74. Alunan Seruling Sakti . . . . .

2.6K 60 0
                                    

"Ah, kepandaiannya memang hebat sekali. Dalam keadaan terluka seperti saat ini, mungkin tak dapat ketahannya!" diam-diam Siu-lam mengeluh dalam hati.

Dan ketika berpaling memandang ke belakang, dilihatnya Lam-koay dan Pak-koay makin terjerat kencang dalam jaring. Bahkan untuk bergerak saja, mereka tampak kepayahan....

Tiada jalan lain bagi Siu-lam kecuali harus minta bantuan dari paderi anggota barisan Lo-han-tin.

Suara langkah kaki tokoh-tokoh persilatan itu makin lama makin jelas dan makin dekat.

"Berhenti! Berani maju selangkah lagi, awas pedangku tak bermata!" hardik Siu-lam.

Rombongan tokoh-tokoh itu berhenti. Tetapi Su Boh-tun tak menghiraukan, dia tetap maju....

Siu-lam siap sedia. Ia kerahkan seluruh lwekangnya untuk menghadapi Su Boh-tun. Tekadnya akan mati bersama musuh.

Sekonyong-konyong terdengar ledakan keras. Di udara berhamburan bunga api. Tanpa disadari Siu-lam Su Boh-tun sama-sama menengadah memandang ke atas.

Belum bunga api itu berhamburan padam, barisan Lo-han-tin sudah kalut. Lapat-lapat terdengar beberapa kali erangan tertahan. Dan menyusul dengan itu, musik berlagu seperti iblis merintih itu, kembali terdengar mengalun lagi.

Siu-lam terkesiap. Jelas bahwa suara erang tertahan itu mirip dengan seseorang yang tengah menderita luka dalam yang parah dan memaksa diri untuk bertahan sekuat tenaga.

Suara itu bukan baru pertama itu ia dengar. Entah sudah berapa puluh suara begitu akibat dari senjata rahasia beracun yang ditaburkan ketua Beng-gak kepada murid-murid Siau-lim-si.

Seketika timbullah kemarahan Siu-lam. Dengan kerahkan seluruh tenaganya, ia menggembor keras dan menghantam sekuat-kuatnya kepada Su Boh-tun.

Mendengar gemboran Siu-lam, Su Boh-tun sudah mengetahui pemuda itu akan menyerangnya. Maka tanpa berpaling kepala ia terus melesat menghindar ke samping.

Ilmu gerak Chit-poh-tun-heng, memang merupakan ilmu yang istimewa dalam dunia persilatan. Keindahannya sukar dilukiskan. Betapa cepat dan dahsyat serangan Siu-lam itu, namun Su Boh-tun tetap dapat menghindarinya.

Serangannya luput, Siu-lampun menghimpun tenaga murni lagi. Dan tegaklah ia diam menyalurkan napasnya .......

Tiba-tiba terdengar lengking suara tertawa nyaring: "Ho, paderi tua, hebat juga kepandaianmu. Sejak sekarang keadaannya sudah berubah. Coba lihatlah barisan Lo-han-tin yang engkau bangga-banggakan itu!"

Ketika Siu-lam mengeliarkan pandangannya, pertama-tama ia melihat gadis baju merah sudah terlibat dalam taburan sinar tongkat Tay Ih siansu. Nona itu hanya dapat membela diri tak mampu balas menyerang.

Tetapi barisan Lo-han-tin mulai mengunjukkan tanda kekacauan. Wanita baju kuning menerjang kian kemari dalam barisan itu, seperti seekor harimau berpesta pora di tengah kawanan domba.

Puluhan sosok tubuh rubuh menganak bukit di tanah. Kemana wanita baju kuning itu menerjang, di situ tentu timbul tumpukan mayat .......

Barisan Lo-han-tin yang sejak beratus tahun menjadi kebanggaan Siau-lim-si dan disohorkan sebagai barisan yang belum pernah diterobos orang, ternyata saat itu mengalami kenaasannya.

Jika barisan itu bobol, pertahanan Siau-lim-si yang terakhir untuk menghadapi Beng-gak, akan hancur berantakan juga. Karena boleh dikata seluruh anak murid Siau-lim-si yang dianggap memiliki kepandaian yang berarti, telah dikerahkan untuk mendukung barisan itu.

Tiba-tiba terdengar genta bertalu tiga kali. Kumandang suara genta itu mengganas berkepanjangan.

Siu-lam tersirap dan menghela napas perlahan. Pikirnya: "Tiga kali bunyi genta itu, mungkin merupakan pertanda agar sisa-sisa paderi Siau-lim-si meloloskan diri dari gereja ini. Ah, kemasyhuran nama yang dipupuk sejak ratusan tahun, dalam sekejap mata saja akan hancur berantakan ......."

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang