke samping dua langkah.

Kesempatan itu tak disia-siakan si nona. Tiga buah serangan segera ia lancarkan. Yang diarah ialah jalan darah maut semua.

Siu-lam terpaksa mundur dua langkah lagi baru ia melancarkan balasan.

Demikianlah keduanya bertempur mati-matian di tengah-tengah barisan Lo-han-tin. Nona itu memang sengaja melibat Siu-lam dalam pertempuran yang sengit.

Sedapat mungkin ia dapat mendesak lawannya sehingga paderi-paderi anggota Lo-han-tin itu segera membantunya. Dengan demikian perhatian mereka tersedot ke arah pertempuran itu, tetapi mereka tak berdaya untuk membantu si anak muda.

Seperti telah diketahui, kepandaian yang dimiliki Siu-lam saat itu, hampir meliputi seluruh ilmu dari semua aliran partai persilatan. Walaupun dia tak dapat menguasai semua ilmu dari setiap partai persilatan, tetapi ilmu istimewa yang menjadi kebanggaan setiap partai persilatan itu dia tentu dapat.

Dengan kepandaiannya yang beraneka ragam dan aneh itu, ia dapat melayani serangan si nona dengan seimbang.

Pada saat itu barisan setan dari Beng-gak, makin menyerang hebat. Sehingga barisan Lo-han-tin pun makin cepat bergerak.

Sejak semula, Siu-lam memang mencurigai kedatangan nona itu tentu tidak sewajarnya. Tentu nona itu akan melakukan suatu siasat yang licik. Maka ia mainkan Pek-kau-kiam dengan gencar agar tak memberi kesempatan si nona melaksanakan rencananya.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang