Melihat Lam-koay mendahului turun tangan dan berhasil merubuhkan seorang paderi, Pak-koay Ui Lian pun tak mau ketinggalan. Sambil tertawa meringkik, ia menampar dengan lengan bajunya.
Paderi jubah kuning satunya yang menyerang Siu-lam dari samping kiri, seketika rasakan dirinya dilanda oleh serangkum hawa dingin. Ia menggigil dan rubuh ke tanah....
Melihat itu berserulah Tay Hong siansu dengan marah: "Hai, siapa yang berani melukai paderi Siau-lim-si?"
"Pernah apa engkau dengan si paderi tua Kak Seng?" Pak-koay Ui Lian balas bertanya.
Mendengar orang menyebut tentang diri mendiang suhunya, Tay Hong siansu terkesiap: "Kak Seng taysu adalah mendiang guru loni!"
Lam-koay Shin Ki tertawa nyaring: "Jika betul begitu, engkau termasuk musuh kami!"
Tay Hong siansu memang belum pernah diberi tahu suhunya tentang kedua orang aneh Lam-koay dan Pak-koay itu. Maka ia tak kenal siapa kedua tokoh aneh tersebut.
Tiba-tiba Siu-lam yang masih memeriksa mayat Tay Hui siansu berkata: "Harap locianpwe berdua jangan tergesa turun tangan dulu. Ijinkanlah wanpwe menyelidiki peristiwa ini sampai jelas!"
Kedua tokoh aneh itu hanya bertukar pandang dan tak mengucap apa-apa.
"Apakah lo-siansu ini meninggal karena bunuh diri?" tanya Siu-lam kepada Tay Hong siansu.
Sahut Tay Hong dengan dingin: "Urusan rumah tangga gereja, mana boleh orang lain ikut turut campur. Tay Goan sute, lekas usir orang-orang itu!"
Tay Goan siansu itu mengangkat muka, sejenak memandang kepada Siu-lam lalu perlahan-lahan menghampirinya.
Melihat sikap siansu itu, tahulah Siu-lam bahwa orang sesungguhnya tak bermaksud hendak turun tangan. Hanya karena tunduk pada perintah terpaksa Tay Goan siansu bertindak.
"Apakah yang sesungguhnya terjadi dalam ruang permusyawarahan ini? Sunyi tapi suasananya tegang sekali. Dan tampaknya segenap paderi yang hadir di sini, memendam rasa tidak puas terhadap Tay Hong siansu..." diam-diam Siu-lam membatin.
Saat itu Tay Goan siansu sudah tiba di hadapan Siu-lam. Paderi itu memberi hormat dan berkata: "Pui-sicu, maafkan loni bertindak kurang ajar terhadap sicu!" Singkat kata-katanya, tapi nadanya penuh rasa kedukaan yang dalam.
"Harap jangan tergesa-gesa turun tangan, lo-siansu. Harap lo-siansu suka memperkenankan wanpwe bicara!" kata Siu-lam.
Tay Goan siansu tertawa getir: "Jika Pui-sicu hendak mengatakan sesuatu, silahkan berhadapan dengan ketua gereja ini. Peraturan Siau-lim-si keras sekali. Semua paderi harus tunduk pada perintah ketua gereja. Ini sudah turun-temurun sejak dulu kala. Percuma sicu hendak mengatakannya kepada loni karena toh, loni tak dapat mengambil keputusan apa-apa!"
Mendengar itu, tertawalah Tay Hong siansu dengan sinis.
Kemudian ia mengacungkan tongkat kepemimpinan gereja yang disebut tongkat Liok-giok-hud-ciang (tongkat batu kemala hijau), serunya nyaring: "Kepala bagian Kian-wan Tay Goan siansu, sengaja hendak membantah perintah. Berarti menyalahi peraturan. Hukumannya harus segera membunuh diri."
Tay Goan tertawa hambar. Cepat ia berputar diri menghadap Tay Hong. Serunya: "Entah Ciang-bun-jin suheng berdasarkan pasal berapa dari peraturan hukuman bunuh diri itu!"
Tay Hong siansu agak terkesiap, bentaknya: "Berani membangkang kepada ketua, sudah termasuk salah satu pasal yang dapat dijatuhi hukuman mati. Maka dalam kedudukan sebagai ketua Siau-lim-si, sekarang kujatuhi engkau hukuman supaya menghantam ubun-ubun kepalamu sendiri...."
Tiba-tiba seorang paderi tua yang berada di samping, serentak berbangkit, serunya: "Dalam kedudukan sebagai ketua bagian hukum, loni hendak membela kesalahan Tay Goan sute. Ciang-bun sute telah menjatuhkan hukuman secara tidak adil. Sebagai salah seorang kepala bagian yang tergolong dalam kelima tianglo, walaupun berani membantah perintah ketua, tetapi Tay Goan sute tak dapat dijatuhi hukuman mati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Iblis
FantasyWanita Iblis (Sip Siau Hong) bukanlah wanita yang jelek seperti hantu, bahkan adalah wanita yang sangat cantik. Jangankan laki-laki biasa, seorang tokoh agama yang sudah terlatih mengekang nafsu seks sekalipun tetap tidak mampu menahan kegoncangan h...