Ketua Beng-gak memberi isyarat, mengajak nona baju merah dan rombongan jago-jago sakti masuk ke dalam gereja.
Dari pihak Siau-lim-si, muncullah sebuah barisan paderi berjubah putih. Salah seorang paderi tua, dengan mencekal tongkat dan tangan kiri memegang sepasang senjata tengpo, melangkah maju.
Di sebelah paderi tua itu, terdapat Lam-koay dan Pak-koay. Sebelah kanannya tampak Siu-lam dengan menghunus pedang.
Kedua pihak berjalan dengan pelahan tetapi langkah mereka menetap dan sikapnya serius sekali. Masing-masing pihak telah menyadari bahwa pertempuran malam itu merupakan pertempuran mati atau hidup.
Jarak kedua belah pihak makin dekat tetapi tiada kedengaran suara apa-apa. Agaknya setiap orang menumpahkan seluruh perhatiannya untuk menjaga setiap kemungkinan.
Tiba-tiba wanita baju kuning itu kerutkan sepasang alisnya dan percepat langkahnya sehingga dalam beberapa kejap tibalah ia di hadapan rombongan Siau-lim-si.
Memang paderi yang berjalan di muka sendiri itu adalah Tay Ih siansu pejabat ketua Siau-lim-si. Dengan gunakan tongkat di tangan kanan, paderi itu mencongkel tutup kedua buah tempat pedupaan yang dipegang di tangan kirinya.
Sepasang tempat pedupaan itu ternyata berisi sebuah arca Budha dari batu kumala putih. Dari dalam tempat itu, mengepul asap tipis yang harum baunya.
"Benda apakah itu?" tegur si wanita baju kuning dengan nada dingin.
"Harap Gak-cu jangan kuatir. Sudah sejak berdiri ratusan tahun, Siau-lim-si tak pernah bertindak curang melakukan penyerangan secara gelap. Dan tak pernah pula menggunakan bius beracun untuk mencelakai orang. Asap dari tempat pedupaan ini, menyiarkan bau harum yang sama sekali tak mencelakai orang. Kebalikannya, bau harum itu dapat meleuyapkan segala macam bebauan yang mengandung racun!"
"Baiklah kita segera mulai membicarakan acara pertempuran. Tapi tak perlu mengurusi benda itu!" wanita baju kuning cepat menukas.
"Jangan mempunyai pikiran untuk mencelakai orang tetapi jangan mengabaikan untuk menjaga diri terhadap perbuatan orang. Dupa harum ini hanya tinggal satu-satunya barang yang berada dalam Siau-lim-si. Demi menghormat kunjungan Gak-cu. Maka kamipun menyulutnya juga," kata Tay Ih.
Ucapan ketua Siau-lim-si itu sudah jelas mengunjukkan bahwa dia tak percaya akan kejujuran ketua Beng-gak.
Wanita baju kuning itu tertawa dingin: "Ucapanmu itu sukar membuat aku percaya!" Habis berkata ia gerakkan jari-jari tangan untuk menunduk ke arah tempat pedupaan itu.
Tay Ih menginsyafi bahwa yang dihadapinya saat itu seorang musuh yang sakti. Dia tak berani lengah. Buru-buru ia kebutkan lengan jubahnya untuk menolak tutukan dari jarak jauh orang.
Wanita baju kuning itu tertawa dingin. Tiba-tiba ia melangkah maju.
Tenaga sakti dari Tay Ih siansu memang hebat sekali. Tetapi ketika berbentur dengan tenaga tutukan jari si wanita, tiba-tiba paderi itu terkejut. Angin tutukan dari si wanita menyerupai pisau tajam yang membelah angin kebutannya tadi.
Melihat terjadi sesuatu dalam gerakan Tay Ih, Lam-koay Shin Ki pura-pura mengurut-urut jenggot tetapi diam-diam dengan gerakan mengurut itu, ia melancarkan tenaga sakti untuk menahan angin tutukan jari si wanita.
Melihat kedua pihak belum-belum sudah adu kesaktian, Siu-lam buru-buru lari menghampiri dan berseru nyaring: "Telah kusampaikan pesan gakcu pada Tay Ih siansu dan ia pun menyetujui. Kedua belah pihak, akan mengajukan jago-jago untuk mewakili pihak masing-masing dan melakukan pertandingan yang menentukan...."
Ia memandang ke langit, ujarnya: "Saat ini sudah mendekati terang tanah. Harap bengcu segera menetapkan peraturan agar pertandingan dapat segera dimulai!"
![](https://img.wattpad.com/cover/88779281-288-k887721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Iblis
FantasyWanita Iblis (Sip Siau Hong) bukanlah wanita yang jelek seperti hantu, bahkan adalah wanita yang sangat cantik. Jangankan laki-laki biasa, seorang tokoh agama yang sudah terlatih mengekang nafsu seks sekalipun tetap tidak mampu menahan kegoncangan h...