54. Janji Lam-koay Dan Pak-koay

2.9K 60 0
                                    

MENURUTKAN petunjuk Kak Bong, setelah mencapai tiga ratus langkah tibalah dia pada sebatang pohon siong kate. Dan benarlah di bawah pohon siong itu terdapat sebuah pintu yang dipahat dengan lukisan.

Setelah kerapkan tenaga, Siu-lam segera mendorong batu itu. Tetapi batu itu kuatnya bukan main sehingga tak dapat bergerak.

Siu-lam percaya bahwa tak mungkin Kak Bong taysu akan menipunya. Maka sekali lagi ia kerahkan tenaga mendorongnya. Tetapi walaupun sudah dicobanya beberapa kali, tetap gagal. Namun ia tak putus asa.

Ia tak henti-hentinya mendorongnya ke kanan kiri dan akhirnya alat rahasia itupun bergerak. Serentak dengan bunyi berderak-derak keras, pintu batu itupun terbuka.

Siu-lam cepat loncat menyusup ke dalam pintu batu dan menyusur lorong. Tiga tombak jauhnya, tiba-tiba cuaca gelap. Ah, pintu batu itu tertutup kembali.

Kira-kira seratus tombak jauhnya, lorong itu terpecah menjadi dua persimpangan, ke kanan dan ke kiri. Siu-lam memilih simpang kanan. Kira-kira tiga empat puluh tombak jauhnya, lorong makin sempit dan terdengarlah suara helaan napas orang yang berat.

Siu-lam tahu bahwa dia kini sudah dekat pada penjara tempat Ji-koay. Diam-diam ia kerahkan tenaga siap sedia dan sengaja berjalan dengan langkah berat. Setelah membelok dua langkah tikungan, tiba-tiba suasana terang dan tampaklah sebuah pintu batu yang tertutup rapat. Di atas pintu batu itu terdapat sebuah jendela.

Napas orang itu memancar keluar dari jendela tersebut. Dengan perlahan-lahan Siu-lam menghampiri dan menengok ke dalam pintu.

Seorang lelaki tengah duduk bersandar pada dinding dan tidur mendengkur. Rambutnya terurai panjang menutup mukanya. Pakaiannya compang-camping. Punggungnya menyanggul sebuah borgol sebesar roda kereta. Di sebelah kanan-kiri ruang terdapat dua buah lubang hawa dan penerangan.

Siu-lam segera mengetuk pintu: "Aku yang rendah Siu-lam, hendak berkunjng kepada tuan."

Tiba-tiba orang aneh itu berbangkit. Sepasang matanya berkilat-kilat memancarkan api: "Engkau paderi Siau-lim-si?"

"Bukan..." sahut Siu-lam. Diputusnya rantai pintu dan mendorongnya lalu melangkah masuk.

Orang aneh itu tertawa gelak-gelak. Ia duduk kembali bersandar pada dinding ruang.

"Beberapa puluh tahun yang lalu, orang persilatan tentu rontok nyalinya kalau mendengar namaku. Aku gemar minum hati orang dengan arak. Engkau sungguh seorang budak yang bernyali besar berani datang ke kamarku sini!"

Siu-lam tersenyum. Diam-diam kerahkan tenaga dalam berjaga-jaga. Kemudian pura-pura seperti tidak terjadi apa-apa, ia duduk tenang berhadapan dengan orang aneh itu.

"Berapa lamakah locianpwe berada di dalam ruang ini?" tanyanya diiringi tertawa.

Dari celah-celah rambutnya yang kusut masai, terpancarlah sinar dingin dari sepasang mata orang aneh itu. Rupanya dia mengawasi Siu-lam tajam-tajam.

Kemudian berkata: "Lebih lama sedikit dari umurmu!"

"Ah, tentu kesepian sekali," kata Siu-lam.

Orang aneh itu mendengus dingin dan mendamprat: "Paderi bangsat itu telah menjebloskan aku di sini sampai belasan tahun. Hm, jika aku bebas, kelak tentu akan kucarinya untuk membayar hutang ini!"

Siu-lam tersenyum: "Sudah berpuluh tahun locianpwe tak berdaya untuk keluar dari sini. Dikuatirkan seumur hiduppun sukar untuk meninggalkan tempat ini."

Orang aneh itu tertawa nyaring: "Ah, tak lama lagi! Tiga tahun kemudian aku tentu mampu menghancurkan tali pengikat ulat sutera ini dan tinggalkan neraka sini!"

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang