"HAI, mengapa engkau berteriak? Apakah engkau takut mati?" nona itu tertawa mengejek.
"Apakah engkau bernama nona Hun?" seru Siu-lam.
Bermula nona itu tertegun ketika orang menanyakan she-nya. Kemudian ia tertawa: "Setengah meter di belakangmu, jurang yang curam sekali. Sekalipun paderi tua itu bangun, tak mungkin dia dapat menolongmu!"
"Kecebur jurang belum tentu pasti mati. Apalagi kalau hancur lebur, bukan hanya aku seorang..." sahut Siu-lam dengan marah.
Kemudian ia mengulangi pertanyaannya lagi: "Apakah engkau bernama Hun Bong-lian?"
Sepasang mata bundar dari nona itu membelalak. Sejenak ia termenung mengingat nama itu.
"Apakah engkau bukan Pui Siu-lam!" tiba-tiba nona itu tertawa dan serentak mendorong lagi sehingga tubuh Siu-lam meluncur sejengkal pula.
Saat itu Siu-lam sudah menggelantung di tepi jurang. Separuh tubuhnya tercebur dalam mulut jurang. Asal si nona mendorong lagi, tentu mereka tergelincir!
Tiba-tiba nona itu tertawa tawar: "Di dasar jurang penuh dengan batu-batu yang runcing. Asal jatuh ke dalam, biarpun bertulang besi, tetap tak mungkin bisa hidup!" ia menutup kata-katanya dengan mengangakan mulut dan sekonyong-konyong menggigit tangan Siu-lam yang mencengkeram pergelangan tangannya.
Siu-lam terkejut sekali. Ia tak menduga akan mendapat serangan begitu macam. Karena tak dapat menghindar lagi, tangannya tergigit sehingga berlumuran darah. Sakitnya bukan kepalang.
Siu-lam memperhitungkan kemungkinan yang akan dihadapinya. Nona itu dapat melepaskan cengkeramannya dan memukulnya. Daripada menerima pukulan lebih baik ia mendahului lepaskan cengkeramannya pada tangan nona itu dan loncat ke dalam jurang.
Memang perhitungan Siu-lam itu tepat. Nona itu benar-benar telah lepaskan cengkeramannya dan menghantam. Tetapi karena Siu-lam sudah mendahului loncat ke bawah, maka hantaman nona itupun hanya menemui angin kosong.
Cepat nona itu loncat bangun dan melongok ke bawah jurang.
Ketika melihat tubuh Siu-lam sedang meluncur ke bawah, ia tersenyum dan berseru nyaring: "Sam-sumoay, maaf aku tak dapat mengantarkan jenasahnya....."
"Hm, orang Beng-gak benar-benar tak kenal perikemanusiaan. Akupun takkan memegang peraturan dunia persilatan lagi!" tiba-tiba terdengar suara seseorang dan tahu-tahu punggung nona itu telah dicengkeram.
Nona itu tengah berdiri di tepi jurang. Asal orang itu mendorongnya, pasti ia terlempar ke dalam jurang.
Nona itu terkejut. Namun ia berusaha untuk berlaku setenang mungkin. Ia menunggu timbulnya suatu kesempatan.
Kembali suara orang yang bernada serat itu berseru pula: "Seumur hidup, loni tak pernah mencelakai orang dan jarang berkelahi dengan orang. Tetapi saat ini loni tak dapat mengampunimu. Sebenarnya sekali gerak loni dapat menghancurkan urat-urat jantungmu sehingga engkau mati seketika. Tetapi aku masih berlaku murah. Biarlah kudorongmu masuk ke dalam jurang. Mati hidup terserah pada nasibmu...."
Tiba-tiba terdengar suara orang melantangkan doa Omitohud: "Apakah itu bukan Tay Ih suheng? Harap berhenti dulu!"
Suara itu cukup dikenal tetapi mau tak mau Tay Ih siansu terkejut juga. "Tay Ih suheng, silahkan mundur dan lepaskan nona itu!"
kembali suara itu terdengar dari belakang. Tapi nadanya kini rada bengis.
Tay Ih siansu bergeliat berpaling ke belakang dan lepaskan cengkeramannya pada punggung si nona. Lalu cepat-cepat mundur tiga langkah.
Tak salah lagi dugaannya. Yang datang itu adalah Tay Hong siansu, ketua Siau-lim-si yang dikabarkan hilang di gunung Beng-gak.
Si nona baju merahpun cepat berputar tubuh. Begitu memandang Tay Hong siansu, ia melangkah maju dua tindak dan berdiri tegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Iblis
FantasiWanita Iblis (Sip Siau Hong) bukanlah wanita yang jelek seperti hantu, bahkan adalah wanita yang sangat cantik. Jangankan laki-laki biasa, seorang tokoh agama yang sudah terlatih mengekang nafsu seks sekalipun tetap tidak mampu menahan kegoncangan h...