Fourty Five

14.8K 1.6K 409
                                    

I would not trade the moment I met you for anything else in this world. You are the best thing that ever happened in my life. In you, I found true happiness and I love how it feels.

When I met you, everything changes. I learned how to value all the things that I have, especially you. You turned my life into something good. I am thankful that you came into my life.

My love for him is everlasting love.

♢♢♢

Buram dan berisik.

Dua hal yang sangat menganggu Rilly ketika pertama kali ia membuka matanya. Pandangannya buram dan keadaan sekitarnya sangat berisik. Membuat ia harus beberapa kali memejamkan mata agar pandangannya kembali jelas.

Ketika sudah jelas, yang Rilly lihat disekelilingnya hanya tirai putih. Hidungnya dapat mencium bau obat-obatan. Dan ia hanya melihat Sophia yang sedang duduk di samping tempat tidur.

Ternyata bertemu dengannya itu hanya halusinasi atau malah mimpi?

Rilly memijat kepalanya yang terasa pusing, "Kenapa gue bisa disini? Seingat gue, terakhir kali gue di Sungai Han deh."

Sophia berdecak, "Lo pingsan gara-gara maag lo kambuh! Udah gue bilang berapa kali, kalau lo itu harus makan dulu baru pergi eh malah pergi aja tanpa makan!"

Rilly menghela napasnya, "Gue cuman maag, 'kan? Kenapa kepala gue yang sakit banget ya?"

"Kebanyakan nangis sih!" Sophia lagi-lagi berdecak, "udah berapa kali gue bilang, jangan nyiksa diri lo sendiri!"

Rilly memutar bola matanya, "Lo sendirian?"

"Bang Ardan sama Kak Zizi lagi makan," Sophia mengambil HPnya, "kalau Bang Aldi lagi ngurus administrasi lo. Kalau Rafa, dia lagi ngurus perpanjangan hotel sama tiket pesawat. Kan kita harusnya pulang malam ini, cuman nggak jadi gara-gara lo harus disini sampai malam."

"Maaf," Sophia mengangguk dan tersenyum, "lo nggak makan?"

"Tadi gue udah makan, gantian sama Bang Ardan, Kak Zizi," jawab Sophia.

Rilly mengangguk paham, "Kita pulang ke hotel nanti malam, 'kan?"

Sophia menatap Rilly bingung, "Iya, memangnya kenapa?"

Rilly memijat keningnya, ia benar-benar pusing. Apa ini benar-benar efek dari kebanyakan menangis? Mungkin saja, iya. "Gue mau tidur lagi deh, kepala gue pusing banget."

"Jangan nangis lagi," pesan Sophia yang membuat kening Rilly mengerut, "Lo itu waktu tidur juga nangis. Kerjaan lo kayaknya cuman nangis aja."

Rilly malas menanggapi ucapan Sophia. Ia juga mana tahu, kalau ia menangis dalam tidurnya. Yang Rilly lakukan hanya memejamkan mata dan menenangkan pikirannya. Mungkin karena ia terlalu sering bermimpi makanya Rilly jadi menangis dalam tidurnya.

Beberapa kali kening Rilly mengerut karena merasakan sesuatu yang hangat di pipinya. Rilly juga meracau sepanjang tidur. Beberapa kali badan Rilly bergerak ke kanan kiri karena tidak nyaman. Entah bagaimana bisa, Rilly merasakan kalau ia sedang di tatap seseorang.

"Phia, jangan ganggu gue!"

"Maaf."

Mata Rilly langsung terbuka ketika mendengar ucapan itu. Suara itu membuat ia otomatis terbangun atau malah semakin larut dalam tidurnya? Apa ia bermimpi lagi?

Mata Rilly beberapa kali mengedip. Ia mencoba mencubit tangannya dan itu sakit. Membuat Rilly melongo karena melihat orang yang duduk diposisi Sophia tadi belum juga menghilang. Apa sekarang ia berhalusinasi kalau Sophia itu Kafka?

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang