2. Orang Tua Aneh So Bo-tun

10.9K 180 3
                                    

Si dara tertawa tawar. Rupanya ia tahu keterkejutan Siu-lam. Serunya: "Jika tuan tak merasa jijik, silahkan mendahar masakan kedua orang itu dulu. Mereka belum menjamahnya."

"Terima kasih," sahut Siu-lam, "tetapi hidangan yang sudah dipesan orang, masakan hendak kurebut!"

Si dara tertawa: "Baiklah, kalau tuan tak mau, tunggulah sebentar kumasakkan."

Gadis itu kemudian masuk ke dalam dapur.

Siu-lam sempat memandang keadaan warung itu. Sebuah warung yang hanya mempunyai tiga ruangan kecil. Ruang depan untuk tamu, tengah untuk meracik hidangan dan dapur untuk masak. Selain tiga meja dan beberapa kursi bambu, warung itu tidak ada perkakas lain-lainnya lagi.

Seketika timbullah kecurigaan Siu-lam. "Tempat sesepi ini tentu jarang dikunjungi tamu. Hih, jangan-jangan warung ini warung hitam untuk menjagal orang... Gadis itu, gadis itu memang mencurigakan!"

Tiba-tiba si dara muncul dengan membawa setalam berisi sepuluh butir telur rebus: "Maaf, hanya ini yang dapat kuhidangkan. Mudah-mudahan dapat menenangkan perut tuan!"

Siu-lam mengeluarkan uang perak: "Harap nona suka terima sedikit pengganti pembelian telur ini!"

"Ah, hanya sepuluh butir telur masakkan tuan begitu sungkan?" seru si dara dengan sama sekali tak memandang uang perak yang diletakkan di atas meja.

Tetapi Siu-lam mendesaknya. Setelah mengucap terima kasih segera ia menyambar telur dan keluar....

Kira-kira sepuluh lie jauhnya, barulah ia berhenti. Saat itu cuaca sudah gelap. Dan benar yang dikatakan gadis pemilik warung tadi, di hadapannya kini terbentang hutan pegunungan. 

Siu-lam menghela napas. Apa boleh buat. Ia segera memakan telur lalu duduk di tanah menyalurkan napas. Setelah rasa letih hilang, barulah ia bangun dan meneruskan perjalanan.

Setengah jam kemudian, jalan makin berbahaya. Lamping gunung penuh jurang dan tebing terjal. Batu-batu karang menggunduk tinggi, menutup jalan. Apa lagi jalan-jalan tertutup hilang oleh salju. Siu-lam benar-benar harus peras keringat. Berjalan malam hari di pegunungan yang tertutup salju, sungguh berbahaya sekali!

Menjelang fajar, barulah ia tiba di tempat tujuan ini di karang Po-to-kang. Puncak gunung menyusup ke dalam awan, lerengnya melandai berkilat-kilat licin sekali. Karena sehari semalam menempuh perjalanan, Siu-lam letih sekali. Ia merasa tak kuat untuk mendaki ke puncak. Terpaksa ia beristirahat di bawah karang. Tak terasa ia tertidur. Ketika bangun, matahari sudah sepenggal tingginya.

Menurut keterangan Tio It-ping, dataran Co-yang-ping itu terletak di lamping gunung yang penuh batu karang. Selain karena alamnya, pun keadaan di situ diperbaiki lagi oleh Su Bo-tun sehingga merupakan sebuah tempat-tempat yang tak mudah dicapai orang.

Ketika tiba di daratan Long-yang-ping, dilihatnya sebuah karang yang terpentang berdiri megah besar sekali, menyerupai sebuah bukit kecil. Jalanan ke karang itu hanya dicapai dengan gunduk-gunduk tiang batu yang hanya cukup dilalui seseorang. Setiap gunduk tiang karang, terpisah dua-tiga meter. Sekali orang tak berhati-hati, pasti akan tergelincir jatuh ke dalam jurang di bawah. Sebuah jurang yang tak kelihatan dasarnya.....

Siu-lam memperhitungkan kepandaiannya. Ia merasa dapat melintasi jalanan berbahaya itu.

Segera ia berseru nyaring: "Wanpwe Pui Siu-lam mohon bertemu pada locianpwe..." 

Ia menutup kata-katanya dengan sebuah gerakan Walet Menerobos Awan.

Tubuhnya mencelat ke udara dan melayang turun ke tiang karang yang pertama. Ketika memandang ke bawah, matanya berkunang-kunang, bulu roma bergidik. 

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang