21. Nabi Pedang Siau Yau-cu

3.3K 66 1
                                    

RUPANYA Tay Hong siansu juga terpengaruh oleh pernyataan jago tua itu. Ia agak gemetar lalu membisiki seorang paderi kecil yang berada di sampingnya, "Undang keempat houw-hwat kemari!"

Paderi kecil itu segera lari keluar.

Setelah itu Tay Hong siansu berseru kepada Ngo Cong-hian, "Jika Ngo tayhiap tahu akan hal itu, harap segera menunjukkan...."

Ngo Cong-hian menuding ke arah Siu-lam dan si dara Hian-song, serunya dengan tandas, "Siapakah di antara saudara-saudara yang hadir di sini kenal pada mereka berdua...?"

Mendengar itu serentak berbangkitlah Kat Thian-beng, "Ngo-heng, jangan memfitnah orang sewenang-wenang! Aku kenal saudara ini!"

Su Bo-tun perlahan-lahan memandang pada Kat Thian-beng. Ia tertawa dingin tetapi tak mengucap apa-apa.

Karena dirinya menjadi bulan-bulanan perhatian para hadirin, Kat Thian-beng berseru pula, "Aku berjumpa dengan saudara Pui ini di gunung Kiu-kiong-san. Kala itu gurunya sedang sakit keras dalam sebuah goha..."

Ternyata pengetahuannya terhadap diri Siu-lam hanya terbatas sampai di situ. Maka ia tak dapat menceritakan lebih panjang lagi.

"Silahkan Kat-heng duduk kembali. Loni hendak bicara sedikit dengan kedua sicu itu!" seru Tay Hong siansu.

Siu-lam menyadari bahwa walaupun Kat Thian-beng bertekad hendak membelanya tetapi jago tua itu tak mempunyai kemampuan untuk melindungi. Maka berbangkitlah ia dan berseru, "Apa yang lo-sancu hendak menanyakan, aku yang rendah bersedia menjawab!"

Ketua Siau-lim-si itu rangkapkan kedua tangan dan berseru dingin, "Maafkan loni. Dari perguruan manakah sicu itu?"

Siu-lam merenung sejenak, jawabnya, "Guruku orang she Ciu bernama Pwe!" Singkat dan tegas Siu-lam memberi jawaban. Sehabis menjawab ia terus duduk lagi.

"Ciu Pwee..." Tay Hong mengulang nama itu. Tanya pula, "Apakah gurumu tak hadir di sini?" Dengan pertanyaan itu jelas bahwa Tay Hong tak kenal dengan Ciu Pwe.

Tiba-tiba Thian Hong totiang berbangkit, serunya, "Ciu Pwe adalah salah seorang dari empat jago pedang Kanglam. Aku pernah bertemu dengannya!"

"Apakah Ciu tayhiap tak datang?" tanya Tay Hong siansu.

Sekalipun sudah tahu kalau jago she Ciu itu tak nampak, namun Thian Hong totiang masih memandang sekeliling ruangan kemudian baru menjawab, "Belum datang!"

"Silahkan to-heng duduk," kata Tay Hong. Kemudian ketua Siau-lim-si itu berpaling ke arah Siu-lam lagi, "Siau-sicu telah mampu melalui tiga buah pos penjagaan di belakang gunung. Apakah ilmu pedang sicu itu juga sicu peroleh dari guru sicu?"

Diam-diam Siau-lam tak puas atas sikap ketua Siau-lim-si. Masakan di hadapan sekian banyak tokoh persilatan, seolah-olah dirinya hendak diperiksa asal-usulnya.

Namun pemuda itu masih menekan perasaannya dan menyahut dingin-dingin, "Apa yang kupelajari memang banyak ragamnya. Selain dari guruku, aku pernah bertemu dengan seorang sakti. Pokoknya harap lo-siansu jangan kuatir. Aku bukan orang Beng-gak. Sebaliknya dengan orang Beng-gak aku mempunyai dendam sakit hati yang besar. Hadirku ke sini adalah hendak menggabungkan diri dengan sekalian orang gagah untuk menumpas gerombolan itu."

Tiba-tiba terdengar langkah kaki orang dan empat paderi tinggi besar masuk ke dalam ruangan dengan membawa senjata. Melihat itu Siu-lam sengaja keraskan suaranya, "Tentang dendam antara perguruanku dengan gerombolan Beng-gak, rasanya Su lo-cianpwe dari Po-to-kang tentu mengetahui sedikit-sedikit. Jika kurang percaya, silahkan lo-siansu menanyakan padanya. Hanya inilah yang dapat kuterangkan. Namun bila lo-siansu masih tetap tak mempercayai, akupun tak dapat berbuat apa-apa lagi!"

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang