109. Dewa Iblis Ban Thian-seng

2.7K 55 1
                                    

Gan Leng-poh tertawa dingin, "Eh, siapakah yang mengikat tubuhmu itu? Hm, benar-benar cari bahaya!"

Serentak Hian-song tak tahan lagi dan melengking, "Peduli apa engkau, hem...."

Tabib itu tertawa tawar, "Uh, apakah aku tak boleh bertanya?"

Hian-song mencabut pedangnya, "Guha ini sudah kami miliki, lekas keluar!"

Nona baju merah tiba-tiba tertawa nyaring, "Nona Tan, bicaralah yang lembut. Jika suheng mu itu tidak terikat dan lukanya sudah sembuh. Jika dua lawan dua, kita tentu berimbang!"

Hian-song serentak loncat bangun dan menghardik, "Kalian mau pergi atau tidak?"

Nona baju merah itu melirik kearah si orang aneh yang saat itu masih pejamkan mata, duduk bersila, seolah-olah tak menghiraukan kedatangan kedua orang itu dan ramai-ramai yang terjadi saat itu.

Serentak timbullah nyali si nona baju merah. Ia mencabut pedang dan tertawa, "Apakah engkau sungguh sungguh hendak berkelahi dengan aku?"

"Masakan hanya pura pura saja!" sahlut Hian song seraya menabas dengan jurus Bianglala Mengurung Langit.

Nona baju merah itu melesat dengan pedangnya menghindari tabasan lalu menusuk dada dengan jurus Bidadari Melempar Tali.

Penasaran yang mengamuk dalam hati Hian-song terhadap orang aneh tadi, kini ditumpahkan habis-habisan kepada si nona baju merah. Ia menutup serangan orang dengan lintangkan pedangnya keatas.

Tetapi rupanya nona baju merah itu tak mau adu kekerasan. Ia endapkan tangan dan merobah pedangnya dalam jurus Tirai Menggulung Angin Barat. Pedangnya melambung menusuk dari samping.

Hian-song mendengus dingin, sambil lintangkan pedang menangkis, ia berseru, "Berhenti, aku hendak bertanya kepadamu!"

Nona baju merah hentikan pedangnya dan tertawa, "Lekas bilang! Jangan mengulur saat kematianmu!"

"Dimanakah Ceng Hun totiang, Ciok Sam-kong dan lain-lainnya itu?" tanya Hian-song.

"Entah!" nona baju merah gelengkan kepala terus menyerang lagi. setelah menangkis tiga buah serangan. Hian-song hendak membalas. Tetapi tiba-tiba nona baju merah itu hentikan pedangnya dan loncat mundur. Kiranya nona baju merah itu timbul pikirannya secara mendadak.

Bahwa Siu-lam terikat dalam guha itu tentu ada sesuatu peristiwa yang tidak wajar. Ia duga terjadi sesuatu antara Hian long dengan pemuda itu. "Engkau menanyakan Ciok Sam-kong dan kawan kawannya itu?" serunya.

"Hm, bagaimana?" balas Hian-song gusar.

"Sederhana sekali," sahut nona baju merah, "asal engkau memberitahukan siapa yang mengikat suhengmu itu, tentu segera kuberitahukan dimana Ciok Sam-kong serta kawan-kawannya itu."

"Apa harganya memberitahukan kepadamu? Kan hari ini kalian jangan harap dapat pergi dari sini dengan masih bernapas!"

Si nona baju merah tudingkan pedang ke arah si orang aneh, "Siapakah orang itu?"

"Suhuku...." sahut Hian-song perlahan-lahan.

Nona baju merah terkesiap, "Suhumu?" ia menegas.

"Bagaimana? Engkau tak percaya...." baru Hian-Eong berkata begitu, si orang aneh mendadak membuka mata. Sepasang matanya yang berkilat-kilat tajam menumpah kebadan si nona baju merah, serunya, "Engkau juga tak kenal padaku?"

Si nona baju merah terkejut. Diam-diam ia menimang, "Luar biasa sekali sorot mata orang tua baju hitam itu. seperti dapat menembus ulu hatiku...."

"Tokoh-tokoh dunia persilatan banyak sekali. Bagaimana aku dapat mengenal paman?" sahutnya.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang