Thirty Eight

14.8K 1.5K 333
                                    

"Jelaskan, aku ingin tahu segalanya."
- Kafka Alta Legnard

"Kamu sudah tahu segalanya, hanya saja kamu belum memahami sepenuhnya."
- Caroline Rilly Matthew

It takes just 8,2 seconds for men to fall ini love. (8factapp)

Jika cinta yang terucap berasal dari hati yang tulus, maka kamu akan memenangkan hati seseorang yang juga tulus mencintaimu.

Menyatakan sebuah kata-kata cinta ternyata bukan sekedar mengapresiasi rasa, tapi juga tentang belajar menghargai dan menikmati rasa dihargai oleh orang lain.

♢♢♢


Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Kafka atau pun respon dari tubuhnya setelah membaca surat itu. Selama beberapa menit, ia hanya diam dan mencoba berpikir tentang kesalahannya selama ini. Seharusnya, ia menyadari semua ini dari awal.

Kafka mengacak rambutnya, ia tidak boleh hanya diam saja. Jika ia hanya diam seperti ini, mungkin saja ia bisa tertinggal dan kalah. Ia harus menemui Rilly sekarang juga. Rilly tidak mungkin mau menemuinya kalau ia memintanya, ia harus mencari cara.

Shilla!!

Kafka bergegas keluar kamarnya, tanpa mengetuk pintu ia membuka pintu kamar adiknya itu. Disana terlihat Shilla sedang melakukan sesuatu ke kuku tangannya, "Shill, bantu Abang."

"Bantu apaan?!" Shilla menunjukkan kukunya yang sudah berwarna, "nggak lihat apa, kalau Shilla lagi sibuk?"

Kafka mencoba mencari cara agar adiknya itu mau membantunya,"Bentar aja tolongin Bang Kafkanya."

"Tadi juga Shilla diusir habis nolongin Bang Kafka. Nanti habis Shilla nolongin, Shilla diusir lagi!" Shilla tetap menolak, ia malah tidak menatap Kafka sama sekali.

Sepertinya, ia harus mengeluarkan uang lagi. "Shilla mau apa?"

Badan Shilla berputar, kali ini ia menatap Kafka. "Emang Shilla harus ngebantu apa?"

"Kita ke rumah Kak Rilly, Shilla temui dia dan bilang Bang Kafka....."

"Ayo!!" Shilla meniup kukunya, "kenapa nggak bilang dari tadi?! Kalau bilang dari tadi, Bang Kafka nggak perlu keluarin kartu Abang tapi karena Bang Kafka yang ganteng ini udah nanya Shilla mau apa, jadinya Bang Kafka harus beliin apa yang Shilla mau."

Kafka memutar bola mata, adiknya ini terlalu boros. "Kalau berhasil."

Shilla menjentikan jarinya, "Kalau nggak berhasil namanya bukan Shilla!!"

Lihat aja nanti. Semoga ucapan adiknya itu memang benar, "Ayo."

Selama diperjalanan menuju rumah Rilly. Mereka berdua hanya diam, walau sesekali Shilla bernyanyi. Ia ikut bernyanyi setiap lagu kesukaanya terputar. Sampai ia merasa bosan dan harus mencari topik obrolan.

"Tangan Bang Kafka udah baik-baik aja?" Kafka mengangguk, Shilla teringat sesuatu yang mungkin bisa menjadi topik, "waktu itu Kak Rilly nanyain tentang alasan Bang Kafka nggak masuk sekolah. Terus Shi..."

Ucapan Shilla terhenti bersamaan dengan mobil mereka yang tiba-tiba berhenti karena Kafka yang menginjak rem mendadak. Bahkan badan Shilla sampai terhuyung ke depan saking mendadaknya Kafka menekan rem mobil.

"Yak!! Santai Bang!!" ia melirik ke arah belakang mobil mereka, "untung nggak ada mobil dibelakang kita!! Kalau ada mereka pasti udah ngeklaksonin atau parahnya, mobil Bang Kafka bisa ditabrak mereka!!! Udah deh, mobil kesayangan Bang Kafka remuk sana-sini!! Untung juga, Shilla pakai sabuk pengaman! Kalau nggak ya, kening Shilla ini bisa kena dashboard!!"

YuanfenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang