80. Kesombongan Tokoh Tua Ceng-pay

1.5K 48 0
                                    

Demikianlah dikala ruang itu penuh dengan suasana kedamaian dan kebahagiaan, Tay Ih siansu tiba-tiba muncul. Ketua Siau-lim-si itu menanyakan tentang luka Siu-lam.

Setelah pemuda itu mengiakan bahwa lukanya sudah bertambah baik, Tay Ih menerangkan pula, "Entah bagaimana partai persilatan sudah mendengar juga tentang penyerangan Beng-gak pada Siau-lim-si. Kini mereka berbondong-bondong datang kemari untuk memberi bantuan.

Dalam perjamuan untuk menghormati kedatangan mereka, loni pun menerangkan bahwa berkat bantuan Pui-sicu dan kedua Lam-pak locianpwe maka Siau-lim-si dapat terhindar dari kehancuran."

"Tetapi yang penting, adalah semangat berani berkorban dari anak murid Siau-lim-si. Bukan semata-mata menggantungkan Wanpwe," kata Siu-lam merendah.

"Mereka kagum atas perjuangan Pui-sicu maka mereka ingin sekali berjumpa dengan sicu," kata Tay Ih lebih lanjut.

Siu-lam mengucapkan kata-kata yang merendah.

"Sesungguhnya loni tak berani mengganggu sicu. Tetapi apabila nanti jika sicu suka menjumpai mereka," kata Tay Ih.

Kemudian ia berkata pula dengan bisik-bisik, "Shin dan Ui kedua locianpwe itu termasyhur sekali didunia persilatan. Rasanya tiada seorang persilatan yang tak kenal dengan namanya. Entah apakah dapat mengundang mereka untuk bertemu dengan tetamu-tetamu?"

Belum Siu-lam menyahut, Pak-koay sudah mendahului, "Tak perlu. Lam-koay dan Pak-koay sudah tua.... Biarlah adik kita yang muda itu yang mewakili kita!"

"Baiklah, jika jiwi tak suka, loni pun tak berani memaksa," kata Tay Ih, kemudian ia berkata kepada Siu-lam, "Dari sembilan partai persilatan, kini sudah lima partai yang datang. Bahkan yang datang para ketuanya sendiri. Mereka sama menantikan kehadiran sicu."

Siu-lam mengiakan dan segera mengikuti Tay Ih menuju keruang besar dimana diselenggarakan perjamuan untuk menghormati kedatangan para ketua partai persilatan.

Lima buah meja besar telah disiapkan di ruang perjamuan. Pada meja ditengah tampak duduk Ceng Hun totiang ketua Ceng-sia-pay, Thian Ce totiang ketua Kun-lun-pay, seorang tua kurus berjubah biru, seorang wanita pertengahan umur berpakaian serba putih dan seorang lelaki berwajah segar kekanak-kanakan dan mengenakan pakaian warna hitam.

Sedang pada empat meja lainnya, ditempati oleh tokoh tokoh yang mengenakan seragam beraneka warna. Terdiri dari orang-orang muda, imam, paderi dan dua orang gadis berpakaian hijau.

Siu-lam hanya kenal Ceng Hun totiang dari Ceng-sia-pay serta Thian Ce ketua Kun-lun-pay dan Tio Gan, murid Ceng-sia-pay yang mengiringi Ceng Hun totiang.

Pertama tama Siu-lam menganggukkan kepala kepada Tio Gan dan tertegun berhenti. Ia tak dapat membedakan tingkatan dan para hadirin dan tahu harus mengambil tempat duduk di sebelah mana.

Tay Ih menghampiri kesamping Siu-lam dan berseru nyaring memperkenalkan pemuda itu kepada para tetamu, "Inilah Pui-sicu yang loni katakan tadi."

Seluruh mata hadirin, saat itu tercurah kepada Siu-lam. Ada yang memberi hormat dengan anggukkan kepala ada yang dengan sembah tangan.

Siu-lam tersipu sipu membalas hormat. Ia minta Tay Ih supaya dikenalkan kepada beberapa tokoh ternama yang hadir disitu.

Melihat Tay Ih siansu begitu menghormat kepada pemuda itu, terpaksa para ketua partai persilatan berdiri dari tempat duduknya.

"Pui-tayhiap," Thian Ce totiang lebih dulu memberi salam.

Ceng Hun totiangpun ikut memberi salam. Kemudian berturut turut orang tua kurus berjubah biru, wanita berpakaian putih dan orang tua berwajah kekanak-kanakan, pun ikut berdiri.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang