30

19.8K 1K 45
                                        

"Bye, Emi! Nanti kita hang out lagi tau,"

"Inshaallah. Bawa kereta elok-elok!"

Sebaik sahaja kereta Aiza berlalu, senyuman dan lambaian Lili mati terus. Nafasnya turun naik tidak sekata, tergesa-gesa membuka pintu rumah.

Lili berlari naik ke biliknya, mencampak beg tangannya ke lantai sambil menjerit kesal. Tudung di kepalanya ditanggalkan kasar berserta getah rambutnya yang tercabut sekali. 

"Arghh!" jeritan itu tanpa dapat ditahan disertai air mata. 

Rambutnya ditarik-tarik geram sebelum dia menjatuhkan tubuhnya ke katil. Tilam itu turut menjadi mangsa tumbukannya berkali-kali. Sehinggalah keletihan membelenggu, lututnya dibawa ke dada, memeluk diri seperti janin di dalam perut.

Wajah yang basah serta rambut yang berserabut tidak langsung dihiraukan. Hanya sedu-sedan yang masih kedengaran di kamar sepi itu.

Dia tak boleh lupa apa yang dia nampak tadi. Putra jumpa perempuan tu! Putra jumpa Alyssa di belakangnya!

"Bukan setakat jumpa, siap pegang tangan lagi,"

"Diam la kau!"

"Yang kau nampak, pegang tangan. Yang kau tak nampak? Entah-entah sebab Putra tak sentuh kau. Perempuan tu dah puaskan dia,"

" Aku cakap DIAM!!!" suaranya melengking kuat sambil bangun mencampak segala benda yang ada di atas katil itu.

Juraian air mata yang mengalir di pipinya dikesat kasar dengan belakang tangan. Nafasnya ditarik dalam, mahu mengusir sedu tangisnya. Ini bukan masanya nak dengar cakap Lili yang lemah tu!

Bingkai gambar rustic di atas meja sisi dicapai laju. Kaca frame itu disentuh dengan hujung jari, tepat pada wajah Putra dalam gambar. Foto yang diambil ketika mereka berusia lima tahun.

Masa tu keluarga mereka bercuti ke Kundasang, Sabah. Gara-gara kesejukan, mereka saling berpelukan di tengah-tengah ladang teh. Dan saat manis tersebut telah diabadikan di dalam foto itu oleh Izham.

How time flies.

"Put mana boleh peluk orang lain kan?" soal Lili lirih sambil mengelus kaca yang melapisi gambar itu. Saat itu dirindui. Saat semuanya ada dengannya. Ada hanya untuknya.

"Sebab Amry Putra cuma untuk Nur Emiliya,"

***

Lena yang baru dijemput terganggu apabila terasa pergerakan di katil. Tapi Putra malas nak buka mata, takut hati lelakinya tak kuat. Namun seiring itu juga bau wangi syampu dan shower cream Lili memenuhi ruang pernafasannya.

Haih... hari-hari wangi. Hari-hari Putra kuatkan hati menahan godaan.

Memanglah Lili dah halal buatnya namun untuk melakukan sexual intercourse, Putra takut Lili masih trauma. Dia tak naklah Lili semakin jauh daripadanya.

Tapi wangian Lili betul-betul buat dia... urghh!

"Putra mengantuk sangat ke?" soal Lili sambil manyingkap duvet, mahu masuk ke dalam.

"Not really. Come here, Put nak peluk teddy!"

Gadis itu ketawa kecil apabila tubuhnya jatuh ke dalam pelukan Putra. Hidung lelaki itu dikucup lembut sambil jemarinya mengusap biseps yang tidak beralas fabrik.

"Lili gemuk ke, sampai jadi teddy?" soalnya manja, namun lebih kepada berbisik.

"Mana ada gemuk. You are my cutiepie, my teddy sebab best gila peluk. Muat-muat je Put peluk. Pulak tu dah la warm, wangi lagi,"

Pelukannya semakin dieratkan. Seronok tengok Lili tersenyum seperti sekarang, namun makin berbunga hatinya apabila Lili selesa snuggle padanya. Macam baby, comel!

"Selain peluk, Lili suka cium-cium teddy bear. Putra tak nak cium teddy?" matanya dikerlipkan berkali-kali sambil memandang Putra.

Ketawa besar lelaki itu dibuatnya sebelum pipi Lili dipegang lembut. Sebuah ciuman ringan dihadiahkan di bibir gebu itu.

"Dah!"

"Sikitnya!" adu Lili. Bibirnya dimuncungkan gaya tak berpuas hati.

"Sikit-sikit dah la. Kalau lebih-lebih nanti jadi air liur basi,"

Shit! Lili tak tahu betapa dia begitu inginkan isterinya. Setiap malam didakap, setiap malam digoda dengan suara manja dan lenggok tubuhnya.

Dan kemudian, setiap pagi juga dia harus mandi air sejuk.

Semuanya sebab dia tak nak paksa Lili. Cukuplah sekali dia pernah menyentuh Lili tanpa rela gadis itu, dia tak nak ulang lagi. Rasa bersalah tak pernah surut dari benaknya. Begitu jahatnya rasa menjadi pegar; harapkan pegar, pegar makan padi.

"What if, Lili dah taknak sikit-sikit?" soal gadis itu sambil melarikan jemarinya ke bahu lelaki itu pula.

"Lili..."

Dan jarinya semakin nakal. Naik ke leher, memicit sedikit bahu yang dirasakan tegang. Jelas di mata Lili, halkum Putra bergerak menandakan lelaki itu sedang menelan air liur.

"I want more. May I?"

"Li, I don't want-"

Chupp! Kata itu dimatikan dengan ciuman. Just a teasing kiss.

"Am I not pretty enough?" Chupp! "Am I not satisfying enough?" Chupp! "Am I that bad?" Chupp!

Soalan Lili semakin banyak dan bertalu-talu serta untuk setiap soalan itu, kucupannya semakin menyeksa batin Putra. Ternyata provokasi Lili berhasil juga apabila akhirnya tubuhnya yang tersembam kembali ke tilam dan Putra having the upper hand.

"Stop asking silly questions, you don't know how much I want you!"

Suara baritone dengan aura mendominasi itu benar-benar membuatkan Lili teruja. Tangannya yang masih berada di tengkuk Putra dibawa ke belakang kepala lelaki itu. Diurut sedikit sebelum sepasang bibir suaminya dikucup lagi.

Kali ini lebih lama sebelum dilepaskan. "Show me how much, Put."

"Li, I don't want any regret-"

"Just show me!"

Putra tersentak mendengar suara Lili yang sedikit meninggi. Baru sahaja dia ingin bersuara, bibirnya disentuh dengan hujung jari isterinya.

Dan Putra dapat lihat mata Lili berkaca.

"Lili sayang Putra. Dari dulu, tak pernah berubah. Even when you broke me so many times, I picked those pieces, glue them together so that I'm strong enough to stay by yourside. If you break me this time... Lili tak janji Lili cukup kuat to repeat the same process. I'm sorrh if one day you have to wake up without me by your side,"

Lalu manik air mata itu luruh. Menyentap sekali hati Putra. Pedih.

"Sakit, Put. Sakit kena reject," ujarnya lirih, namun ketawa kecil malah meletus di bibir. Ketawa orang kecewa.

Kelakar kan hidup Lili? Masa berkawan, kena reject dengan Putra sebagai kekasih. Bila dah kahwin, kena reject juga dengan Putra dalam berhubungan. Mungkin betul la, dia bukan taste lelaki ini.

"Sshhh... don't cry, Lili. Put janji, I won't break your heart anymore. Just please, don't cry," rayu nya di sela ciuman. Putra tak mahu kehilangan Lili.

Kawan baiknya, bidadarinya.

Dari dahi, kucupan-kucupan kecil dihadiahkan pada wajah isterinya di kelopak mata dan pipi yang basah, hidung, dagu, dan akhirnya...

"I will never let you go. You're mine," bisiknya posesif sebelum membenamkan bibirnya pada bibir kecil Lili yang sedikit terbuka. Seksi.

"As much as I'm yours, you're mine, Putra. Only mine!"








Perghhh geli sikit part hujung-hujung tu hahahhaha 😂😂

Liliput ✔Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang