Tolong, jangan membuatku berharap lebih ke dirimu. Jika kamu mencintaiku, biarkanlah aku tahu. Karena jika kita tahu kebenarannya terlebih dahulu, maka perasaan kecewa itu akan pergi lebih cepat dan tidak terasa terlalu menyakitkan
♢♢♢♢
"Ma," lirih Rilly, saat matanya tidak sengaja melihat bayangan Mamanya di kamar.
"Mama," panggil Rilly lagi.
Mamanya menoleh saat mendengar panggilan Rilly, ia segera menghampiri Rilly, "Kenapa sayang?"
Dengan susah payah, Rilly membuka matanya walau tidak terlalu lebar. Setidaknya ia bisa melihat Mamanya.
"Badan Rilly kenapa sakit semua ya, Ma? Terus Rilly ngerasa pusing sama mual."Mama menatapnya sendu dan cemas, "Kamu istirahat dulu disini ya, Mama panggilin Papa dulu."
Rilly menahan tangan Mamanya saat merasakan Mamanya akan pergi, "Rilly nggak apa-apa, Ma. Jangan cemas ya, Ma. Bentar lagi Rilly pasti sembuh."
Lily -Mama Rilly- tersenyum tipis mendengar ucapan anaknya itu, ia mengelus tangan Rilly dengan kehangatannya. "Mama panggil Papa kamu dulu ya, sekalian mau ngambil obat untuk kamu."
Rilly mengangguk, ia kembali memejamkan matanya. Kenapa badannya bisa seperti ini? Perasaannya, kemarin dia baik-baik saja dan tidak ada sesuatu yang mungkin bisa menyebabkannya seperti ini. Lalu, ia kenapa? Ada apa dengan dirinya? Kenapa juga ia pusing dan mual?
Ah, kalau di ingat-ingat, hampir dua bulan sekali atau satu bulan sekali dia merasakan hal seperti ini. Dan pasti dirinya sendiri tidak mengetahui penyebabnya. Selain itu, kondisinya biasanya akan pulih setelah meminum obat atau siangya ia akan segar kembali. Aneh. Sangat aneh.
"Hai sayang, kamu sakit?" tanya Papa langsung saat memasuki kamarnya.
Mama langsung berjalan mendekatinya dan menyentuh keningnya, "Suhunya nggak terlalu panas, Pa."
Rilly menyentuh tangan Mamanya dan tersenyum tipis, "Kan tadi Rilly udah bilang, kalau Rilly itu baik-baik aja. Bentar lagi juga bakalan sembuh."
Mama menatapnya tidak percaya, namun ia mengulas senyum manis yang mungkin menunjukkan kalau dia percaya.
"Kamu minum obatnya dulu baru Mama nggak khawatir."Rilly menerima obat yang di berikan Mamanya lalu meminum obat itu. Tidak menunggu waktu yang lama, badannya sudah terasa lebih baik. Selalu seperti ini dan mungkin akan selalu seperti ini.
"Istirahat ya, jangan kemana-mana," pesan Papa.
Rilly menatap Papanya senang, "Berarti Rilly nggak sekolah?"
Papa mengerutkan keningnya, begitu juga dengan Mama. "Ngapain kamu sekolah? Hari ini 'kan hari sabtu."
Mama tersenyum, "Rilly, hari sabtu sekolah libur ya, 'kan?"
Rilly menepuk keningnya pelan, "Rilly lupa kalau hari ini hari sabtu, tapi 'kan Rilly ada latihan."
"Latihan disini aja,"perintah Papa.
"Kalau mereka mau," gumam Rilly.
Mama mengambil HPnya yang ada di atas meja belajarnya dan menyerahkannya ke Rilly, "Kasih tahu ke mereka keadaan kamu pasti mereka mau."
Rilly menerima HPnya dan langsung menjalankan perintah Mamanya itu, "Papa sama Mama ngapain masih disini?"
Papa berdecak, "Masalah ya Papa disini?"
"Katanya tadi Rilly di suruh istirahat, kalau Papa di sini terus, gimana Rilly bisa istirahat? Emang Papa nggak kerja?" heran Rilly.
Papa menggeleng, "Papa ke rumah sakit kalau ada panggilan darurat aja karena itu maka, Papa mau disini aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
Yuanfen
Подростковая литератураMenurut kalian, apa pengertian bodoh? Apa bodoh itu orang yang tidak bisa memahami pelajaran sekolah yang sulit? Menurut Rilly bukan itu, karena tidak semua orang punya kemampuan yang sama. Menurut Rilly, bodoh itu dia. Dia yang bodoh karena tida...