Four

24K 1.8K 109
                                    

Cinta, satu kata dengan banyak arti. Tidak ada arti yang sesungguhnya mengenai cinta. Semua orang bisa mengartikan cinta seperti yang mereka rasakan.

Cinta, sesuatu yang kita rasakan tanpa sengaja. Perasaan yang kita tolak namun akan terus masuk ke kehidupan kita. Tidak ada satu orang pun yang bisa menolak yang namanya cinta.

♢♢♢

Acara hari ini adalah acara besar yang di adakan keluarga Matthew atau orang tuanya Rilly. Mereka mengundang banyak orang, walau ini hanyalah pembukaan toko kue. Acara pembukaan toko yang sebenarnya di gabung dengan acara keberhasilan rumah sakit milik keluarga Rilly. Yang pastinya, orang tua Rilly banyak mengundang orang-orang penting.

Rilly melihat penampilannya di cermin dengan kerutan di keningnya. Ia memerhatikan dirinya di cermin tanpa berpaling sedikit pun. Ia terus mengulang melihat seluruhnya, dari atas sampai bawah. Rilly merasa dandanannya terlalu berlebihan dan bisa-bisa membuat orang berpikiran negatif tentang dirinya.

Rilly menggigit bibir bawahnya dan terlihat berpikir tentang, apa yang harus di lakukannya. Kalau ia menghapus dandanannya maka semua orang yang sudah meriasnya tadi, pastinya akan mengomel panjang lebar. Di lain sisi, ia tidak nyaman seperti itu.

Rilly menoleh ke arah pintu, saat mendengar pintu kamarnya di buka. Terlihat Mamanya sudah bersiap-siap untuk mengomelinya karena tidak turun ke bawah.

"Belum selesai juga?" bingung Mamanya.

Rilly menggeleng dan cemberut, "Rilly kelihatan aneh Ma."

Mamanya menghela napas dan mendekat ke arah Rilly. Ia membalikan badan Rilly agar terlihat di cermin, "Lihat! Kamu cantik."

"Tapi Ma, ini aneh. Rilly nggak nyaman," keluh Rilly.

"Kamu kelihatan cantik sayang, nggak ada yang aneh," ucap Mamanya dengan senyum yang meyakinkan.

Rilly tetap cemberut, "Tapi Rilly nggak nyaman."

"Nyamanin aja," Mama Rilly mengambil barang-barang yang mau di bawa Rilly lalu meyerahkannya ke Rilly. "Ayo, Papa udah nunggu di bawah. Kalau kelamaan nanti Papa kamu ngomel loh."

Rilly mengerucutkan bibirnya dan pasrah. Ia teringat sesuatu, "Apa kata Kafka nanti kalau ngelihat gue gini?"

Gumaman Rilly ternyata terdengar oleh Mamanya, membuat Mamanya tersenyum. "Kafka pasti bilang kamu cantik."

Rilly tersenyum mendengar hal itu, hanya untuk sesaat. Setelah itu, ia baru sadar kalau ucapannya sampai terdengar di telinga Mamanya. "Mama dengar yang Rilly bilang?"

Mamanya tertawa kecil mendengar kepanikan Rilly, "Jangan malu-malu sama Mama."

Rilly mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum mengejar Mamanya dan menatap Mamanya dengan tatapan memohon, "Ma, jangan kasih tahu Papa ya. Please."

Mamanya berhenti berjalan dan melihat Rilly heran, "Kenapa?"

"Nanti Papa pasti bilang aneh-aneh ke Kafka atau malah ke Om Adlan, makanya Ma jangan kasih tahu Papa," pinta Rilly.

Mama RIlly tersenyum dan mengangguk, "Mama bakalan jaga rahasia kamu."

Rilly memeluk Mamanya, "Makasih Ma."

"Sama-sama sayang, ayo buruan sebelum Papa kamu ngomel," ucap Mama Rilly.

Rilly mengambil gitarnya kembali, sebelum ia keluar dari kamarnya. Ia kembali melihat cermin dan meyakinkan dirinya bahwa ia tidak aneh sedikit pun. Rilly menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Rilly mengangguk dan tersenyum. Setelah itu, baru ia melangkah dengan yakin.

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang