15. Budi Kebaikan Untuk Lawan

2.1K 50 0
                                    

SEJAK menerima pukulan hud-hwat-bu-pian dari Siu-lam, Kat Thian-beng berhati-hati terhadap pemuda itu. Selama bertempur dengan Gan Leng-po, dia tetap memperhatikan gerak-gerik pemuda itu. Melihat Siu-lam loncat menghampiri, cepat-cepat Kat Thian-beng tarik pulang senjatanya dan loncat mundur beberapa langkah.

Siu-lam tak memperdulikan Kat Thian-beng. Tujuannya ialah hendak mengambil kembali peta Telaga Darah yang tersimpan dalam baju Gan Leng-po. Ia menghadang di muka tabib itu berseru tertawa: "Apakah Gan lo-cianpwe masih kenal padaku?"

Tabib itu terlongong-longong mengawasi Siu-lam. Tiba-tiba ia menggembor keras dan mengemplangkan tongkatnya. Tapi Siu-lam tahu bahwa tabib itu sedang tak waras pikirannya. Diam-diam ia sudah bersiap.

Setelah menghindari ia berseru tertawa pula: "Jika Gan lo-cianpwe hendak mencari peta itu, silahkan ikut aku!" Tanpa menunggu jawaban, Siu-lam berputar tubuh terus ayunkan langkah lari.

"Hai, sekalipun kau lari ke ujung langit, tentu aku akan mengejarmu!" teriak tabib itu seraya mengejar.

Siu-lam tak menghiraukan. Ia lari sekencang-kencangnya. Dia tahu bahwa kepandaian orang lebih tinggi dan larinyapun tentu lebih kencang. Jika sampai tersusul dan bertemu tentulah sukar lolos.

Di luar dugaan ia rasakan tubuhnya jauh lebih ringan dari dulu. Sejak digembleng si kakek jenggot putih, kepandaiannya maju pesat sekali. Larinyapun jauh lebih cepat. Dalam beberapa kejap dapatlah ia melintasi tiga buah puncak. Dia berhenti di sebuah tempat yang sunyi. Tetapi baru ia berputar tubuh, tongkat si tabib sudah menyambar kepalanya....

Siu-lam terkejut sekali. Untuk menghindar tak mungkin lagi karena jaraknya dekat dan serangan tabib itu secepat kilat. Dalam gugupnya Siu-lam berpaling dan layangkan jurus Hud-hwat-bu-pian. Ilmu pukulan si kakek jenggot perak yang paling berkesan dan paling mendapat penuh perhatiannya.

"Desss...." Gan Leng-po menjerit dan menyurut mundur!

Kiranya tabib itu kena dipukul lengan kanannya. Itu masih untung. Coba mengenai tubuhnya, tabib itu tentu remuk.

Gan Leng-po terlongong-longong memandang si anak muda. Karena pertempuran ratusan jurus dengan Kat Thian-beng tadi memakan banyak tenaganya. Walaupun tidak menggunakan tenaga penuh, tetapi pukulan Hud-hwat-bu-pian Siu-lam tadi cukup membuatnya ia meringis. Tulang lengannya serasa patah sehingga tak dapat digerakkan lagi.

Tabib itu benar-benar tak tahu apa jurus yang digunakan anak itu. Buru-buru ia kerahkan tenaga dalam untuk menahan lukanya.

Siu-lam pun tegak berdiam diri. Kini ia putar otak untuk mencari cara mengambil peta. Walaupun ia tak sampai hati melukai orang hanya karena hendak mengambil peta yang tersimpan dalam pakaian tabib itu.

Setelah memandang anak muda itu beberapa saat tiba-tiba Gan Leng-po memutar tubuh dan pergi.

"Gan lo-cianpwe hendak pergi kemana?" teriak Siu-lam yang dengan gugup segera loncat memburu.

Sekonyong-konyong tabib itu berputar diri dan menghantam. Karena terlalu cepatnya Siu-lam hendak mendekap tabib itu, tak sempat menarik pulang tenaganya. Terpaksa ia menangkis. "Krek..." hebat benar akibat beradunya kedua tangan mereka.

Siu-lam terpental ke atas dan si tabib terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang lalu jatuh terduduk di tanah! Siu-lam menyalurkan napas sejenak lalu menghampiri tabib itu.

Tabib itu menggeletak di tanah. Matanya meram, rambutnya kusut masai tak karuan.

Siu-lam terharu melihat keadaannya. Namun ia tak mau membuang waktu. Dengan cepat ia segera menelusuri baju tabib itu dan ah....ternyata peta Telaga Darah itu masih ada. Buru-buru ia mengambil dan menyimpan dalam bajunya lalu mulai mengurut-urut tubuh tabib itu.

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang