45. Nasib Tabib Sakti

2.6K 60 0
                                    

Merekapun tiba di ruang muka Tat Mo-wan. Dua buah lentera merah tergantung pada kedua pintu gerbang, menerangi tiga huruf Tat Mo-wan yang besar.

Saat itu tergeraklah pikiran Siu-lam. Ia menyatakan bahwa Siau-lim-si memiliki tujuh puluh dua buah ilmu kepandaian yang termasyhur. Berapa banyak paderi Tay To itu telah berhasil mempelajarinya.

Tay To siansu berpaling menatap Siu-lam dengan tertawa bangga, "Apakah maksud sicu bertanya begitu?"

Siu-lam tertawa, "Aku ingin memohon taysu suka mempertunjukkan barang sejurus, agar menambah pengalamanku yang sempit."

"Silahkan sicu mengajukan caranya," cepat Tay To menyahut.

Siu-lam terkesiap. Benar-benar paderi itu congkak sekali.

Serentak ia berkata, "Konon kabarnya Siau-lim-si memiliki sebuah ilmu pukulan sakti yang disebut Peh-poh-sin-kun (ilmu silat sakti seratus langkah). Di dalam ilmu silat itu terdapat jurus Kek-san-ba-gu (pukulan kerbau di balik gunung). Benarkah itu?"

Tay To siansu tertawa, "Walaupun dalam ketujuh puluh dua ilmu kesaktian Siau-lim-si tiada jurus Kek-san-bak-gu dari Peh-po sin-kun, tetapi ada sebuah ilmu yang disebut Sip-hun-ciang. Sama saktinya dengan ilmu pukulan Kek-san-bak-gu."

"Kiranya taysu tentu sudah menguasai ilmu itu. Ingin benar aku yang rendah menikmatinya."

Tay To memandang ke arah kedua lentera yang tergantung pada pintu. Tingginya tak kurang dari setombak.

Ujarnya, "Kaum pertapa dan agama, sebenarnya mengutamakan kesabaran dan ketenangan. Tak bernafsu untuk mengejar keduniawian dan nama. Tetapi dewasa ini dunia telah dilanda kekacauan dan pembunuhan. Setan-setan dan iblis berkeliaran mencari korban. Demi welas asih yang kami junjung, benar-benar kami tak dapat melihat kesemuanya itu berlangsung terus...."

Berhenti sejenak ia lanjutkan pula, "Sicu telah lolos dari Beng-gak dan jauh-jauh memerlukan datang kemari untuk menyampaikan berita buruk tentang ciang-bun suheng kami, membalas budi sicu, pinceng akan mengunjuk permainan yang jelek...."

Habis berkata tiba-tiba ia mengangkat tangan kanannya. Lentera merah sebelah kanan yang tergantung tinggi, bergoyang-goyang dan tiba-tiba padam!

Diam-diam Siu-lam membatin, "Ah, makanya paderi ini congkak sekali. Dia memang sungguh-sungguh memiliki kepandaian."

Serentak berserulah ia memuji, "Ah, benar-benar ilmu tamparan Sip-hun-ciang yang hebat. Kemasyhuran Siau-lim-si sebagai sumber ilmu kesaktian, memang bukan kabar bohong!"

Dengan berseru gembira dan bangga, Tay To mengucapkan beberapa kata merendah.

Diam-diam Siu-lam telah memutuskan untuk memberi kesulitan pada paderi itu supaya jangan terlalu congkak. Tetapi akibatnya, ilmu pukulan Sip-hun-ciang tadi malah makin membuat si paderi bangga sekali.

Tiba-tiba Tay To berkata, "Para kochiu yang datang ke Beng-gak sama binasa semua kecuali sicu seorang. Pui-sicu benar-benar seorang yang besar sekali rejekinya!"

"Ah, hal itu hanya secara kebetulan saja."

Tay To tertawa dingin, katanya pula, "Ah, tak mungkin suatu peristiwa yang kebetulan. Kalau Pui-sicu tak mempunyai ilmu kepandaian sakti, tak mungkin dapat lolos dari Beng-gak."

Diam-diam Siu-lam membatin, rupanya paderi-paderi Siau-lim-si curiga karena ia lolos dari Beng-gak. Tetapi mereka tak mau terang-terangan mengatakan....

Seketika timbullah kemarahan Siu-lam.

Ia balas tertawa dingin, "Memang benar, jika aku tak mempunyai sedikit kepandaian, sekalipun dibantu orang dalam secara diam-diam, tetapi juga sukar dapat lolos!"

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang