81. Tuduhan Sulit

2.5K 55 0
                                    

SIU-LAM mengalihkan pandangannya kepada tokoh Swat-san-pay itu. Diam-diam ia membatin. "Dia sudah tua tetapi wataknya masih berangasan sekali!"

"Harap Pui-tayhiap suka mengatakan," buru-buru Ceng Hun totiang menyusul kata-kata.

"Ciong to-heng, seorang yang berlapang dada. Tak mungkin ia dipengaruhi oleh rasa dendam. Jika mendengar Siu-lam dilanda bencana kehancuran dia tentu membantu ......"

"Ah, tak mungkin. Dia takkan datang selamanya ......"

"Apakah dia datang menghadiri pertemuan di Thay-san?" Seru Ceng Hun totiang.

"Benar," sahut Siu-lam, "Sekalipun Sin Ciong locianpwe gugur melawan Beng-gak, tetap harum namanya dan selalu dipuja oleh kaum persilatan. Dia pecah sebagai ratna ......"

Ciok Sam-kong tertawa hina dan membentak, "Tutup mulutmu!"

Siu-lam tertegun, "Mengapa? Apakah locianpwe memberi petunjuk kepada wanpwe?"

Jago tua dari partai Swat-san-pay sapukan pandangannya kesekeliling, kemudian berkata, "Didalam dunia persilatan, siapakah yang tak kenal akan kemasyhuran barisan pedang Ngo-heng kiam-tin dari Bu-tong-pay? Jika Sin Ciong tojin benar menghadiri pertemuan, tentu ada anak murid Bu-tong-pay yang mengiringkan!"

"Benar, memang Sin Ciong totiang membawa anak murid Bu-tong-pay."

Kata Ciok Sam-kong, "Barisan pedang Ngo-heng kiam-tin dari Bu-tong-pay, andai kata tak dapat memenangkan musuh, tetapi paling tidak tentu dapat bertahan diri. Apalagi sebagai ketua dari Bu-tong-pay, apabila terancam bahaya anak muridnya tentu akan mati-matian melindungi!"

"Ah, keenam anak murid Bu-tong-pay itu, satupun tiada yang dapat hidup ......" kata Siu-lam.

Thong-soh Tek Cin serentak berbangkit, serunya, "Ciok heng memang benar dan budak itu mengoceh sembarangan saja!"

Siu-lam menyahut dengan wajah bersungguh, "Wanpwe telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri dan berani menjamin kebenarannya dengan jiwa wanpwe!"

Bertanya Ciok Sam-kong, "Dari sekian banyak tokoh-tokoh yang tergabung dalam pertemuan di Thay-san, apakah hanya engkau seorang saja yang dapat lolos?"

Siu-lam merenung sejenak, lalu menyahut: "Wanita siluman dari Beng-gak itu, selain memiliki kesaktian, pun juga mahir sekali menggunakan racun ganas. Sekalipun tokoh-tokoh itu terkena racun yang ditaburkan wanita itu ......"

"Mengapa engkau tak terkena racun?" tukas Thong-soh Tek Cin dengan tajam.

Didesak dengan pertanyaan-pertanyaan sinis dan tajam dan kedua orang itu, Siu-lam marah. Tetapi mengingat bahwa para hadirin disitu terdiri dari tokoh-tokoh persilatan ternama, maka terpaksa ia menahan kemarahannya.

Tetapi karena terus menerus kedua tokoh itu menyerang dengan pertanyaan yang bernada sinis akhirnya Siu-lam terpojok juga sehingga jawabannya pun sering tak lancar. Dan akhirnya ia tak mau menyahut lagi.

"Ha, ha," Ciok Sam-kong tertawa, "sudah berpuluh-puluh tahun aku mengembara di dunia persilatan, masakan dapat engkau kelabuhi dengan ocehan anak kecil saja?"

Kemudian tokoh Swat-san-pay itu berpaling kearah Tay Ih siansu, serunya, "Tahukah lo-heng mengapa wanita Beng-gak itu tiba-tiba memerintahkan rombongannya mengundurkan diri?"

"Inilah yang menjadi pemikiran loni. Tetapi agaknya karena pengaruh suara seruling yang aneh itulah yang menyebabkan dia lari," sahut Tay Ih siansu.

"Seruling mempesonakan burung Hong, lagu menyengsarakan pemabuk. Tetapi belum pernah kudengar suara musik dapat digunakan untuk mengundurkan musuh" seru Ciok Sam-kong.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang