Siu-lam berpaling kaget. Ah, kiranya di dalam goha telah bertambah seorang tua berjubah biru. Wajahnya membesi, mengenakan kain pembungkus kepala berbentuk persegi.
Siu-lam terkejut. Tak tahu ia bila dan bagaimana orang tua itu masuk. Dihampirinya orang itu dan disapanya, "Siapakah yang lo-cianpwe hendak cari?"
Sepasang mata orang tua berjubah biru itu berkilat-kilat memancarkan api. Dipandangnya sekeliling goha lalu menyahut dingin, "Kalian bertiga bukan orang yang hendak kucari!" tiba-tiba ia berputar tubuh terus melangkah keluar.
Siu-lam diam saja. Baginya lebih baik kalau orang itu pergi agar terhindar dari gangguan. Di luar dugaan, baru dua langkah orang itu berjalan, tiba-tiba ia berbalik diri lagi, serunya, "Pernahkan kau berjumpa dengan dua orang pemuda yang bersenjata poan-koan- pit?"
"Mereka lebih kurang berumur tujuh belas tahun?" seru Siu-lam.
"Benar, benar! Di manakah mereka sekarang?" orang tua berjubah biru itu berseru girang.
"Setengah bulan yang lalu aku memang pernah melihat mereka tetapi di manakah mereka sekarang tak tahulah aku!"
Rupanya orang tua berjubah biru tidak begitu percaya atas keterangan Siu-lam. Masih ia mendesaknya, "Mereka hanya dua orang atau dengan orang lain lagi?"
"Mereka berombongan. Di antaranya terdapat seorang tua berjenggot panjang yang membekal golok besar...."
"Tentulah si Golok Besar Lo Kun!" seru orang tua berjubah biru itu.
"Entahlah, aku tak tahu namanya. Selain itu masih terdapat beberapa paderi lagi," kata Siu-lam.
"Mereka tentu Thian Hong totiang dan murid-muridnya. Rupanya keteranganmu ini memang tak bohong!"
"Memang aku tak suka bohong." Orang tua berjubah biru itu berputar diri melangkah ke mulut goha. Diam-diam Siu-lam menghela napas lega.
Ketika ia hendak berpaling melihat keadaan si dara, tiba-tiba orang tua jubah biru itu melesat ke dalam goha lagi. Kedua matanya memandang berkilat-kilat pada orang tua jenggot putih yang berada di belakang si dara yang tengah duduk bersila.
"Siapakah namamu?" tegurnya.
"Pui Siu-lam!"
"Apakah orang tua yang berada di belakang si dara itu gurumu?"
Siu-lam mengakui bahwa orang tua jenggot putih itu telah menurunkan bermacam ilmu kesaktian kepadanya. Kakek itu dapat dianggap menjadi gurunya. Tetapi jika ia mengakuinya sebagai guru, tentulah si orang tua berjubah biru ini akan bertanya panjang lebar.
Setelah berpikir sejenak, menyahutlah ia, "Aku juga baru saja bertemu dengan mereka dalam goha ini!"
"O, kiranya begitu?" orang tua jubah biru mengerutkan alis setengah tak percaya. Ia melangkah maju.
Bukan kepalang kejut Siu-lam. Cepat ia menghadang, "Lo-cianpwe mau apa? Mereka sedang menyalurkan tenaga dalam, harap jangan diganggu!"
Orang tua jubah biru itu tertawa dingin, "Menyingkirlah!" ia menyiak dengan tangan kiri.
Siu-lam cepat menarik lengan kiri, secepat kilat tangan kanan menampar pergelangan tangan orang tua itu. Dalam gugupnya, tak sengaja, Siu-lam gunakan ilmu penampar jalan darah yang diajarkan si kakek jenggot putih kepadanya.
Orang tua jubah biru itu terkejut dan loncat mundur.... Mulutnya mendesis perlahan. Ditatapnya Siu-lam tajam-tajam. Tiba-tiba ia menengadah muka tertawa gelak-gelak, "Aku Kat Thian-beng sudah dua puluh tahun tak keluar dunia persilatan. Tak kira di kalangan anak muda juga timbul jago-jago lihay. Ingin aku bermain-main barang beberapa jurus denganmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Iblis
FantasiaWanita Iblis (Sip Siau Hong) bukanlah wanita yang jelek seperti hantu, bahkan adalah wanita yang sangat cantik. Jangankan laki-laki biasa, seorang tokoh agama yang sudah terlatih mengekang nafsu seks sekalipun tetap tidak mampu menahan kegoncangan h...