101. Duel Mantan Guru dan Murid

2.7K 54 0
                                    

Dari balik tikungan itu kembali terdengar suara tawa seram, "Perlu apa kau terburu-buru? Lambat atau cepat, nanti kita tentu akan melangsungkan pertempuran yang menentukan. Tetapi sekarang belum tiba waktunya...."

Makin berkobar kemarahan wanita ganas dari Beng-gak itu. Cepat ia melesat maju membuka jalan.

Tetapi sebelum kakinya menginjak tanah, dia sudah disambut oleh dua titik benda berkilat. Wanita itu menampar dan dua benda berkilat itupun berhamburan jatuh ketanah.

Ternyata benda itu dua buah senjata rahasia yang mirip daun bambu, runcing dan tajam.

Sebagai tokoh yang kaya pengalaman, cepat sekali ketua Beng-gak itu mengetahui bahwa senjata rahasia itu dalam dunia persilatan disebut Ciok-yap-piau atau paser daun bambu.

Tiba-tiba dari balik tikungan menghambur angin keras yang melanda obor. Obor padam dan seketika gelaplah lorong jalan.

Menyusul orang yang mencekal obor itupun menjerit rubuh ke tanah. Ternyata dia termakan senjata rahasia.

"Serbu!" bisik ketua Beng-gak sambil memberi isyarat tangan, sedang ia sendiri terus menerjang. Begitu tiba ditikungan, ia disambut lagi oleh sebuah angin pukulan keras.

Tetapi wanita dari Beng-gak itu memiliki lwekang yang tinggi. Matanya luar biasa tajamnya.

Sekalipun dalam keadaan gelap gulita, ia masih dapat mengenali bahwa penyerangannya itu adalah Bwee Hong-swat. Seketika ia melengking dan balas menghantam.

Pukulan yang dilontarkan dengan kemarahan itu, dilembari dengan lwekang penuh. Hebatnya bukan alang kepalang. Ketika saling berbentur, timbullah angin puyuh mendesis-desis keras.

Bwee Hong-swat berkibaran mundur kebelakang....

Ketua Beng-gak tertegun. Tetapi pada lain saat ia tertawa dingin, "Budak hina, kepandaianmu memang bertambah maju. Engkau mampu menghindari pukulan...."

Belum kata-kata itu selesai, tiga gumpal sinar pedang menyerang tiga buah jalan darah pada tubuhnya. Selain cepat serangan itupun tak terduga-duga datangnya.

Tetapi wanita Beng-gak itu memang sakti sekali. Tangan kiri mendorong untuk menahan dan tangan kanan menyerempaki dengan sebuah pukulan.

Tetapi penyerang itu juga bukan tokoh lemah. Tiba-tiba pedang ditarik dan orangnyapun menyingkir kesamping. Pukulan ketua Beng-gak hanya mengenai dinding karang.

Saat itulah barulah ketua Beng-gak mengetahui bahwa yang menyerangnya itu seorang pendek yang berpakaian hitam. Orang itu lincah sekali selekas menghindar terus menyerang lagi.

Diam-diam wanita Beng-gak itu terkejut. Mengapa dalam lorong guha diperut gunung terdapat sekian banyak tokoh-tokoh berilmu. Akhirnya ia memutuskan. Harus merubuhkan paling tidak dua orang musuh agar nyali mereka berantakan.

Segera ia keluarkan jurus istimewa. Sambil tamparkan tangan kiri untuk menutup jalan pengunduran lawan, tangan kanannya mainkan jurus ilmu merebut senjata.

Ilmu merebut senjata dengan tangan kosong itu memang luar biasa. Didalam gerakannya terdapat gerak menabas urat dan jalan darah musuh.

Tak sampai sepuluh jurus, penyerang baju hitam itu sudah kewalahan dan mundur. Ternyata baju hitam bertubuh kecil itu adalah Hian-song.

Walaupun kepandaian keduanya berasal dari satu sumber ajaran Lo Hian, tetapi tenaga wanita Beng-gak itu jauh lebih tinggi dari Hian-song. Begitu juga permainannya lebih mahir dan pengalamannyapun lebih banyak.

Setelah paksakan diri menghadapi serangan sampai sepuluh jurus, tiba-tiba Hian-song malah merasa tenang. Permainan pedangnya lebih mantap sehingga ia dapat memperbaiki keadaannya yang sudah terdesak.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang