38. Kecabulan Ketua Beng-gak

3.7K 64 0
                                    

Sin Ciong tojin merobek lengan baju dan dengan peniti ia menulis di atasnya. Dengan tenaga dalam yang hebat, dapatlah ketua Bu-tong-pay itu mengerjakan semua rencananya.

Sekalian orang tergerak hatinya melihat tindakan Sin Ciong tojin itu. Merekapun segera mengikuti. Ada yang merobek lengan baju dan menulis dengan ujung senjatanya. Ada pula yang menuliskan thiat-pit (pena baja) pada tangkai pedang dan lain-lain.

Dalam beberapa kejap di hadapan kedua anak muda Kat Wi dan Kat Hong telah bertumpuk seonggok robekan baju, tangkai pedang dan ikat kepala.

Setelah itu, Sin Ciong tojin gunakan tenaga sakti, tempelkan tangannya ke punggung kedua anak muda yang masih pingsan itu. la salurkan lwekang ke tubuh mereka.

"Toheng, biarlah kubantumu!" tiba-tiba Bu-ing-sin-kun Pek Co-gi jago tua dari Tibet menghampiri.

Dan tanpa tunggu jawaban Sin Ciong ia segera lekatkan tangannya pada punggung Kat Hong. Berkat lwekang kedua tokoh yang sakti itu, dalam beberapa kejap saja kedua anak muda itu dapat sadar kembali.

"Harap kalian berdua jangan bicara dulu. Salurkanlah darahmu untuk menyambut saluran lwekang pinto. Pinto akan membantu kalian untuk menembus jalan darah penting dalam tubuh kalian!"

Kedua pemuda itu memandang kepada ayahnya. Tampak Kat Thian-beng dengan wajah bersungguh-sungguh menyuruhnya segera menurut perintah Sin Ciong tojin.

Kat Hui dan Kat Hong pun segera mengerahkan lwekangnya untuk menyambut saluran lwekang kedua tokoh tua itu.

"Bluk!" Tiba-tiba terdengar dua sosok tubuh berjatuhan ke lantai.

Ketika sekalian orang berpaling, ternyata yang jatuh itu adalah Siu-lam dan Hian-song.

Golok Sakti Lo Kun segera menghampirinya dan ketika hendak mengangkat tubuh mereka tiba-tiba terdengar gelak tertawa melengking memenuhi ruang.

Ketika memandang ke sudut ruang, ternyata di situ telah muncul empat wanita yang berpakaian empat macam warna. Karena sudah menumpahkan perhatian pada Kat Hui dan Kat Hong serta terkejut atas rubuhnya Siu-lam dan Hian-song, maka mereka tak tahu kemunculan keempat wanita itu.

Pada saat Sin Ciong tojin tengah menyalurkan lwekang ke tubuh Kat Hui, sekalian orang diam-diam menganggap Thian Hong siansu sebagai pimpinan. Karena paderi itu diam saja. Sekalian orangpun tak berani bicara.

Keempat wanita itupun maju menghampiri rombongan orang gagah. Yang tiga orang ternyata si nona baju merah, baju biru, dan si putih Bwe Hong-swat.

Tetapi yang seorang lagi mengenakan pakaian warna hitam, begitu pula wajahnya tertutup kerudung hitam. Perawakan wanita misterius itu lebih tinggi dari ketiga nona. Suara ketawa melengking tadi, berasal dari wanita itu juga.

Begitu keempat wanita itu hampir tiba, Kat Thian-beng loncat menerjangnya dengan senjata thiat-pit.

Si nona baju merah yang mengawal di sebelah kanan si wanita, tertawa dingin terus loncat menyongsong Kat Thian-beng dengan kebut hud-tim berbareng itu tangan kanan mencabut pedang dan ditusukkan ke dada orang. Thiat-pit dan pedang susul-menyusul datangnya.

Kat Thian-beng yang sudah merasa berterima kasih kebaikan Sin Ciong tojin mcnolong kedua puteranya, telah membulatkan tekadnya. Dengan mengembor keras, ia benturkan thiat-pitnya kepada kebut si nona.

Nona berbaju merah tertawa dingin. Kebut disentakkan keatas untuk melibat thiat-pit sedang pedang digerakkan dengan jurus Keng-hong-hwi atau burung hong kaget meninggalkan rumpun alang-alang. Pedang berkilat laksana kilat.

Terlibat oleh kebut, pedang Kat Thian-beng tak dapat seketika bergerak. Jika ia menghindari pedang si nona, ia harus lepaskan thiat-pitnya. Kat Thian-beng tak mempunyai banyak waktu untuk merenung. Cepat-cepat ia lepaskan pedang dan loncat mundur.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang